Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL DRM CASE 3

SUDDEN DEATH

Kelompok 17

Tutor : DONY SEPTRIANA ROSADY, DR., M.BA.,

M.HKES.

Nama NPM
Wahyu Kijang Ramadhan 10100116191
Mohamad Dias Agustian 10100118041
Shahnaz Salsabilla Putri 10100118096
Robby Nurdiansyah 10100118109
Salma Aulya Fitriani 10100118112
Naya Valenski 10100118118
Hilda Al Fadhilah 10100118127
Indira Khairana 10100118171
Tannia Kusumawardhani 10100118178
Firda Aulia Rahman 10100118188

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia- Nya kami
dapat menyusun laporan tutorial kasus ke-1 pada sistem DRM ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok tutorial 17 tingkat 4 di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan dan
penyusunan laporan ini, baik berupa materil maupun segala hal yang dapat membantu dalam penyelesaian
laporan ini, karena kami tidak dapat menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan setiap pihak.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, karena kami adalah manusia yang tidak luput dari
kesalahan, karena itu kami bersedia untuk menampung setiap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat yang bagi penyusun, pembaca, dan seluruh kalangan
masyarakat. Aamiin.

Bandung, September 2021

Kelompok 17

2
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................4
REVIEW CASE.....................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
ISI...........................................................................................................................................................6
A. KESADARAN DAN KETIDAK SADARAN...........................................................................6
KESADARAN....................................................................................................................................6
Gangguan Kesadaran........................................................................................................................8
KETIDAKSADARAN.......................................................................................................................9
Cardiac Syncope..............................................................................................................................11
B. SUDDEN DEATH....................................................................................................................12
DEATH.............................................................................................................................................12
SUDDEN DEATH............................................................................................................................15
C. MANAGEMENT.....................................................................................................................20
BASIC LIFE SUPPORT.................................................................................................................20
Cardiopulmonary Resuscitation.....................................................................................................27
D. AUTOPSY................................................................................................................................33
Indikasi Autopsy..............................................................................................................................33
Prosedur Autopsy............................................................................................................................34
Manner of Death..............................................................................................................................34
Terms for Death Declaration..........................................................................................................35
E. PATOMEKANISME...............................................................................................................36

3
BAB I
REVIEW CASE
Mr. D 55 y.o
CC : tidak sadarkan diri
AC:
- 30 menit sebelumnya tiba-tiba jatuh saat keluar rumahnya
- Satu jam sebelumnya terlihat sehat.
History :
Penyakit Jantung Koroner.

Primary survey
- Tidak ada nadi dan tidak ada nafas
- Dokter melakukan Cardio Pulmonary Resuscitation

Setelah 15 menit melakukan CPR, pemeriksaan EKG menunjukkan asystole.


Dokter menyatakan bahwa Tn. D sudden death

Dokter meminta melakukan autopsy tetapi keluarga menolak.


Dokter hanya melakukan pemeriksaan luar saja. Dari pemeriksaan dokter tidak menemukan
tanda-tanda kekerasan atau keracunan pada Tn. D.

Dokter meyimpulkan kematian pasien adalah proses alami karena cardiac origin.

4
BAB II
ISI
A. KESADARAN DAN KETIDAK SADARAN

KESADARAN
Istilah kesadaran termasuk ke dalam dua konsep:

1. Keadaan sadar: termasuk level kesadaran seperti bangun, mengantuk atau tertidur
2. Kesadaran pengalaman: sadar akan pikiran, perasaa, persepsi, ide, mimpi dan alasan di
dalam keadaan sadar seperti pada nomor satu

Definisi lainnya:

- Kesadaran adalah subjektif dunia luar dan dalam diri individu termasuk kesadaran
pemikiran private (internal) yakni kesadaran akan pikiran, persepsi, dan mimpi
- Kemampuan sadar akan diri sendiri dan lingkungan serta dapat merespon terhadap
stimulus eksternal

Normal states kesadaran terdiri dari wakefulness dan tidur

- Waking state: alert, sadar sekitar dan koheren dengan pikiran serta aksinya tergantung
sensory input yang “energizes” RAS dan aktivitas CNS.

