Evidence-based practice (EBP) merupakan metode pendekatan perawatan profesional untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. (Bjuresäter, Sebastian, Kulkarni, & Athlin, 2018). Evidence based practice adalah penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau kelompok pasien dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000).
B. Tujuan Evidence Based Practice
Tujuan EBP memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 2011).
C. Manfaat Evidence Based Practice
Menurut Trinder & Reynolds (2006), manfaat Evidence based practice dalam keperawatan yaitu : - Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik - Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk - Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian
D. Evidence Based Practice dalam Proses Keperawatan
Dalam proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas pengambilan keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada setiap fase proses keperawatan tersebut, hasi-hasil penelitian dapat membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang kuat. 1. Tahap pengkajian Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam medis, dan observasi. Masing-masing sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe informasi apa yang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternatif metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu. 2. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing batasan karakteristik yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan. 3. Tahap perencanaan Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu. 4. Tahap intervensi/implementasi Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian. 5. Tahap Evaluasi Pada tahap in, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan. E. Penerapan Evidence Based Practice Dalam Beberapa Kasus Keperawatan Maternitas No Judul Peneliti Hasil
1 Hubungan Al-Maidah, Noer Hasil penelitian ini menunjukkan
Perubahan Saudah, Tri Peni, ada hubungan antara perubahan Fisik dengan fisik dengan kecemasan pada wanita Mahasiswa S1 Kecemasan menopouse di dusun Jerukkidul Keperawatan, Dosen pada Wanita desa Banjarsari Kecamatan Jetis STIKES Bina Sehat Menopouse di Kabupaten Mojokerto. Ditemukan 1 PPNI Mojokerto (2018) Dusun responden yang perubahan fisik Jerukkidul ringan yang mengalami kecemasan Desa berat. Hal ini dikarenakan Banjarsari responden berpendiikan rendah Kecamatan sehingga pola pikir mereka masih Jetis konvensial oleh karena itu mereka Kabupaten kurang mampu memahami Mojokerto informasi yang ada sehingga menyebabkan kecemasan dalam kategori berat. Dan adapun 2 responden yang mengalami perubahan fisik berat dengan kecemasan ringan dikarenakan responden sering mengalami beberapa perubahan fisik yang terjadi tetapi responden bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi sehingga mengalami kecemasan ringan. Dengan lebih tingginya pendidikan semakin responden bisa lebih memahami
2 Pengaruh Devi Ertha Widorini, Dalam penelitian ini menunjukkan
Edukasi Surachmindari, Reni adanya pengaruh penyuluhan Terhadap Wahyu Triningsih, tentang menopause terhadap tingkat Tingkat Kecemasan Poltekkes Kemenkes kecemasan pada ibu menopause pada Ibu Malang (2017) dalam menghadapi menopause. dalam Hasil penelitian juga menunjukkan Menghadapi Menopause di bahwa setelah dilakukan Kelurahan penyuluhan tentang menopause ada Oro-Oro 18 orang (58,1%) tidak mengalami Dowo Kota Malang kecemasan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori bahwa dalam beberapa kasus kecemasan, pemberian penyuluhan merupakan pilihan utama. Penyuluhan seringkali diartikan sebagai pemberian informasi dari orang yang mengetahui dan memahami untuk membantu orang yang diberi penyuluhan dalam pengambilan keputusan yang tepat (Ningrum, 2013).
PICO
Kriteria (PICO) Inklusi Ekslusi
Population (P) Wanita menopause Selain Wanita menopause Intervention (I) Penyuluhan tentang Selain Pendidikan kesehatan menopause terhadap tingkat tentang menopause kecemasan ibu dalam menghadapi menopause Comparation (C) Pembanding dalam jurnal Tidak ada yaitu hasil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan atau pendidikan tentang menopause
Outcome (O) Kecemasan akan perubahan Tidak mengalami kecemasan