Anda di halaman 1dari 15

ANATOMI & FISIOLOGI

SISTEM SARAF TEPI


Oleh :
Kelompok 2

1. Witra Ardianti
2. Aiza Rosandi
3. Melinia Aisyah Putri
4. Fandi Rahmad
5. Rahul Iqbal Mahendra Akbar
SISTEM SARAF TEPI
Saraf tepi adalah sel-sel saraf yang terletak di
luar pusat saraf. Saraf tepi terdapat di seluruh
tubuh, baik otot, kelenjar, tulang, bahkan sel-sel
tubuh. Saraf tepi adalah perluasan atau
percabangan dari otak dan sumsum tulang
belakang. Saraf tepi merupakan alat penyampai
rangsang tubuh ke pusat saraf untuk direspons.
Sistem saraf tepi dibagi dalam dua sistem,
yaitu sistem saraf kraniospinal dan sistem saraf
otonom.
1. Sistem Saraf Kraniospinal

Sistem saraf kraniospinal terdiri atas sistem


saraf kranial dan sistem saraf spinal. Sistem saraf
kranial dibangun oleh 12 pasang saraf yang keluar
dari otak, sedangkan sistem saraf spinal dibangun
oleh 31 pasang saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang. Saraf kranial terutama
berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk
daerah kepala, sedangkan saraf spinal melayani
reseptor dan efektor lainnya yang berada dalam
tubuh.
A. Saraf Kranial
Dua belas pasang saraf keluar dari permukaan
belakang otak manusia, terdiri atas saraf sensorik
dan saraf motorik. Dua belas pasang saraf kranial
ini menerima informasi dan mengendalikannya
dalam bentuk aksi dari berbagai organ dan bagian-
bagian kepala, di antaranya mata, telinga, hidung,
lidah, dan wajah. Meskipun saraf kranial
tampaknya hanya merespons rangsang di sekitar
kepala, ada beberapa pasang saraf yang merespons
kotak suara, pangkal tenggorokan, detak jantung,
paru-paru, dan saluran pencernaan.
B. Saraf Spinal
Sumsum tulang belakang membentuk banyak
pasangan saraf. Pada manusia terdapat 31 pasang
saraf. Setiap pasang saraf keluar dari celah yang
terbentuk antara 2 vertebra. Setiap pasang saraf
ini merespons rangsang kegiatan tubuh, di luar
daerah kepala. Seluruh saraf spinal merupakan
gabungan saraf sensorik (aferen) dan motorik
(eferen). Saraf spinal berhubungan dengan sistem
kerja saraf otonom
Sumsum tulang belakang membentuk banyak pasangan saraf. Pada manusia
terdapat 31 pasang saraf. Setiap pasang saraf keluar dari celah yang terbentuk
antara 2 vertebra.
2. Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh kinerja saraf-saraf


motorik yang terdapat pada sumsum tulang belakang
dan beberapa saraf kranial yang mengatur gerakan-
gerakan dalam tubuh, seperti gerakan otot jantung,
gerakan otot-otot saluran pencernaan, dan sekresi
hormon dan enzim oleh kelenjar. Kita dapat melihat
secara lengkap sistem saraf otonom yang mengatur
kerja organ-organ tubuh secara kinetis dan hormonal.
Sistem saraf otonom bekerja di bawah kontrol saraf tak
sadar. Ada dua macam sistem saraf otonom yang
bekerja antagonis.
Dua belas pasang saraf keluar dari permukaan belakang
otak manusia, terdiri atas saraf sensorik dan saraf
motorik.
Ada dua macam sistem saraf otonom yang
bekerja antagonis.
Pertama, sistem saraf parasimpatetik, sel-sel sarafnya
berasal dari sumsum tulang leher dan sumsum ruas
terbawah tulang belakang.
Kedua, sistem saraf simpatetik, sel-sel sarafnya keluar
dari sumsum bagian tengah ruas-ruas tulang belakang.
Pada umumnya,kedua sistem saraf otonom ini bekerja
pada organ yang sama, misalnya, sistem simpatetik
mengeluarkan hormon norepinephrin meningkatkan
kecepatan denyut jantung, maka sistem parasimpatetik
mengeluarkan hormon asetilkolin yang memperlambat
denyut jantung akibat kerja hormon norepinephrin.
Saraf tepi meliputi 12 saraf kranial, yaitu sebagai berikut ]

Nomor Nama Jenis Fungsi

Menerima rangsang dari hidung


dan menghantarkannya ke otak
I Olfaktorius Sensori
untuk diproses sebagai sensasi
 bau

Menerima rangsang dari mata


dan menghantarkannya ke otak
II Optik Sensori
untuk diproses sebagai persepsi
visual

Menggerakkan sebagian besar 


III Okulomotor Motorik
otot mata

Menggerakkan beberapa otot
IV Troklearis Motorik
 mata

Sensori: Menerima rangsangan


dari wajah untuk diproses di
V Trigeminus Gabungan
otak sebagai sentuhan 
Motorik: Menggerakkan rahang

VI Abdusen Motorik Abduksi mata


Sensorik: Menerima rangsang
dari bagian anterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi
VII Fasialis Gabungan rasa
Motorik: Mengendalikan otot
wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah

Sensori sistem vestibular:
Mengendalikan keseimbangan 
VIII Vestibulokoklearis Sensori Sensori koklea: Menerima rangsang
untuk diproses di otak sebagai
suara

Sensori: Menerima rangsang dari


bagian posterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi
IX Glosofaringeal Gabungan
rasa
Motorik: Mengendalikan organ-
organ dalam

Sensori: Menerima rangsang dari


organ dalam 
X Vagus Gabungan
Motorik: Mengendalikan organ-
organ dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah


Fungsi utama dari sistem saraf perifer (PNS) adalah
untuk menghubungkan sistem saraf pusat (SSP) ke
seluruh tubuh, seperti organ, otot dan anggota
badan. Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan
neuron yang menghubungkan sistem saraf ke
berbagai bagian tubuh, yang memungkinkan otak
untuk berkomunikasi dengan semua area tubuh.
PNS terdiri dari dua divisi yang terpisah dikenal
sebagai sistem saraf somatik (SNS), yang
bertanggung jawab untuk mengendalikan otot-otot
sadar dan organ sensorik, dan sistem saraf otonom
(ANS), yang bertanggung jawab untuk
mengendalikan otot tak sadar.
Ada dua jenis neuron dalam sistem saraf perifer, yang dikenal
sebagai neuron sensorik dan motorik, dan mereka mentransfer
informasi melalui sinyal kimia dan listrik. Neuron sensorik,
juga dikenal sebagai neuron aferen, bertanggung jawab untuk
mengirimkan pesan dari tubuh ke sistem saraf. Neuron
motorik, juga dikenal sebagai neuron eferen, mengirim pesan
dari otak ke berbagai bagian tubuh. Beberapa syaraf motorik
yang cukup panjang karena mereka diwajibkan untuk
mencapai dari sistem saraf perifer untuk apa pun bagian tubuh
yang mereka butuhkan untuk berkomunikasi dengannya.
SNS bertanggung jawab untuk komunikasi antara otak dan
otot-otot sadar dan organ sensorik. Ini menerima pesan dari
organ sensorik, seperti mata, telinga atau kulit, dan merelay
kembali ke SSP untuk diproses. Setelah otak menerima sinyal,
itu kemudian mampu membuat pilihan tentang bagaimana hal
itu akan menyebabkan tubuh untuk bereaksi.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai