PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eksodonsia atau pencabutan gigi merupakan prosedur pengangkatan gigi beserta
akarnya dari dalam soket tulang alveolaris menggunakan tang, elevator ataupun
dengan pendekatan transalveolar (pembedahan) yang dilakukan apabila gigi tersebut
sudah tidak dapat dirawat lagi. Pencabutan gigi ideal adalah pencabutan yang tidak
menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin terhadap jaringan
penyangganya sehingga luka bekas pencabutan dapat sembuh secara normal dan
tidak menimbulkan komplikasi atau masalah pasca tindakan operatif. Untuk
mengatasi rasa sakit tersebut, diperlukan tindakan anestesi yang tepat (Lande, dkk.,
2015; Fragiskos, 2007).
Anesthesi yang digunakan pada rongga mulut umumnya bersifat lokal. Anesthesi
lokal dapat didefinisikan sebagai tindakan menghilangkan sensasi pada lokasi yang
terlokalisir yang disebabkan oleh adanya penghambatan proses konduksi pada tepi
saraf. Mandibula dipersarafi oleh nervus trigeminus cabang ketiga (V3). Saraf V3
terdiri dari serabut saraf motoris dan sensoris. Pada cabang bagian anterior terdapat
beberapa syaraf motoris yang berhubungan dengan otot-otot mastikasi seperti
masseter, deep temporal, dan lateral pterygoid. Selain itu, pada bagian anterior juga
terdapat nervus bukalis yang meninervasi kulit dan mukosa bagian dagu serta
bagian bukal gingiva dari prosesus alveolaris mandibula di bagian molar. Pada
bagian posterior didominasi oleh saraf sensoris dan sejumlah kecil saraf motoris.
Pada bagian posterior terdapat syaraf auriculotemporal, syaraf alveolaris inferior,
dan syaraf lingualis. Syaraf lingualis merupakan syaraf sensorik yang
menginervasi bagian 2/3 anterior lidah, termasuk persepsi terhadap sensasi maupun
sensasi terhadap pengecapan. Syaraf alveolaris inferior merupakan cabang terbesar
dari divisi syaraf mandibula. Syaraf ini mempunyai cabang-cabang kecil seperti
nervus mylohyoid, dental branches, serta pada bagian ujungnya adalah nervus
inscisivus dan nervus mentalis (Malamed, 2019).
Teknik anestesi lokal yang sering digunakan untuk rahang bawah adalah
infiltrasi, blok nervus mandibularis, blok nervus mentalis dan blok nervus bukalis.
Infiltrasi yang umum digunakan untuk rahang bawah ialah infiltrasi bukal dan
lingual, dimana teknik ini ditujukan untuk menganestesi pulpa dan nervus bukalis
atau lingualis gigi terlibat. Blok mandibular (Inferior Alveolar Nerve Block)
bertujuan untuk menganestesi gigi pada satu sisi rahang bawah, bagian inferior
ramus mandibula, korpus mandibula, 2/3 anterior lidah, dasar mulut,
mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa anterior rongga mulut. Blok
nervus bukalis bertujuan untuk menganestesi saraf bukal yang menginervasi jaringan
lunak dan periosteum bukal hingga gigi molar rahang bawah. Mental nerve block
bertujuan untuk menganestesi syaraf mental dan ujung dari cabang saraf inferior
alveolar mandibular (Malamed, 2019).
Pada pencabutan gigi rahang bawah terdapat dua metode yang digunakan yaitu
metode pencabutan sederhana (simple extraction/close method) dan metode bedah
(Surgical tooth extraction/open method). Metode dipilih berdasarkan keadaan klinis
pasien. Metode pencabutan sederhana dilakukan untuk kasus pencabutan sederhana
dengan tingkat kesukaran minimal yang tidak memerlukan tindakan pembedahan
sedangkan metode bedah diindikasikan untuk gigi dengan morfologi akar yang
menyulitkan proses pencabutan, gigi dengan hipersementosis, gigi impaksi dan
akar gigi yang patah dan tertinggal di dalam saluran akar (Fragiskos, 2007).
Metode pencabutan sederhana memiliki dua tahapan penting yaitu pemisahan
gigi dari jaringan lunak disekitarnya dengan menggunakan instrument bernama
desmotome dan mengelevasi gigi dari soket menggunakan forceps dan elevator.
Sementara itu, metode pencabutan dengan pendekatan pembedahan dilakukan
dengan membuat flap dan biasanya disertai pengurangan tulang sebelum
mengekstraksi gigi (Fragiskos, 2007).
Keberhasilan proses anestesi dan ekstraksi gigi rahang bawah juga bergantung
pada pengetahuan operator tentang pemilihan teknik anestesi maupun metode
pencabutan. Sebagai mahasiswa kedokteran gigi, kita diwajibkan untuk mengetahui
dasar-dasar pemilihan teknik anestesi dan metode pencabutan gigi rahang bawah dan
menguasai teknik-teknik tersebut untuk nantinya dapat memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang appropriate. Oleh karena itu, kelompok kami tertarik
untuk memilih judul “Anesthesi dan Eksodonsia Gigi Rahang Bawah” sebagai judul
makalah kami.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana anatomi persyarafan rahang bawah?
2. Apa saja teknik anesthesi lokal yang dapat digunakan untuk pencabutan gigi
rahang bawah?
3. Apa saja teknik pencabutan gigi rahang bawah?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui anatomi persyarafan rahang bawah
2. Untuk mengetahui teknik anesthesi lokal yang dapat digunakan untuk
pencabutan gigi rahang bawah
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik pencabutan gigi rahang bawah
1.4. Manfaat:
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1. Manfaat bagi penulis yaitu, melatih kemampuan menulis dan menambah ilmu
tentang teknik anesthesi dan metode pencabutan gigi rahang bawah dan
mampu mencari solusi atas permasalahan seputar pemilihan teknik anesthesi
dan metode pencabutan gigi rahang bawah
2. Manfaat bagi mahasiswa kedokteran gigi yaitu, dengan adanya tulisan ini
diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan mengenai
teknik anesthesi dan metode pencabutan gigi rahang bawah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. Nervus Mandibularis Tampak Lateral (A) Cabang Posterior Nervus Mandibularis
Tampak Medial (B)
a) Nervus Bukalis
Saraf bukalis berfungsi sebagai saraf aferen (sensoris) untuk kulit pipi,
mukosa bukal, dan jaringan periodontal beserta gingiva dari gigi molar pada satu
kuadran. Nervus bukalis berjalan ke posterior pipi hingga otot maseter. Nervus
bukalis kemudian melalui batas anterior ramus mandibula, distal, dan bukal dan
berjalan di antara dua kepala otot pterigoideus lateral yang kemudian bergabung
dengan batang anterior V3 (Logothetis, 2016).
b) Nervus Aurikulotemporalis
Nervus aurikulotemporalis berjalan bersama dengan arteri dan vena
superficial temporal sebagai saraf aferen untuk telinga luar dan kulit kepala.
Nervus ini tidak berperan signifikan dalam kedokteran gigi (Logothetis, 2016;
Malamed, 2019).
c) Nervus Lingualis
Nervus lingualis terbentuk dari cabang aferen jaringan periodontal dan
gingiva bagian lingual gigi rahang bawah serta korpus lidah. Pertama nervus
lingualis berjalan sepanjang permukaan lateral dari lidah. Nervus ini di posterior
melalui sisi medial sampai lateral duktus kelenjar submandibularis hingga inferior
dari duktus tersebut.
Nervus lingualis bertemu dengan ganglion kelelenjar submandibula yang
berlokasi lebih dalam pada lobus kelenjar submandibularis. Ganglion
submandibularis merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis, menginervasi
kelenjar sublingual dan submandibularis yang berasal dari nervus fasialis. Pada
dasar lidah, nervus lingualis bergerak ke superior di antara otot pterigoideus
medialis dan mandibula, anteromedial teradap nervus alveolaris inferior.
Dikarenakan posisinya yang berdekatan tersebut, maka saraf lingualis juga akan
teranestesi ketika dilakukan anestesi blok nervus alveolaris inferior dengan
menarik sekitar 1 cm jarum anestesi.
Nervus lingualis bergerak ke superior kemudian bergabung dengan cabang
posterior V3. Nervus lingualis berfungsi sebagai saraf aferen untuk sensasi umum
dan sensasi rasa lidah, dasar mulut, jaringan periodontal serta gingiva dari gigi
rahang bawah sampai garis tengah pada satu kuadran (Logothetis, 2016).
