HUBUNGAN PERSEPSI BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PERAWAT PELAKSANA
DI MASA PANDEMI DI RUANG IGD DAN ISOLASI SENTRAL
RSUD KLU
Muhajir Arif1, Dina Fithriana2, Ageng Abdi Putra3, Alwan Wijaya4
, , , Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram 1 2 3 4
Email : muhajirarif999@gmail.com
Stres kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas
mendapatkan beban kerja yang melebihi kemampuannya sehingga perawat tersebut tidak mampu memenuhi atau menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut dikatakan mengalami stres kerja. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 10 orang perawat pelaksana menunjukkan bahwa 7 orang (70%) diantaranya mengatakan beban kerjanya berat selama pandemi covid-19, kemudian 3 orang (30%) diantaranya mengatakan beban kerjanya tidak terlalu berat selama pandemi covid-19. Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan stress kerja perawat pelaksana di masa pandemi di Ruang IGD dan Isolasi Sentral RSUD KLU. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang IGD dan Isolasi Sentral RSUD KLU sebanyak 37 orang. Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 37 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Analisa data dilakukan dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi beban kerja dengan stress kerja perawat pelaksana di masa pandemi di Ruang IGD dan Isolasi Sentral RSUD KLU, hal ini dibuktikan dengan nilai p value sebesar 0,000 dengan taraf signifikan 0,05 (p < α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin berat beban kerja siswa diberikan pada perawat pelaksana, maka stres kerjanya juga akan semakin tinggi. Dan disarankan kepada pihak rumah sakit agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada perawat.
Kata Kunci : Beban Kerja, Stres Kerja
Pendahuluan atau penyakit akibat kerja Kualitas pelayanan (Efendy, 2014). keperawatan tidak terlepas Menurut Carayon dari peran pasien di ruang (2020), beban kerja yang Instalasi Gawat Darurat, berat pada perawat akan karena dengan dengan berdampak kepada kualitas memberikan perawat yang perawatan dan keselamatan baik, pasien merasa lebih pasien, menyebabkan dihargai sesuai haknya dan pekerjaan yang serba dapat diketahui bagaimana terburu-buru, serta kondisi dan beban kerja memungkinkan terjadinya perawat pelaksana di masa error pada saat bekerja pandemi. Kondisi dan beban serta stress pada tenaga kerja di Instalasi Gawat kerja. Keadaan stress pada Darurat (IGD) perlu tenaga kerja saat ini juga diketahui agar dapat dipicu oleh kondisi kritis ditentukan kebutuhan pandemik Covid-19 kuantitas dan kualitas terkhusus perawat (Sadir tenaga perawat yang et al, 2020). diperlukan dalam ruang IGD Dampak negatif dari sehingga tidak terjadi meningkatnya beban kerja beban kerja yang tidak adalah kemungkinan timbul sesuai yang akhirnya emosi perawat yang tidak menyebabkan stress kerja. sesuai yang diharapkan Kondisi kerja berupa pasien. Beban kerja yang situasi kerja yang berlebihan ini sangat mencakup fasilitas, berpengaruh terhadap peraturan yang diterapkan, produktifitas tenaga hubungan sosial kerjasama kesehatan dan tentu saja antar petugas yang dapat berpengaruh terhadap mengakibatkan ketidak produktifitas perawat. nyamanan bagi pekerja. Perawat merasakan bahwa Demikian juga dengan beban jumlah dengan tidak mampu kerja baik secara terhadap tugas tersebut, kuantitas dimana tugas- sehingga orang tersebut tugas yang harus dapat mengalami stres dikerjakan terlalu (Hidayat, 2011) banyak/sedikit maupun Selain itu, dengan secara kualitas dimana beban kerja yang sangat tugas yang harus berat bisa memicu dan dikerjakan membutuhkan