- RAS dibantu stimulasinya oleh hypocretin

- Stimulus didapatkan dari mata (penglihatan), pendengaran dan sensori reseptor lainnya

Mekanisme:

5
Input sensorik

(stimulus: visual, hearing, pain, touch…)

Brain stem (reticular formation)

Melalui kolinergic pathway dibawa ke

Interlaminal thalamic nuclei di thalamus

Cortex cerebri

consciousness

Transisi Menuju Wakeful State

3 main inputs to orexin-secreting cells :

1. action potential firing from the suprachiasmatic nucleus (SCN)

2. indicators of negative energy balance

3. arousing emotional states signaled by the limbic system

6
Gangguan Kesadaran
Definisi: berkurangnya kewaspadaan, kemampuan untuk terangsang (aroused), atau kesadaran
akan diri sendiri dan lingkungan

7
Penyebab:

1. Berkurangnya aktivitas special thalamocortical alerting system yang di istilahkan sebagai


reticular activating system (RAS) yang utamanya terletak di brainstem
2. Gangguan pada brainstem, thalamus, prefrontal cortex dan parietal lobes
3. Hasil dari gangguan menyeluruh pada cortical dan subcortical otak

KETIDAKSADARAN
Definisi: Ketidaksadaran adalah keadaan darurat medis yang sensitif terhadap waktu di mana
stabilitas fisiologis dan diagnosis dini sangat penting dalam mengoptimalkan hasil pasien

Etiologi:

1. Structural pathology local di otak: : merusak area atau menimbulkan kerusakan tidak
langsung melalui kompresi atau peningkatan tekanan intracranial mengganggu cerebral
blood flow tissue distortion and brain herniation

Contoh:

• Stroke

• Traumatic brain injury (TBI)

• Intracranial, epidural, subdural hemorrhages

• Intracranial tumors

• Inflammation

• Venous thrombosis

• Acute hydrocephalus

2. Sistemik
 Hypoglycemia
 Hyperglycemia
 Hyponatremia
 Hypernatremia
 Hypercalcemia

8
 Seizures
 Systemic infections (sepsis)
 Meningitis
 Encephalitis
 Adrenal crisis

9
Management:

Cardiac Syncope
Cardiac syncope adalah ilangnya kesadaran sementara karena cacat baik struktural atau listrik,
yang mencegah produksi curah jantung yang cukup untuk perfusi otak secara memadai. Terjadi
saat seseorang kehilangan kesadaran karena kondisi jantung mencegah suplai nutrisi dan oksigen
yang cukup ke otak. Lebih sering terjadi pada pasien dengan kelainan jantung yang sudah ada
sebelumnya atau riwayat keluarga dengan kelainan jantung atau kematian mendadak.
Penempatan alat pacu jantung dapat mencegah kejadian sinkopal di masa mendatang karena blok
derajat tinggi atau cacat konduksi pada SA node, AV Node, bundles, atau fascicles.

Sinkop disebabkan oleh kegagalan global sementara perfusi serebral. Saat jantung, otak tidak
mendapat perfusi karena jantung gagal menghasilkan curah jantung yang cukup untuk mengirim
darah segar beroksigen ke otak. Ini biasanya sekunder untuk cacat jantung mekanis atau
struktural atau aritmia yang mengubah konduksi listrik melalui miokardium. Aritmia diakui
sebagai mekanisme yang lebih umum dari keduanya. Namun, kelainan struktural dan mekanik
pada jantung sering menyebabkan aritmia tersebut. Oleh karena itu, proses-proses ini sering
saling terkait.