Gambar 3. Nervus Mandibularis Tampak Medial
d) Nervus Alveolaris Inferior
Nervus alveolaris inferior merupakan saraf aferen yang terbentuk oleh
gabungan antara nervus mentalis dan nervus incisivus. Nervus alveolaris inferior
berjalan ke posterior melalui canalis mandibularis sepanjang arteri dan vena
alveolaris inferior. Kemudian nervus alveolaris inferior bergabung dengan
cabang-cabang saraf gigi. Cabang-cabang dental dan interradikular yang berasal
dari jaringan periodontal di sekitarnya menjadi bagian dari pleksus dentalis
inferior dalam lengkung mandibula.
Nervus alveolaris inferior keluar kanalis mandibula melalui foramen
mandibula, kemudian bergabung dengan nervus mylohyoid. Foramen mandibula
terletak dua pertiga hingga tiga perempat jarak dari coronoid notch ke perbatasan
posterior ramus mandibula dan selurunya dalam pterygomandibular space
(pterygomandibular triangle). Baik coronoid notch maupun pterygomandibular
space merupakan landmark untuk melakukan blok nervus alveolaris inferior.
Nervus alveolaris inferior kemudian bergerak ke lateral menuju otot
pterigoideus medialis, antara ligamentum sphenomandibular dan ramus
mandibula, di bagian posterior dan sedikit ke lateral nervus lingualis.
Ligamentum sphenomandibular menjadi penghalang selama dilakukan anestesi
blok alveolaris inferior, sehingga sering terjadi kegagalan yang mengakibatkan
hanya nervus lingualis yang teranestesi. Nervus alveolaris inferior kemudian
bergabung dengan cabang V3.
Nervus alveolaris inferior merupakan persarafan aferen untuk jaringan
periodontal serta gingiva gigi anterior , beserta mukosa labial yang dilalui oleh
cabang-cabang nervus insisivus dan nervus mentalis dalam satu kuadran. Nervus
alveolaris inferior dan nervus lingualis dianestesi dengan anestesi blok. Dalam
beberapa kasus dapat terjadi bifid nervus alveolaris inferior unilateral ataupun
bilateral, dimana terdapat dua nervus alveolaris inferior pada satu sisi mandibula
(Logothetis, 2016).
e) Nervus Mentalis
Nervus mentalis terdiri dari cabang eksternal yang berfungsi sebagai saraf
aferen pada dagu, bibir bawah, mukosa labial beserta jaringan periodontal dan
gingiva fasial gigi anterior dan premolar rahang bawah dalam satu kuadran.
Nervus mentalis memasuki foramen mentalis melalui permukaan lateral
mandibula, biasanya berada pada inferior apeks premolar rahang bawah.
Foramen mentalis merupakan landmark ketika melakukan anestesi blok pada
nervus ini. Setelah masuk melalui foramen mentalis, lalu berjalan sepanjang
kanalis mandibula, nervus mentalis kemudian menyatu dengan nervus insisivus
membentuk nervus alveolaris inferior, sebelum nervus alveolaris inferior keluar
melalui foramen mandibula (Logothetis, 2016).
f) Nervus Incisivus
Nervus insisivus adalah saraf aferen yang terdiri dari cabang-cabang dental
gigi anterior dan premolar rahang bawah yang berasal dari pulpa, keluar gigi
melalui foramen apikal, dan bergabung dengan cabang interdental dari jaringan
periodontal sekitarnya menjadi pleksus dentalis inferior di dalam lengkung
mandibula. Nervus insisivus berfungsi sebagai saraf aferen untuk jaringan
periodontal dan gingiva fasial gigi anterior dan premolar dalam satu kuadran
mandibula.
Nervus mentalis bergerak di dalam kanalis mandibula, yang merupakan
kelanjutan anterior dari kanal mandibula yang berjalan secara bilateral antara
foramen mentalis. Nervus insisivus kemudian menyatu dengan nervus mentalis
pada kanalis mandibularis sebelum keluar melalui foramen mandibula. Nervus
mentalis dianestesi dengan blok insisivus (Logothetis, 2016).
g) Nervus Mylohyoid
Terdapat cabang kecil setelah nervus alveolaris inferior keluar dari foramen
mandibula. Cabang tersebut merupakan nervus mylohyoid, saraf ini menembus
ligamentum sphenomandibular dan berjalan inferior dan anterior di sepanjang
myloyoid groove kemudian ke permukaan inferior otot mylohyoid.