berdampak pada stress keahlian (Ilyas, 2013) kerja. Menurut Pongantung Beban kerja perawat (2018), stress merupakan merupakan seluruh kegiatan reaksi tubuh yang bersifat atau aktivitas yang tidak spesifik terhadap dilakukan oleh perawat setiap tuntutan atau beban selama tugas disuatu unit yang di terima. Stress pelayanan keperawatan. dapat terjadi apabila Beban kerja meliputi beban seseorang menerima beban kerja fisik maupun mental. atau tugas berat yang Beban kerja yang terlalu tidak bisa dia selesaikan, berat atau kemampuan fisik maka tubuh akan berespon yang terlalu lemah dapat sehingga orang tersebut mengakibatkan seorang dapat mengalami stress pekerja menderita gangguan (Handoko, 2019). Stres merupakan kualitas APD juga memberi respon tubuh yang bersifat pengaruh besar dalam tidak spesifik terhadap penyebaran virus ini setiap tuntutan atau beban kepada para tenaga atasnya. Stres dapat kesehatan (WHO, 2021). muncul apabila seseorang Pandemi yang dialami mengalami beban atau tugas penduduk khususnya di berat dan orang tersbut Kabupaten Lombok Utara tida dapat mengatasi tugas mengakibatkan lonjakan yang dibebankan itu, maka jumlah pasien dan stresor tubuh akan berespon dengan bagi perawat di IGD RSUD tidak mampu terhadap tugas Kabupaten Lombok Utara tersebut, sehingga orang ditambah dengan karakter tersebut dapat mengalami setiap individu masing- stres (Hidayat, 2011). masing pasien berbeda. Stres kerja perawat Alat pelindung diri dapat terjadi apabila atau lebih dikenal dengan perawat dalam bertugas APD sangat dibutuhkan mendapatkan beban kerja tenaga medis terutama yang melebihi kemampuannya dalam menghadapi wabah sehingga perawat tersebut virus corona saat ini. tidak mampu memenuhi atau Penggunaan APD oleh tenaga menyelesaikan tugasnya, medis memiliki tingkatan maka perawat tersebut yang harus disesuaikan dikatakan mengalami stres dengan tempat layanan kerja. Manifestasi dari kesehatan, profesi dan stres kerja perawat antara aktivitas tenaga medis lain akibat karakterisasi (Elnita, 2013). pasien, pengkajian Penggunaan APD yang terhadap pasien, dan aspek benar menjadi syarat lingkungan kerja yang penting dalam mencegah mengganggu merupakan penyebaran Covid-19 di langkah awal dalam kalangan tenaga kesahatan, menangani masalah-masalah seperti penggunaan masker, yang datang mengenai pelindung wajah, penutup tingkat kepadatan ruangan kepala, jubah, dan sarung emergency, efisiensi tangan. APD dapat pelaksanaan tugas, serta menghindari penularan adanya tuntutan untuk virus dari pasien ke orang menyelamatkan pasien sehat (tenaga kesehatan). (Levin et al, 2010). Alat pelindung diri harus Menurut WHO, orang selalu dipakai pada saat yang paling rentan akan melakukan tindakan terinfeksi virus ini yang berisiko seperti adalah para tenaga bersentuhan pada darah kesehatan karena para penderita, cairan tubuh nakes harus berhubungan pasien, sekret, lendir, secara langsung dengan kulit yang luka atau tidak para pasien. Sebanyak lengkap serta benda telah 10.000 tenaga kesehatan di terpapar dengan pasien 40 negara dikonfirmasi (Suprianti, 2013) terinfeksi Covid-19. Sikap perawat dalam Alasan yang paling sering menggunakan APD harus terjadi adalah kurang memenuhi berbagai standar. ketatnya penggunaan APD. Perawat harus mematuhi Selain itu, jumlah APD dan sikap-sikap itu agar tetap aman dalam bekerja. RSUD KLU terdapat triage Keamanan penggunaan APD umum, triage covid dan juga dinilai dari uang IGD (RSUD KLU, 2021) ketersediaan APD dan Selama pandemi pengawasa dari atasan. APD tuntutan masyarakat harus tersedia dengan terhadap perawat makin cukup agar tidak saling meningkat, dimana mengantri dan membahayakan masyarakata terkadang orang lain. Menurut tidak menerima sebagian Julianto dalam keluarganya yang sakit di penelitiannya, penyebab rawat di ruang isolasi, perawat tidak patuh dalam dimana seorang perawat penggunaan APD adalah harus berperan dalam rendahnya pengetahuan dan memberikan kepercayaan dan sedikitnya APD yang pelayanan yang lebih tersedia di RS. Sikap yang ekstra terhadap pasien tidak patuh sangat (RSUD KLU, 2021). berbahaya pada masa Berdasarkan data yang pandemi Covid19 yang diperoleh dari RSUD KLU menyebabkan banyak petugas tahun 2021 menunjukkan kesehatan terjangkit bahwa jumlah perawat corona. pelaksana yang ada di Cara memakai APD di Ruang Inap Gawat Darurat IGD Screening yaitu pakai (IGD) sebanyak 24 orang terlebih dahulu baju dan dan Isolasi Sentral 13 sepatu kerja khusus, cuci orang. Hasil studi tangan menggunakan sabun pendahuluan yang telah atau hand sanitizier, dilakukan terhadap 10 pakai topi bedah sekali orang perawat pelaksana pakai, pakai masker menunjukkan bahwa 7 orang pelindung medis, pakai (70%) diantaranya sarung tangan dalam, pakai mengatakan beban kerjanya kacamata pelindung, pakai berat selama pandemi sarung tangan karet sekali covid-19, kemudian 3 orang pakai. (30%) diantaranya Kekhawatiran resiko mengatakan beban kerjanya paparan seiring tidak terlalu berat selama bertambahnya kasus pandemi covid-19. terkonfirmasi covid 19 Berdasarkan uraian menjadi tantangan besar latar belakang diatas, bagi staf medis, terkhusus maka peneliti sangat perawat sebagai garda tertarik untuk mengetahui terdepan dalam penanganan apakah ada hubungan antara pasien covid 19, tentu beban kerja dengan stress menjadi kekhawatiran kerja perawat pelaksana di sendiri bagi perawat masa pandemi di Ruang IGD karena tingginya resiko dan Isolasi Sentral RSUD penularan covid 19 (RSUD KLU. Penelitian ini juga KLU, 2021). masih sangat jarang Pembagian area kerja diteliti khususnya di dimana kami sebagia wilayah Kabupaten Lombok perawat IGD melakukan Utara sehingga membuat screening terhadap pasien peneliti tertarik untuk dan memilih pasien melakukan penelitian. berdasarkan kriteria dan hasil pemeriksaan di IGD Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian No Beban Kerja n % ini adalah survei analitik 1 Ringan 1 2,7 dengan desain Cross 2 Sedang 21 56,8 Sectional Study. 3 Berat 15 40,5 Populasinya adalah seluruh Total 37 100 perawat pelaksana di ruang Sumber : Data Primer (Kuesioner) IGD dan Isolasi Sentral Berdasarkan Tabel 4.3 RSUD KLU sebanyak 37 orang di atas menunjukkan bahwa menggunakan teknik total dari 37 responden yang sampling sehingga diteliti sebagian besar didapatkan jumlah sampel beban kerja berada pada sebanyak 37 orang. kategori sedang sebanyak 21 Instrumen yang digunakan orang (56,8%) dan sebagian adalah kuesioner. Analisa kecil berada pada kategori data yang digunakan adalah ringan sebanyak 1 orang uji chi-square. (2,7%). Tabel 3 Distibusi Frekuensi Hasil Penelitian Responden Berdasarkan 1. Data Umum Stres Kerja Perawat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksana di Masa Responden Berdasarkan Pandemi di Ruang IGD dan Kelompok Umur, Isolasi Sentral RSUD KLU Pendidikan di Ruang Instalasi Gawat Stres Kerja No Kategori Darurat(IGD) Dan n % Isolasi Sentral RSUD 1 Ringan 1 2,7 KLU 2 Sedang 16 43,2 3 Berat 20 54,1 Karakteristik No n % Total 37 100 Responden Sumber : Data Primer (Kuesioner) Usia 1 25-30 tahun 28 75,7 Berdasarkan tabel 3 2 31-35 tahun 9 24,3 menunjukkan bahwa dari 37 Pendidikan responden yang diteliti, 1 D3 24 64,9 sebagian besar stres kerja 2 D4 1 2,7 berada pada kategori berat sebanyak 20 orang (54,1%) 3 S1 12 32,4 dan sebagian kecil berada Total 37 100 pada kategori ringan sebanyak 1 orang (2,7%). Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti sebagian besar berada pada kelompok umur 25-30 tahun sebanyak 28 orang (75,7%) Tabel 4 Tabulasi Silang dan sebagian besar telah Hubungan Beban Kerja menempuh pendidikan D3 Total dengan Stres sebanyak 24 orang (64,9%). Kerja Keseluruhan Pada Perawat Pelaksana di 2. Data Khusus Masa Pandemi di Ruang Tabel 2 Distribusi Frekuensi IGD dan Isolasi Responden Berdasarkan Sentral RSUD KLU Beban Kerja Perawat di Stres Kerja Ruang Instalasi Gawat No Beban Total P Ringan Sedang Berat Darurat(IGD) Dan Isolasi Kerja Value n % n % n % n % Sentral RSUD KLU 1 Ringan 0 0,0 1 2,7 0 0,0 1 2,7 0,000 2 Sedang 1 2,7 14 37,8 6 16,2 21 56,8 Menurut teori yang 3 Berat 0 0,0 1 2,7 14 37,8 15 40,5 disampaikan oleh Notoatmodjo Total 1 2,7 16 43,2 20 54,1 37 100 (2018), dalam teorinya Sumber: Data Primer (Kuesioner) dikatakan bahwa usia dapat Berdasarkan Tabel 4 di mempengaruhi daya tangkap atas menunjukkan bahwa dari dan pola pikir seseorang, 1 responden yang memiliki semakin bertambah usia beban kerja ringan seseorang maka semakin seluruhnya mengalami stres berkembang pula daya tangkap kerja sedang sebanyak 1 dan pola pikirnya sehingga orang (2,7%), kemudian dari pengetahuan yang diperoleh 21 responden yang memiliki akan semakin baik. beban kerja sedang sebagian Kematangan individu dapat besar stres kerja berada dilihat langsung secara pada kategori sedang objektif dengan periode sebanyak 14 orang (37,8%) umur, sehingga berbagai dan sebagian kecil berada proses pengalaman, pada kategori stres kerja pengetahuan, keterampilan, ringan sebanyak 1 orang kemandirian terkait sejalan (2,7%) sedangkan dari 15 bertambahnya umur individu, responden yang memiliki umur yang lebih tua akan beban kerja berat, sebagian cenderung memiliki besar stres kerja berada pengalaman yang lebih dalam pada kategori berat sebanyak menghadapi masalah. 14 orang (37,8%) dan 2. Pendidikan sebagian kecil berada pada Hasil penelitian yang kategori stres kerja sedang telah dilakukan di Ruang IGD sebanyak 1 orang (2,7%). dan Isolasi Sentral RSUD KLU Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 37 statistik dengan menggunakan responden yang diteliti di uji spearman rank ditemukan RSUD KLU sebagian besar probabilitas value sebesar berpendidikan D3 sebanyak 24 0,000 dengan taraf orang (64,9%) dan sebagian signifikansi 0,05, karena kecil berpendidikan D4 0,000 < 0,05, maka artinya sebanyak 1 orang (2,7%). ada hubungan antara beban Berdasarkan hal kerja dengan stres kerja tersebut, maka dapat pada perawat pelaksana di dijelaskan bahwa semakin masa pandemi di Ruang IGD tinggi pendidikan seseorang dan Isolasi Sentral RSUD maka semakin baik pula KLU. pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya karena Pembahasan dengan pendidikan sesorang 1. Umur maka semakin mudah pula Hasil penelitian yang mereka menerima informasi telah dilakukan di Ruang IGD dan makin banyak pula dan Isolasi Sentral RSUD KLU pengetahuan yang dimiliki. menunjukkan bahwa dari 37 Menurut Sitorus (2011), responden yang diteliti meskipun untuk lulusan DIII lebih banyak responden yang disebut juga sebagai perawat berumur 25-30 tahun sebanyak profesional pemula yang 28 orang (75,7%) sudah memiliki sikap dibandingkan yang berumur profesional yang cukup untuk 31-35 tahun sebanyak 9 orang menguasai ilmu keperawatan (24,3%). dan keterampilan profesional yang mencakup keterampilan teknis, intelektual dan dan menggunakan sistem shift interpersonal yang dimana pada masa pandemi diharapkan mampu menggunakan 2 shift. melaksanakan asuhan Berdasarkan hasil keperawatan profesional