10
B. SUDDEN DEATH
DEATH
Definisi
Penghentian lengkap dan irreversible dari sirkulasi, respirasi dan fungsi otak -WHO
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 117 yang
berbunyi : “ Seseorang dikatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi, dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila ada kematian batang otak telah
dapat dibuktikan ”. -UU

Stage
Death  terjadi dalam 2 stage:
1. Somatic, systemic or clinical
Kulit dan tulang tetap aktif secara metabolik selama berjam-jam dan ini sel dapat berhasil
dikultur beberapa hari setelah somatic kematian
2. Molecular or cellular.
• Kematian molekuler terjadi sedikit demi sedikit. Perubahan awal terjadi karena disfungsi
metabolic dan kemudian dari disintegrasi struktural.
• Jaringan saraf mati dengan cepat, pusat vital otak dalam waktu sekitar 3-7 menit, tetapi otot
bertahan hingga 1-2 jam.

Brain death/brainstem death


Brain death  Merupakan kehilangan/berhentinya semua fungsi otak secara total dan
irreversible

11
Brainstem death  karena pada brainstem terdapat reticular formation dan sangat berfungsi pada
fungsi cortex maka kematian pada brainstem pun dapat disebut sebagai kematian otak karena
jika area ini mati pusat pernapasan dan kesadaran hilang
 
Mechanism:
Traumatic or cerebrovascular injury, cardiovascular problem, generalized hypoxia, etc  brain
edema and increase intracranial pressure  cerebral circulation ↓  aseptic necrosis brain  3-
5 hari terjadi destruksi otak (pannecrosis) seluruh cerebrum dan brainstem  compress brain dan
brainstem  brain infarction

Kriteria brain death:


bervariasi di setiap negara, penentuannya bersifat klinis, secara umum:
1. Koma sebelumnya dengan penyebab ireversibel
2. Penghentian semua fungsi otak sebagai berikut.
• Tidak responsive terhadap stimulus apapun
• Refleks brainstem (-), respon pupil terhadap cahaya (-), reflex oculocephalic / “doll’s
eyes”, reflex cornea (-), reflex oropharyngeal (-), reflex pernafasan (-)
• Tes apnea (-), di mana pasien tidak menunjukkan bukti upaya pernapasan atau perubahan
denyut jantung

• Dengan adanya lesi otak struktural yang jelas tanpa bukti penyebab toksik atau
metabolik, pemeriksaan ulang neurologis harus dilanjutkan 6 jam setelah evaluasi awal
untuk mengkonfirmasi dan mendokumentasikan temuan. Pemeriksaan ulang harus
dilakukan pada 12 jam jika penyebabnya tidak pasti atau tidak ada bukti kerusakan otak
struktural parah yang ireversibel.

12
• Ketika evaluasi klinis, tes apnea, atau keduanya tidak jelas atau tidak layak, tes
konfirmasi untuk mendokumentasikan tidak adanya aktivitas listrik serebral atau
metabolik. CT dapat mendukung pemeriksaan klinis.

Causes and manner of death


Cause  injury atau disease yg menyebabkan gangguan fisiologis, dalam periode yg singkat
atau lama dapat mengakibatkan kematian individu
Manner/jenis kematian:

• Untuk beberapa manner kematian yg termasuk undetermined adalah jika keadaannya


tidak jelas contoh: saat tenggelam, tidak tahu apakah tenggelamnya karna kecelakaan
atau bunuh diri
• Untuk alcohol dan drugs abuse sulit untuk diklasifikasikan sehingga biasanya termasuk
‘unclassified’

Mode of death
Menurut Xavier Bichat, seorang dokter Prancis, ada 3 cara kematian tergantung pada sistem
yang terpengaruh, terlepas dari apa penyebab kematian dapat berupa:
1. Coma: keadaan ketidaksadaran yg mendalam, seseorang tidak resposif terhadap stimulus.
Kematian yg disebabkan oleh kegagalan fungsi otak. Causes:

13
- Injury or disease of the brain
- Systemic disorders, such as diabetic ketoacidosis, uremia, heat stroke, eclampsia
- Intoxication with alcohol, opium, cocaine, chloral hydrate, anesthetics, atropine, cyanide,
phenol
- Other conditions: Severe catatonic states.
2. Syncope: kematian disebabkan oleh kegagalan fungsi jantung yg menghasilkan hypoxia dan
hyperfusion otak. Causes: Heart disease, Pathological state of blood, Hemorrhage, Exhausting
diseases, Vagal inhibition, Poisoning
3. Asphyxia: kematian disebabkan oleh kegagalan fungsi paru dalam kasus ini fungsi respiratory
rusak terlebih dahulu sebelum fungsi jantung. Causes:
- pathological conditions: pneumonia, paralysis of the respiratory centre (as in opium poisoning),
obstruksi jalan pernapasan, menghirup gas racun, traumatic asphyxia

Death on arrival
1. Menurut Munawar Khursheedetall (2015), DOA adalah pasien yang dinyatakan meninggal
pada saat datang ke IGD tanpa upaya resusitasi atau pasien yang mati setelah gagal
resusitasi, yang terjadi dalam 15 sampai 60 menit setelah kedatangan.
2. Pasien DOA menunjukan kematian tersebut terjadi sebelum pasien tiba di rumah sakit. Dalam
kasus tersebut, dokter tidak bisa mengeluarkan surat kematian tanpa mengetahui penyebab
kematiannya. Alasan ini yang mendasari bahwa pemeriksaan pasien DOA perlu dilakukan
untuk mengetahui penyebab kematian.
Apakah pasien DOA perlu resusitasi?
1. Ciri – ciri: pasien datang dengan pupil midriatik, tidak ada pernapasan, dan tidak ada
denyut nadi.
2. pasien mungkin telah melewati masa kritis untuk resusitasi. Apa tindakan terbaik dalam
skenario ini?
3. jika kita dengan cepat menyadarkan pasien, kita dapat menyelamatkannya.
4. Jika prognosisnya tidak jelas, memulai resusitasi tanpa penundaan adalah yang terbaik
sehingga dapat lebih banyak informasi dikumpulkan untuk memprediksi perjalanan klinis
dan hasilnya, dan untuk mempelajari preferensi kematian pasien.

14
SUDDEN DEATH
Definisi
kematian yg terjadi secara cepat atau dalam waktu 1 jam setelah gejala morbiditasnya (menurut
WHO 24 jam merupakan waktu limit)
Sudden death tidak bisa secara pasti ditentukan penyebabnhya dari external examination saja,
dalam beberapa kasus autopsy diperlukan untuk menemukan kemungkinan kematian disebabkan
oleh perbuatan buruk

Causes
1. Cardiovascular (44-50% of cases): Cardiovascular disease and coronary artery atherosclerosis
(most common)
• Coronary artery disease
• Valvular heart disease
• Congenital heart disease
• Hypertensive heart disease
• Infection, e.g. myocarditis, pericarditis
• Cardiac tamponade
• Cardiomyopathies
• Aortic aneurysm
2. Respiratory system (15-23% of cases)
• Pulmonary embolism
• Lobar/Bronchopneumonia
• Massive hemoptysis
• Obstruction by foreign body
• Air embolism
• Edema of glottis/lungs
• Pneumothorax
• Neoplasm
3. Central nervous system (10-18% of cases)
• Intracerebral hemorrhage