Nervus mylohyoid berfungsi sebagai saraf eferen (motoris) untuk otot
mylohyoid dan posterior otot digastrikus. Namun dalam beberapa kasus saraf
myloyoid dapat berfungsi sebagai saraf aferen untuk molar pertama mandibula.
Secara klinis kurang efektif apabila dilakukan blok pada nervus ini. Namun
dengan berbagai pertimbangan dapat pula dilakukan anestesi dengan teknik
injeksi supraperiosteal ataupun injeksi intraligamen gigi yang akan dirawat
(Logothetis, 2016).
2.2. Teknik Anestesi Lokal Rahang Bawah
Anesthesi yang digunakan pada rongga mulut umumnya bersifat lokal. Anesthesi
lokal dapat didefinisikan sebagai tindakan menghilangkan sensasi pada lokasi yang
terlokalisir yang disebabkan oleh adanya penghambatan proses konduksi pada tepi
saraf. Teknik anestesi lokal yang sering digunakan untuk rahang bawah adalah
infiltrasi, blok nervus mandibularis, blok nervus mentalis dan blok nervus bukalis.
Dalam melakukan anastesi apapun didalam rongga mulut pasien, ada baiknya
dimulai dengan melaksanakan persiapan penderita terlebih dahulu dan melakukan
prosedur umum anestesi. Berikut langkah persiapan penderita dan prosedur umum
pada anastesi:
1. Sterilisasi instrument
Metode dasar yang digunakan untuk sterilisasi instrument bedah adalah:
dry heat, moist heat (autoclave), bahan kimia, dan sterilisasi dengan ethylene
oxide.
2. Persiapan pasien
3. Persiapan operator
Persiapan operator mencakup persiapan dalam penggunaan alat
pelindung diri yang meliputi penggunaan masker, cap, appron, handscoon.
Gambar 5. Persiapan
operator
4. Pembuatan flap
Dalam pembuatan flap pada ektraksi gigi dengan teknik surgical tooth
extraction ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
Insisi harus dilakukan secara terus menurus bukan dilakukan secara
terputus-putus. Hal ini untuk menghindari proses penyembuhan luka
yang lama pada flap.
Desain flap dan insisi dilakukan sebaik mungkin untuk menghindari
cidera pada inervasi dan persyarafan disekitar area rongga mulut.
Insisi harus dimulai kira-kira di ruang belakang bukal dan berakhir di
papilla interdental gingiva.
Envelope insisi dan semilunar insisi yang digunakan dalam
apikoektomi dan pengangkatan ujung akar, harus setidaknya 0,5cm
dari sulkus gingiva.
Lebar flap harus memadai, sehingga bidang operasi mudah diakses,
tanpa menciptakan ketegangan dan trauma selama penatalaksanaan.
Dasar flap harus lebih lebar daripada free margin gingiva hal ini untuk
memastikan inervasi darah yang memadai dan membantu proses
penyembuhan.
Flap yang didesain harus lebih besar dari defisit tulang sehingga
margin flap ketika dijahit bertumpu pada tulang yang sehat dan tidak
melebihi tulang yang tidak sehat, sehingga mencegah dehiscence dan
robeknya flap.
Ketika sayatan tidak dibuat di sepanjang sulkus gingiva untuk alasan
estetika khususnya pada orang dengan senyum lebar. Maka bekas luka
yang akan dihasilkan harus dipertimbangkanterutama pada permukaan
labial gigi depan.
Selama prosedur pembedahan, menarik, menghancurkan atau melipat
tutup flap yang berlebihan harus dihindari karena aliran darah
terganggu dan menunda proses penyembuhan (Fragiskos, 2007).
Dalam melakukan ektraksi gigi dengan tenik open method ada
beberapa flap yang dapat digunakan. Pada umumnya nama flap sesuai
dengan bentuk dari flap itu sendiri seperti trapezoidal, triangular,
envelope, dan semilunar.
Trapezoidal Flap
Merupakan flap dengan dua releasing incision yaitu pada
mesial dan distal. Dua sudut terletak pada sisi superior dari
releasing incision, dan dua sudut lain pada envelope incision.
Relasing incision vertikal selalu meluas ke papilla interdental dan
tidak pernah ke pusat permukaan labial atau bukal gigi. Hal ini
memberikan integritas gingiva dengan benar karena jika sayatan
dimulai di tengah gigi kontraksi setelah penyembuhan akan
meninggalkan area serviks gigi yang terbuka. Flap trapeziodal
sesuai untuk prosedur bedah yang luas, terutama ketika flap
triangular tidak memberikan akses yang memadai
(Fragiskos,2007).