penelitian, pekerja shift berdasarkan standar asuhan lebih memungkinkan mengalami keperawatan dan etika stres kerja yang tinggi jika keperawatan, namun dibandingkan dengan pekerja pendidikan keperawatan harus yang bukan menggunakan dikembangkan pada pendidikan sistem kerja shift seperti tinggi sehingga dapat pekerja kantor. Pekerja shif menghasilkan lulusan yang mempunyai desakan atau memiliki sikap, keterampilan tuntutan psikologis yang dan pengetahuan profesional tinggi dan mempunyai kontrol agar dapat melaksanakan kerja yang rendah. Selain peran dan fungsi perawat itu pekerja shift lebih sebagai perawat profesional. memungkinkan untuk merasakan 3. Beban Kerja pekerjaanya sebagai tuntutan Hasil penelitian yang serta beban fisik tersendiri telah dilakukan di Ruang IGD (Park, 2007). dan Isolasi Sentral RSUD KLU Menurut Prihatini menunjukkan bahwa dari 37 (2011), ada beberapa faktor responden yang diteliti yang mempengaruhi beban sebagian besar beban kerja kerja yaitu faktor internal berada pada kategori sedang dan faktor eksternal yang sebanyak 21 orang (56,8%) meliputi tugas-tugas dan sebagian kecil berada keperawatan yang tidak dapat pada kategori ringan diselesaikan tepat pada sebanyak 1 orang (2,7%). waktunya, hal ini Berdasarkan hasil dikarenakan perawat selain penelitian tersebut dapat menjalankan tugas pokoknya dijelaskan bahwa di masa memberikan pelayanan pandemi ini beban kerja keperawatan kepada pasien, berada pada kategori sedang, juga harus melaksanakan hal ini disebabkan karena tugas tambahan yang lain walaupun beban kerja yang (misalnya: menulis resep, diberikan kepada perawat menetapkan diagnosa pelaksana berlebih dan tidak penyakit, mengambil obat di sesuai dengan kemampuan apotek, menyuntik pasien, perawat itu sendiri, namun mengambil hasil dengan semangat, tingkat laboratorium, melakukan kesadaran dan motivasi yang tindakan pengobatan), tinggi yang dimiliki oleh disamping itu dikarenakan perawat pelaksana yang ada juga kurangnya jumlah tenaga di Ruang IGD dan Isolasi perawat dibanding dengan Sentral sehingga mampu jumlah pasien. menyelesaikan beban kerja Hasil penelitian ini tersebut dengan baik sejalan dengan penelitiannya walaupun terdapat beberapa Astuti (2009) dengan Judul kendala yang disebabkan Hubungan Beban Kerja Perawat karena adanya kejadian covid IGD Dengan Waktu Tanggap 19 yang membuat ruang gerak Pelayanan Kperawatan Gawat dan interaksi dengan pasien Darurat Menurut Persepsi terbatas. Pasien di IGD Badan Sistem bekerja pada Pelayanan Kesehatan RSU perawat di RSUD KLU Kabupaten Magelang yang menunjukkan hasil beban kesulitan tidur saat jaga kerja perawat IGD 75% Berat, malam, tangan berkeringat 25% ringan. Penelitian dan betis terasa pegal saat terkait dilakukan oleh bekerja. Prihatini, dimana hasil Stres kerja psikologis penelitian menunjukkan bahwa dapat berupa merasa cemas 83,3% beban kerja diruang dan tegang, kehilangan perawatan berada pada konsentrasi, mudah lupa, kategori Sedang, 77,8% beban waktu teralu singkat, kerja berada pada kategori berpikir hal-hal kecil, sedang, 71,4% beban kerja jenuh, bingung, tidak puas, ruang perawatan kebidanan menghindari pekerjaan yang berada pada kategori sedang sulit, merasa terasing, dan 100% beban kerja diruang tidak efektif dalam perawatan penyakit dalam berkomunikasi dan sensitif. juga berada dikategori Stres prilaku dapat berupa sedang. menghindar dari masalah, produktivitas menurun, melakukan kekerasan pada rekan kerja, menunda 4. Stres Kerja pekerjaan sulit, melakukan Hasil penelitian yang tindakan yang merugikan telah dilakukan di Ruang IGD pasien, malas, merasa ingin dan Isolasi Sentral RSUD KLU bunuh