15
• Cerebral thrombosis
• Subarachnoid hemorrhage
• Embolism
• Meningitis
• Tumor
• Idiopathic epilepsy
• Abscess
4. Gastrointestinal system (6-8% of cases)
• Hemorrhage from peptic ulcer, esophageal varices or malignancy
• Strangulated hernia
• Rupture of abdominal aneurysm
• Ruptured diseased viscus
• Acute hemorrhagic pancreatitis
• Appendicitis
• Fulminant hepatic failure
• Ruptured liver abscess
5. Genitourinary system (3-5%)
• Chronic nephritis
• Tuberculosis of kidney
• Nephrolithiasis
• Tumors of kidney/bladder
6. Reproductive system
• Toxemia of pregnancy
• Rupture of ectopic pregnancy
• Uterine hemorrhage due to fibroids
• Carcinoma of vulva
7. Endocrine
• Adrenal insufficiency or hemorrhage

16
• Myxedemic coma or crisis
• Diabetic coma
• Parathyroid crisis
8. Iatrogenic
• Abuse of drugs
• Mismatched blood transfusion
• Sudden withdrawal of steroids
• Anesthesia
9. Miscellaneous
• Anaphylaxis
• Cerebral malaria
• Alcoholism
• Shock from dread, fright or emotion
• Sickle cell crisis
• Bacteremic shock

Special Causes in Children


i. Cot deaths or SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
ii. Mongols and others with congenital or mental abnormalities
iii. Concealed puncture wounds.

Indeterminate: Very rarely the cause cannot be determine


Risk factor
 age: birth – first 6 month (Suddden Infant Death) dan 45 – 74 tahun
 gender: men > women
 cardiovascular problem
 obesity, diabetes, smoking, etc

17
Symptoms
Biasanya tanpa gejala tetapi ada beberapa tanda yg dapat mengidentifikasi kematian:
 Loss of consciousness
 Lack of response to stimuli
 Respiratory arrest
 Loss of normal skin tone-turning purplish-blue

Treatment
Treatment yg efektif untuk mencegah sudden death adalah defribilator. Jika defibrillator tidak
terdapat di tempat terdekat, CPR dibutuhkan dengan mouth to mouth metode

Prognosis
 Tidak dapat diprediksi
 Jika tidak mendapatkan treatment lebih awal  die
Patogenesis dan Patophysiology Sudden Death

18
C. MANAGEMENT

BASIC LIFE SUPPORT


Basic Life Support adalah perawatan kegawatdaruratan medis yang diberikan kepada korban
dengan keadaan atau cedera yang mengancam nyawa sebelum korban mendapatkan perawatan
komprehensif di rumah sakit.

19
20
1. Be safe  amankan diri, lingkungan, dan pasien
● pastikan lingkungan aman sebelum melanjutkan
● pindahkan orang itu dari lalu lintas
● Pindahkan orang tersebut keluar dari air dan keringkan orang tersebut. (Orang yang
tenggelam harus dikeluarkan dari air dan dikeringkan; mereka juga harus dikeluarkan
dari genangan air, seperti genangan air, kolam, selokan, dll)
● Pastikan Anda tidak terluka sendiri
2. Asses the person
● Goyangkan orang tersebut, tepuk bahunya dengan keras, dan bicaralah dengan keras
● Periksa untuk melihat apakah orang tersebut bernapas ( Pernapasan agonal, yang kadang-
kadang terengah-engah dan efektif, tidak dihitung sebagai pernapasan)

3. Call EMS
● kirim seseorang untuk meminta bantuan atau untuk menghubungi nomor darurat Anda
dan meminta AED
● Jika sendiri, panggil bantuan sambil menilai pernapasan dan nadi. (ILCOR menekankan
bahwa ponsel tersedia di mana-mana sekarang dan sebagian besar memiliki speakerphone
internal. Hubungi bantuan tanpa meninggalkan orang tersebut)
 4. Posisikan pasien
● Pastikan tidak ada trauma cervical spine
● Tempatkan korban diatas permukaan yang keras dengan posisi supinasi
5. Check respon
● Konfirmasi adanya cardiac arrest selama 10 detik (cek nadi dan nafas secara simultan)
● Cek nadi dengan palpasi arteri karotis di sisi yang dekat dengan penolong Lihat apakah
tidak bernafas atau megap-megap
6. CPR  Mulai set kompresi dan napas penyelamatan
5. Defibrilasi  Pasang AED pads jika tersedia

AED
● Automated external defibrillator (AED) adalah perangkat yang mengenali fibrilasi
ventrikel dan disritmia lainnya dan memberikan kejutan listrik pada waktu yang tepat.