Gambar 6. Trapeziodal Flap
Keuntungan Trapeziodal
Flap
- Me
mberikan akses yang sangat baik
- Memungkinkan pembedahan untuk dilakukan pada lebih
dari satu atau dua gigi
- Tidak menghasilkan ketegangan pada jaringan
- Memungkinkan reapproximation flap dengan mudah ke
posisi semula dan mempercepat proses penyembuhan.
Envelope flap
Envelope flap adalah flap yang diincisi pada sulcus gingiva dan
memanjang sepanjang empat atau lima gigi. Flap ini diindikasikan
pada kasus pembedahan gigi incisivus, premolar, molar,
apicoektomi, dan kista. Menurut Poeenomo tahun 2017
menyebutkan indikasi lainnya dalam penggunaan flap envelope
yaitu pada kasus eksostotis yang akan dilakukan perawatan
alveolektomi, kista globulomaksilaris, kista traumatik (kista
tulang soliter), dan fistula oroantral (Fragiskos,2007).
Gambar 8. envelope flap
Keuntungan envelope flap:
- Menghindari sayatan vertikal dan mudah dikembalikan ke
posisi semula.
Kekurangan envelope flap:
- Refleksi sulit terutama palatal,
- ketegangan cukup besar dengan berisiko mengakibatkan
ujung robek,
- Visualisasi terbatas pada apikoektomi
- Akses terbatas dan memungkinkan cedera pembuluh darah
dan saraf palatal
- Cacat pada attached gingiva (Fragiskos, 2007).
Semilunar Flap
Flap ini adalah flap yang diincisi dengan bentuk melengkung
yang dimulai tepat di bawah lipatan vestibular dan memiliki jalur
cembung dengan bagian cembung menuju attached gingiva. Titik
terendah incsi harus minimal 0,5 cm dari margin gingiva sehingga
suplai darah tidak terganggu. Flap diindikasikan dalam
apikoektomi dan pengangkatan kista kecil dan ujung akar
(Fragiskos, 2007).
Gambar 9. semilunar flap
5. Refleksi mukoperiosteum
Refleksi dilakukan untuk memisahkan flap mukoperiosteum dari tulang
di bawahnya. Ketika perlekatan antara tulang dan periosteum kuat atau
terjadi simfisis t, maka gunting atau pisau bedah dapat digunakan (Fragiskos,
2007).
6. Ekstraksi gigi atau akar dengan elevator atau forceps
7. Perawatan luka dan suturing pasca operasi
Suturing pada luka bedah bertujuan memegang lipatan flap dan
merapikan kembali flap pada posisi awam. Selainitu juga bertujuan
melindungi jaringan di bawahnya dari infeksi atau faktor iritasi lainnya, dan
mencegah pendarahan pasca operasi (Fragiskos, 2007).
2.3.2. Metode Pencabutan Sederhana (Simple tooth extraction)
Metode pencabutan sederhana (simple tooth extraction) merupakan
metode pencabutan gigi yang ditujukan untuk kasus pencabutan sederhana
dengan tingkat kesukaran minimal yang tidak memerlukan tindakan
pembedahan. metode ini digunakan bila kelainan periapikal dental granuloma
atau kista radikular ukuranya kecil sehingga biasanya granuloma atau kista
tersebut ikut terambil saat dilakukan pencabutan gigi. Metode ini juga sering
disebut dengan Pencabutan intra-alveolar.
Metode pencabutan sederhana memiliki dua tahapan penting yaitu
pemisahan gigi dari jaringan lunak disekitarnya dengan menggunakan
instrument bernama desmotome dan mengelevasi gigi dari soket
menggunakan forceps dan elevator (Fragiskos, 2007).
a. Indikasi dan Kontraindikasi Metode Pencabutan Sederhana (Simple
tooth extraction)
1. Kerusakan gigi atau akar gigi yang tidak bisa dilakukan ekstraksi
dengan teknik tertutup
2. Infeksi akut seperti necrotizing ulcerative gingivitis atau herpetic
gingivostomatitis.
3. Gigi pada area yang pernah mengalami radiasi juga tidak boleh
dilakukan pencabutan karena dapat mengakibatkan terjadinya
osteonecrosis.