diri, berselisih menunjukkan bahwa dari 37 dengan teman kerja, responden yang diteliti, mengabaikan pasien dan sebagian besar stres kerja menarik diri. Dari hasil berada pada kategori berat penelitian ini dapat dilihat sebanyak 20 orang (54,1%) perawat pelaksana diruang dan sebagian kecil berada IGD RSUD KLU mengalami stres pada kategori ringan kerja yang menunjukkan sebanyak 1 orang (2,7%). adanya beban kerja yang Berdasarkan hasil berlebih. penelitian tersebut, maka Pada hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ini stres kerja yang terjadi hampir semua kondisi pada perawat pelaksana di pekerjaan bisa menyebabkan Ruang IGD dan Isolasi stres terutama beban kerja, Sentral RSUD KLU disebabkan profesi perawat yang hampir karena stres kerja (fisik) setiap hari bertemu dan dan sters kerja menghadapi berbagai masalah (psikologis), sedangkan kesehatan yang dihadapi sosial/prilaku mendapat klien berpotensi menimbulkan point paling kecil dalam stres kerja. Stres kerja menyebabkan stres kerja, ini dapat berupa stres fisik, karena sebagian memberikan psikologis dan jawaban kadang-kadang pada sosial/prilaku. Stres kerja kuesioner prilaku, hal itu fisik ini muncul dengan dapat mengganggu kenormalan adanya beban kerja yang aktivitas kerja. Dampak menyebabkan kelelahan stres bagi organisasi adalah sehingga muncul gejala stres salah satunya mengganggu kerja fisik berupa merasa kenormalan aktivitas kerja, otot kaku setelah bekerja, karena banyak karyawan yang denyut nadi meningkat, tidak masuk dengan berbagai kehilangan nafsu makan, alasan (Rini, 2002). merasa tangan capek, Hasil penelitian ini yang membutuhkan tindakan didukung teori yang sigap, cepat dan tepat. menyatakan bahwa perawat Stres pada lingkungan memiliki kemungkinan yang kerja memang tidak dapat sangat luas kaitannya dengan dihindarkan, yang dapat kejadian stres kerja seperti dilakukan adalah bagaimana dampak dari tuntutan mengelola, mengatasi atau terhadap tingkat keahlian mencegah terjadinya stres tertentu yang tinggi, tim tersebut, sehingga tidak kerja dengan profesi dan mengganggu pekerjaan situasi yang bervariasi, (Notoatmojo, 2012). pelayanan keperawatan 24 5. Hubungan Beban Kerja dengan jam, input yang sering Stres Kerja Pada Perawat memancing emosional perawat. Pelaksana di Masa Pandemi di Berdasarkan penelitian Ruang IGD dan Isolasi Mealer, didapatkan hasil Sentral RSUD KLU bahwa dari 230 perawat ICU, Berdasarkan Tabel 4.5 54 perawat mengalami stres menunjukkan bahwa ada kerja. Hasil penelitian ini hubungan antara beban kerja didukung oleh penelitian dengan stres kerja pada Arifin dengan judul Hubungan perawat pelaksana di masa Beban Kerja Dengan Tingkat pandemi di Ruang IGD dan Stres Kerja Perawat ICU Di Isolasi Sentral RSUD KLU, RSUD DR.H. Slamet Martodirjo yang ditunjukkan dengan Pamekasan yang menunjukkan hasil uji statistik spearman 76,9% perawat mengalami rank test p value = 0,000 < stres kerja sedang dan 23,1% 0,05. mengalami stres kerja Adanya hubungan antara ringan. Berdasarkan uraian beban kerja dan stres kerja diatas dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa perawat IGD beresiko disebabkan karena tinggi mengalami stres meningkatnya beban kerja kerja. Jika stres fisik yang (kuantitatif) di masa muncul ini tidak tertangani pandemi seperti sekarang ini lebih dini maka hal ini akan yang diiringi dengan banyak mengakibatkan terganggunya dan beragamnya pekerjaan psikologis hal ini akan yang dilakukan, kontak yang berpengaruh pada terus menerus, kurangnya sosial/prilaku yang akan tenaga dalam mengerjakan menyebabkan seseorang sampai pekerjaan dibandingkan pada tahap pekerjaan yang jumlah pasien mengakibatkan