21
● Perawatan untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi atau pengiriman kejutan listrik ke
jantung melalui dinding dada orang tersebut.
● Kejutan ini mencoba menghentikan aktivitas listrik yang tidak teratur dan memungkinkan
ritme normal jantung untuk melanjutkan.
● Dengan menggunakan konsep tim, satu penolong harus mengoordinasikan semua
penolong yang ada sehingga satu penolong melakukan kompresi dada sementara
penolong kedua menyiapkan AED untuk digunakan.
Hal yang harus diperhatikan:
● Pastikan untuk memindahkan orang tersebut dan diri Anda sendiri ke tempat yang aman
sebelum menggunakan AED.
● Pastikan orang tersebut tidak basah (seka cepat kering) atau di dekat air sebelum
menggunakan AED. Jika orang tersebut memiliki perangkat implan, seperti alat pacu
jantung, Anda akan melihat tonjolan di dadanya.
● Tempatkan bantalan defibrillator sedekat mungkin ke posisi yang benar tanpa harus
langsung di atas perangkat.
● Untuk orang dengan medication patch, lepaskan patch, bersihkan kulit hingga kering, dan
gunakan bantalan AED.
Steps AED:
1. Ambil AED (Gambar 8a).
a. Buka case nya
b. Nyalakan AED.
2. Buka dada orang tersebut (Gambar 8b).
a. Jika basah, keringkan dada
b. remove medication patches
3. Buka AED pads (Gambar 8c).
a. peel off backing/ Lepaskan dukungan.
b. Periksa pacemaker/ alat pacu jantung atau defibrilator internal.
4. Pempelkan pads (Gambar 8d).
a. Tempelkan satu pad di dada kanan atas di atas payudara.
b. Tempelkanpad kedua di dada kiri bawah di bawah ketiak.
5. Pastikan kabel terpasang ke kotak AED (Gambar 8e).

22
6. Menjauhlah dari orang tersebut (Gambar 8f).
a. Hentikan CPR
b. Bersihkan orang tersebut untuk memastikan tidak ada yang menyentuh bagian mana pun
dari korban.
7. Biarkan AED menganalisis ritme.
8. Jika pesan AED berbunyi “Check Elektroda”, maka:
a. Pastikan elektroda membuat kontak yang baik.
b. Jika dada berbulu, tarik pembalut dan ganti.
9. Jika pesan AED berbunyi “Shock”,
a. Pastikan orang tersebut “clear” dengan memastikan tidak ada yang menyentuhnya.
b. Tekan dan tahan tombol “shock” sampai AED memberikan shock/ kejutan (Gambar 8g).
10. Lanjutkan CPR selama dua menit dimulai dengan kompresi dada (Gambar 8h).