4. Gigi yang berada pada area tumor ganas, perikoronitis yang parah,
dan abses dentoalveolar akut
5. Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik tidak terkontrol
seperti penyakit diabetes mellitus dan blood dyscrasias (Yuwono,
2010; Fonseca, 1988)
a. Armamentarium dan Prosedur Metode Pencabutan Sederhana
(Simple tooth extraction)
Adapun alat dan bahan serta prosedur dari metode ini adalah:
1. Insisivus sentral dan lateral
Posisi kerja
Operator berada di depan/belakang kanan dari pasien. Sedangkan
untuk operator kidal, posisi kerja operator untuk gigi incisivus sentral
dan lateral mandibula adalah di depan/belakang kiri pasien.
Armamentarium
Alat yang digunakan untuk pencabutan gigi insisivus dengan
metode simple tooth extraction adalah:
1. Forcep (Mandibular universal forceps or no. 151 forceps)
2. straight/curved desmonome
3. Tooth elevator
Prosedur
1. Anestesi
Sebelum melakukan proses pencabutan pada gigi incisivus,
perlu dilakukan anasthesi. Terdapat dua jenis anastesi yang dapat
digunakan pada gigi geligi rahang bawah, yaitu anastesi blok
mandibula dan anastesi tambahan (mandibular supplemental
injection). Anastesi blok terbagi atas inferior alveolar nerve block,
buccal nerve block, mental nerve block, dan incisive block.
Anastesi tambahan (mandibular supplemental injection) terdiri
atas supraperiosteal injection, intraseptal injection, dan
periodontal ligament injection (Logotheis, 2016). Pada umumnya
proses pencabutan untuk gigi incisivus dan caninus rahang bawah
menggunakan teknik supraperiosteal infiltration injection.
Sebelum menginjeksikan needle lakukan anastesi topikal pada
titik insersi needle. Jarum diinsersikan pada lipatan mukolabial
setinggi apeks akar gigi dengan bevel jarum searah dengan
jaringan keras gigi, aspirasi, lalu larutan anasthesi dideponirkan
sebesar 1,5cc. Anastesi mengenai gigi, tulang alveolar, ligamen
periodontal, gingiva labial. Untuk ekstraksi gigi ditambah injeksi
di lingual 0,5cc menganestesi gingiva lingual.
2. Ektraksi gigi
a. Pemisahan perlekatan jaringan lunak dari gigi yang akan
dicabut
Langkah pertama dalam mencabut gigi menggunakan
teknik closed method adalah memotong atau melonggarkan
perlekatan jaringan lunak yang mengelilingi gigi. Diperlukan
dua instrumen untuk memutuskan perlekatan jaringan lunak:
desmotom lurus dan melengkung. Untuk gigi incisivus sentral
dan lateral mandibula digunakan curved desmotome.
Desmotome dipengang menggunakan teknik ‘pen grasp’ di
tangan yang dominan, sedangkan untuk tangan yang tidak
dominan jari telunjuk dan jari tengah ditempatkan secara bukal
dan lingual untuk melindungi jaringan lunak dari cedera (lidah,
pipi dan langit-langit). Untuk gigi incivus sentral mandibula (31
dan 41) jari telunjuk ditempatkan secara bukal dan jari tengah
secara lingual. Setelah itu desmotome diposisikan di bagian
bawah sulkus gingival. Kemudian dilakukan pemisahan
perlekatan jaringan lunak dari gigi yang dilakukan mulai dari
permukaan distal gigi dan bergerak ke arah permukaan mesial,
pertama secara bukal kemudian lingual.
Gambar 12. Jari telunjuk ditempatkan di bagian bukal dan jari tengah di
bagian lingual
Tabel 2. anasthesi blok yang bekerja pada gigi molar pertama dan kedua.
Gambar 13. posisi tangan kanan dan kiri pada proses pencabutan molar
d. Ekstraksi gigi dari soket
Setelah gigi mengalami sedikit pergerakan maka tekanan luksasi
berangsur – angsur semakin kuat. Pergerakan akhir pencabutan
kearah bukal dan proses pencabutan dilakukan secara berhati – hati
agar tidak menimbulkan kerusakan pada mahkota gigi molar
(Fragiskos, 2007).
5. Molar Ketiga
Posisi kerja
Posisi operator pada saat melakukan pencabutan yaitu pada posisi
depan kanan pasien (Fragiskos, 2007).