awalnya menyenangkan akan timbulnya stres kerja terasa membosankan, (fisik) pada perawat kehiangan kemampuan utk pelaksana yang menyebabkan merespon, pelupa, kelelahan, merasa otot kaku, konsentrasi menurun, denyut nadi meningkat, ketakutan dan kecemasan yang kehilangan nafsu makan, tidak diketahui penyebabnya. kesulitan tidur, dan kaki Tentu saja jika sudah sampai terasa pegal. pada tahap prilaku akan Banyaknya pekerjaan yang menjadi dampak yang buruk melebihi kapasitas baikbuat diri sendiri, teman menyebabkan kondisi fisik sejawat dan tidak mampu perawat pelaksana di ruang memberikan pelayanan secara IGD dan isolasi sentral cepat dan tepat, dimana mudah lelah dan mudah ruang IGD merupakan ruang tegang. Pelayanan keperawatan di ruang IGD dan menerima dan mengantarkan isolasi sentral juga sangat pasien baru keruangan, kompleks, dimana membutuhkan pemasangan kateter, kemampuan secara teknis dan melakukan heacting luka, pengetahuan yang lebih. ganti balut luka, serta Beban pekerjaan yang begitu melakukan pendokumentasian banyak pemenuhan kebutuhan, askep gawat darurat dan penanganan masalah pada lain-lain yaitu melakukan akhirnya sangat menguras tindakan non keperawatan energi baik fisik maupun seperti membersihkan kemampuan kognitif. Kondisi instrumen medis yang telah perawat IGD dan isolasi dipakai, membersihkan sentral yang stres dengan ruangan, dan membersihkan adanya beban pekerjaan yang sampah sisa tindakan sudah berat hendaknya tidak keperawatan karena tidak ditambah lagi dengan beban- adanya petugas khusus yang beban lain diluar tugas melakukan hal tersebut. sebagai perawat IGD dan Setiap orang pernah isolasi sentral. stres dan akan mengalaminya, Beban kerja yang akan tetapi kadarnya ditanggung oleh perawat berbeda-beda serta dalam pelaksana di ruang IGD dan jangka waktu yang tidak sama isolasi sentral berbeda (Hardjana, 2011). Menurut dengan di ruang rawat yang Suliswati (2015), stres lain. Perawat pelaksana merupakan tanggapan sangat merasa terbebani menyeluruh dari tubuh baik karena harus memberikan fisik maupun mental terhadap pelayanan keperawatan ekstra setiap tuntutan ataupun ketat dan cepat untuk perubahan yang mengganggu, menyelamatkan nyawa pasien. mengancam rasa aman dan Selain itu dengan pemantauan harga diri individu. dan pencatatan kondisi Pengalaman stres adalah pasien secara rutin dan pengalaman pribadi dan kontinyu juga merupakan bersifat subjektif. Stres beban tersendiri. Secara terjadi apabila individu psikologis ada beban untuk menilai situasi yang ada dapat mempertahankan kondisi pada dirinya adalah situasi pasien agar tidak memburuk. yang mengancam. Terhadap keluarga pasien Bekerja di ruang IGD dan perawat juga merasa terbeban isolasi sentral dalam setiap untuk selalu menyampaikan kesempatan akan menemui segala kondisi pasien secara pasien yang memiliki jujur. Beban yang dirasakan karakteristik yang perawat pelaksana di ruang bervariasi yang berdampak IGD dan isolasi sentral pada kondisi dan beban kerja akhirnya meyebabkan adanya yang berbeda. Untuk itu suatu tekanan secara terus perawat berperan sebagai menerus yang memicu tenaga serba bisa, memiliki terjadinya stres kerja. inisiatif, berprilaku Hasil penelitian ini kreatif serta memiliki sesuai dengan hasil wawasan yang luas dengan penelitian yang dilakukan motivasi kerja keras, oleh Haryanti (2013) cerdas, ikhlas dan mengatakan hampir 50% beban berkualitas. kerja perawat tinggi, dimana Hal tersebut sesuai yang tugas perawat selain sistem koping yang dimiliki seorang perawat itu sendiri perawat pelaksana di masa dalam menerima stresor, dan pandemi di Ruang IGD dan beban kerja berat dengan Isolasi Sentral