23
ADVANCED CARDIAC LIFE SUPPORT
● Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah standar perawatan untuk pasien yang
menderita serangan jantung
● Merupakan standar perawatan untuk manajemen henti jantung di rumah sakit (IHCA)
● Tujuan dari Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) adalah untuk mencapai hasil
terbaik bagi individu yang mengalami peristiwa yang mengancam jiwa
ACLS Survey:
● Airway
Pantau dan pertahankan jalan napas terbuka setiap saat. Jika dada individu naik tanpa
menggunakan jalan napas lanjutan, terus berikan CPR tanpa jeda. Namun, jika berada di rumah
sakit atau dekat dengan profesional terlatih yang dapat memasukkan dan menggunakan jalan
napas secara efisien, pertimbangkan untuk menghentikan CPR.
● Breathing
Pada henti jantung, berikan oksigen 100%. Pertahankan saturasi O2 darah lebih besar atau sama
dengan 94%. Gunakan kapnografi bentuk gelombang kuantitatif jika memungkinkan.
Tekanan parsial normal CO2 adalah antara 35 - 40 mmHg.
● Circulation
Dapatkan akses intravena (IV), bila memungkinkan atau akses intraosseous (IO). Pantau tekanan
darah, pantau irama jantung menggunakan pads dan monitor jantung (saat menggunakan AED,
ikuti petunjuknya yaitu, kejutkan ritme yang dapat disetrum), berikan cairan bila perlu. Gunakan
obat kardiovaskular bila diindikasikan.
● Differential Diagnosis
Identifikasi dan obati penyebab reversible, irama jantung dan riwayat pasien adalah kunci untuk
diagnosis banding, kkses kapan harus mengejutkan versus mengobati

24
Reference:
- AHA Journal 2020
- Provider Handbook Basic Life Support
- Provider Handbook Advanced Cardiac Life Support
Cardiopulmonary Resuscitation
Cardiopulmonary resuscitation (CPR) merupakan intervensi yang dilakukan untuk
memberikan oksigenasi dan sirkulasi ke tubuh selama serangan jantung.
Etiology
Setiap tahun hampir 350.000 orang Amerika meninggal karena penyakit jantung.
Setengah dari ini akan mati tiba-tiba di luar rumah sakit, karena penghentian mendadak
fungsi jantung spontan.
Penyebab paling umum dari serangan jantung mendadak pada orang dewasa adalah
fibrilasi ventrikel.
Meskipun terdapat kemajuan dalam perawatan jantung darurat terus meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup, serangan jantung mendadak tetap menjadi penyebab utama
kematian di banyak bagian dunia. Pada 2016, penyakit jantung terus menjadi penyebab
utama kematian di Amerika Serikat.

25
Epidemiologi
Tujuh puluh persen serangan jantung yang terjadi di luar rumah sakit terjadi di rumah.
Meskipun ada kemajuan dalam layanan medis darurat, tingkat kelangsungan hidup tetap
rendah.
Korban dewasa dari serangan jantung non-trauma yang menerima upaya resusitasi oleh
layanan medis darurat memiliki tingkat kelangsungan hidup untuk keluar rumah sakit
hanya 10,8%. Sebagai perbandingan, pasien dewasa yang mengalami serangan jantung di
rumah sakit memiliki tingkat kelangsungan hidup hingga keluar rumah sakit hingga
25,5%.
Patophisiology
Pengobatan definitif untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi listrik. Hal ini paling
sering dilakukan dengan menggunakan defibrillator eksternal otomatis (AED). Jika AED
tidak tersedia untuk defibrilasi, kematian otak kemungkinan akan terjadi dalam waktu
kurang dari 10 menit.
CPR adalah sarana untuk menyediakan sirkulasi buatan dan ventilasi sampai defibrilasi
dapat dilakukan. CPR manual konvensional, menggabungkan kompresi dada dengan
pernapasan penyelamatan, dapat memberikan hingga 33% dari curah jantung normal dan
oksigenasi bila dilakukan dengan benar.
Indikasi
Tidak adanya denyut nadi teraba pada pasien yang tidak responsif menunjukkan perlunya
CPR.
CPR In hospital
Beberapa penyelamat umumnya tersedia di lingkungan rumah sakit, dan ventilasi
biasanya dilakukan dengan perangkat bag-valve-mask (BVM).
Ventilasi BVM perlu dilakukan oleh penyedia yang terampil dalam penggunaannya. Jika
pasien tidak diintubasi, CPR dilakukan oleh satu penyedia yang melakukan kompresi
dada sementara penyedia kedua memberikan napas dengan ventilasi BVM.
Rasio kompresi terhadap napas dalam situasi ini berubah menjadi 15 kompresi menjadi
dua napas.
Setelah pasien diintubasi, tidak perlu melakukan siklus kompresi dan ventilasi - kompresi
dada dilakukan terus menerus, sementara napas penyelamatan diberikan secara
independen melalui BVM pada tingkat 10 per menit (satu napas setiap enam detik).
Mekanisme
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan
sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut :
26
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri
sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas.
Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan
bantuan sirkulasi.

3. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di
atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada
korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan
tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan
berkisar antara 1.5 - 2 inci (3,8 - 5 cm).

27
5. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang
kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang
dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan
kompresi. (50% Duty Cycle).
6. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada
saat melepaskan kompresi.

28
7. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 15 : 2 dilakukan oleh 1 penolong
atau 5:1 jika dilakukan oleh 2 penolong jika korban/pasien tidak terintubasi dan
kecepatan kompresi adalah 80-100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk
kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. Dari tindakan
kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80 mmHg, dan diastolik
yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah
jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur
dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh
melebihi 30 detik

29
Kapan menghentikan RJP
1. Bila RJP berhasil Ada denyut nadi karotis Perubahan warna kulit ( pucat®kemerahan)
Perubahan ukuran pupil mata Nafas spontan Batuk atau korban sadar
2. Penolong mengalami kelelahan
3. Datangnya bantuan dari medik atau orang yang lebih berpengalaman
Differential diagnosis
Pemeriksaan fisik cepat yang berfokus pada denyut nadi teraba dan status mental penting
karena kadang-kadang overdosis obat, termasuk asupan alkohol berat, dapat meniru
serangan jantung.

30
D. AUTOPSY
Indikasi Autopsy

31
Prosedur Autopsy

Manner of Death
1. Natural
A death from an internal cause (disease), where the deceased person has suffered from a
disease that can be precisely characterized and from which death was anticipated. The
death occurred entirely independently of any external factors of legal significance.
2. Unnatural
A death attributable to an event caused, triggered, or influenced from outside, irrespective
of whether due to the fault of the patient him- or herself or of a third party. Unnatural
deaths, therefore, are those due to:
● Physical assault
● Accident
● Homicide
● Poisoning
● Suicide
● Treatment errors
● Fatal consequences of any of the first six points.

3. Unexplained

32
When the cause of death cannot be determined at the time of death certification even
when the history is taken into account.

Terms for Death Declaration


1. Found Dead
 The person who found the body itself noticed that there was no life in it.
 There was no sign of life when the body was found elsewhere (road side or in an
house unattended.
 The body is being brought to the hospital (usually by the police or other
government agency or Ambulance or Bystanders) for postmortem examination or
for storage in the hospital.
2. Brought in Dead (BID) or Dead on Arrival (DOA)
 Refer to a patient whom being brought for treatment. At the time, when they
started the journey to the hospital, the patient was alive (or at least that is what
those who accompanied the patient thought so).
 On reaching the hospital, examination reveals that the patient is dead.
3. Expired, Dead
This refers to the patient who was being treated in a ward and suffers a cardiorespiratory
arrest (or a cardiac arrest and subsequent respiratory arrest or a respiratory arrest and
subsequent cardiac arrest)

33
E. PATOMEKANISME

34
BHP

1. Menjelaskan kondisi pasien dan kematiannya kepada keluarga dengan baik


2. Aspek medikolegal sebagai dokter dalam mengeluarkan surat kematian pasien sudden
death harus berhati hati karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki
merupakan kematian akibat suatu tindakan pidana.
3. Sebaiknya untuk seluruh lapisan masyarakat perlu memahami dan menguasai Teknik
basic life support

IIMC

Q.S. An-Nahl (16) : 61


“Dan kalau Allah meghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang
ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan
mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat
meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
Q.S. Al-Munafiqun : 11
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”

35

Anda mungkin juga menyukai