Armamentarium
Alat yang digunakan untuk pencabutan gigi molar pertama dan
kedua dengan metode simple tooth extraction adalah:
- mandibular molar forceps
- desmotome
- tooth elevator
Prosedur
1. Anestesi
Sebelum melakukan proses pencabutan pada gigi molar
mandibula, anastesi perlu dilakukan. Pada umumnya proses
pencabutan molar ketiga menggunakan teknik anastesi inferior
alveolar nerve block dan diikuti dengan supplemental injection
berupa supraperiosteal infiltration injection. Supraperiosteal
infiltration injection dilakukan langsung pada bagian apikal akar gigi
yang akan dicabut (Logotheis, 2016).
Gambar 17. pemisahan akar oleh elevator dan penempatan jari operator
Gambar 21. luksasi dan pengambilan akar mesial dengan gerakan rotasi
elevator T
c. Ujung Akar
Pencabutan sisa ujung akar pada uumnya dilakukan dengan
menggunakan doubled angled elevator. Hal ini dikarenakan instrumen
tersebut memmiliki ujung yang tajam dan kecil sehingga dapat
beradaptasi secara baik pada ujung sisa akar dan tulang alveolar.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu luksasi. Luksasi dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berujung pipih dan
kecil (Fragiskos, 2007).
Apabila sisa ujung akar sangat kecil dan terletak ddalam pada
socket, pengambilan dilakukan dengan menggunakan narrow angled
elevator. Instrumen ini ditempatkan diantara tulang alveolar dan akar
gigi. Untuk mengeluarkan sisa ujung akar narrow angled elevator
ditempatkan seapikal mungkin secara hati – hati. Setelah itu lakukan
luksasi. apabila sisa ujung akar tidak bergerak sama sekali, narrow
angled elevator ditempatkan pada posisi mesial atau distal dari sisa
ujung akar hingga ujung akar mengalami pergerakan. Apabila hal ini
masih sulit untuk dilakukan terutama pada gigi dengan akar ganda, hal
yang dapat membantu pengeluaran sisa akar adalah dengan memotong
tulang intraradicular. Pemotongan dapat dilakukan dengan bur
ataupun instrumen dengan ujung yang tajam untuk membantu
membentuk ruang sehingga ujung akar gigi dapat dikeluarkan. Apabila
sisa ujung akar terdapat pada maxilla maka prosedur yang dilakukan
tetaplah sama akan tetapi operator diharapkan untuk melakukannya
secara hati – hati agar ujung akar tidak terdorong kearah sinus
(Fragiskos, 2007).
Sisa ujung akar juga dapat dikeluarkan dengan bantuan endodontic
file. Langkah pertama yaitu rekatkan file pada saluran akar pada ujung
akar yang tersisa. Setelah itu lakukan pengeluaran akar dengan
bantuan tangan atau needle holder. Apabila menggunakan needle
holder dianjurkan untuk menempatkan gauze pada permukaan gigi yan
dijadikan tumpuan (Fragiskos, 2007).
Gambar 22. luksasi dan pengambilan sisa ujung akar dengan doubble angled elevator
Gambar 23. pengambilan sisa ujung akar dengan endodontic file root extraction
DAFTAR PUSTAKA
Fonseca. 1988. Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia: W.B. Saunders.
Fragiskos, F. D. 2007. Oral surgery. Springer Science & Business Media.
Lande, R., Kepel, B.J., Siagian, K. V. 2015. Gambaran Faktor Risiko dan Komplikasi
Pencabutan Gigi di RSGM PSPDG-FK UNSRAT. Jurnal e-GiGi (eG), Vol.3 (2)
hh: 476-481.
Nasution, M. A. 2015. Gambaran Keberhasilan Pati Rasa Pada Anestesi Lokal Blok
Mandibula Metode Fischer Di Klinik Bedah Mulut RSGMP USU.
Sagung, A.. 2013. Dental Extraction Technique Using Difficulty. Jurnal Kesehatan
Gigi. Vol 1 No. 2:155-119.
Urolagin, S.B., Kale, T.P., Patil, S., 2012, Intraoral Incision, Design of Flaps and
Management of Soft Tissue
Wiyatmi, H. 2014. Exodontia Gigi Permanen Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Propinsi
DIY.
Yuwono, B. 2010. Penatalaksanaan Pencabutan Gigi Dengan Kondisi Sisa Akar
(Gangren Radik). Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 (2): 89-95