RSUD KLU. stres kerja ringan dapat disebabkan ada beberapa perawat yang memilih menghindar saat dihadapkan dengan pasien yang kritis, menunda pekerjaan yang sulit B. DAFTAR PUSTAKA dan juga malas masuk kerja. Setiap perawat mengalami Aditama(2011). Rokok dan stres yang berbeda-beda Kesehatan. Jakarta: sehingga menyebabkan Penerbit. Universitas meskipun beban kerja perawat Indonesia. sedang tetapi bisa menyebabkan seorang perawat Atiqoh, 2014. Faktor-Faktor mengalami stres ringan. Hal yang berhubungan dengan ini sesuai dengan teori yang Kelelahan kerja pada dikemukakan Taylor (2009) Pekerja Konveksi Bagian koping yaitu usaha untuk Penjahitan di CV. Aneka memecahkan masalah dan Garment. mencegah dari situasi yang dianggap membebani atau Effendi, 2014. Keperawatan mengancam dirinya. Kesehatan Komunitas : Teori Hasil penelitian ini dan Praktik Dalam sesuai dengan yang Keperawatan. Jakarta: dikemukakan Prihatini Salemba Medika. (2011), dimana stres kerja pada hakekatnya dipengaruhi Elnita, 2013. Hubungan Beban oleh beberapa faktor, Kerja dengan Tingkat Stress diantaranya lingkungan Kerja Pada Pekerja Sosial kerja, beban kerja berlebih, Sebagai Caregiver di Panti dan deprivational stres, dan Sosial Tresna Werdha Budi pekerjan beresiko tinggi. Mulia DKI Jakarta Dimana perawat yang 2013.Skripsi. Jakarta: mengalami stres kerja ini Universitas Islam Negeri disebabkan oleh beban kerja Syarif Hidayatullah. yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun Handoko, 2011. Manajemen kualitatif yang tidak segera Personalia dan Sumberdaya diatasi serta tuntutan peran Manusia. Yogyakarta: (tugas) yang lain yaitu Penerbit BPFE. tugas non keperawatan. Akibatnya timbul berbagai Hidayat. (2017). Metode keluhan yang meliputi penelitian Keperawatan dan perawat merasa cepat lelah Teknik Analisis Data. walau sudah istirahat, sulit Jakarta: Salemba Medika. untuk berkosentrasi serta merasa sakit kepala pada Ilyas, 2013. Ilmu Penyakit saat atau setelah bekerja Mata. Edisi 5. Fakultas yang merupakan gejala dari Kedokteran. Universitas stres kerja. Indonesia.
A. KESIMPULAN Kusumawati, (2015). Penelitian
Ada hubungan beban kerja pendidikan penjasorkes. dengan stres kerja pada Bandung: Alfabeta. RSUD KLU, 2021. Angka Kejadian Levin A et al., 2010. Prevalent Covid-19. Tanjung : NTB. Left Ventricle Hypertrophy in Predialysis Population: Rudiansyah, (2014), Pengaruh Identifying Opportunities Insentif, Tingkat For Intervention. American Pendidikan Dan Masa Kerja. Journal Kidney Disease. Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Munandar (2011). Psikologi manajemen. ISSN: 1987-6285. Industri Dan Organisasi. Jakarta: Universitas Sitorus, 2011. Manajemen Indonesia. Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Nasir abdul & Muhith abdul Jakarta: Sagung Seto. (2011). Dasar – dasar keperawatan jiwa. Jakarta, Setyowati, (2014). Skrining Salemba Medika, 2011 Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Notoatmodjo, S. (2010). Metanol Kulit Durian (Durio Metodologi Penelitian zibethinus Murr.) Varietas Kesehatan. Jakarta: Rineka Petruk. Jurnal Seminar Cipta. Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI. ISBN ( Nursalam. 2013. Metodologi 979363175-0): 271-280. Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Suci R.Mar’ih Koesomowidjojo. Praktis : Jakarta : Salemba (2017). Panduan Praktis Medika. Menyusun analisis Beban Kerja (1 st. ed.). Jakarta: Prihatini. (2011). Analisis penebar Suadaya Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Tiap Suma‘mur, 2009. Higene Ruang Rawat Inap RSUD Perusahaan dan Kesehatan Sidikalang. Medan: Kerja. Jakarta: Gunung Universitas Sumatera Utara. Agung.