BLOK 19 MODUL 2
KEGAWATDARURATAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami selaku kelompok 1 telah menyelesaikan
laporan hasil diskusi kelompok kecil pada modul 2 blok 19 mengenai kegawatdaruratan
medis. Fokus pokok pembelajaran dalam modul ini adalah pembahasan mengenai
kegawatdaruratan neurologi hingga pembahasan – pembahasan lain yang mendukung
pemahaman kita terhadap modul kali ini. Dalam proses penyusunan laporan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Muhammad Khairul Nuryanto, M. Kes. selaku tutor kelompok 4 yang telah
membimbing kami selama menjalani diskusi kelompok kecil sehingga materi diskusi
dapat mencapai sasaran pembelajaran yang sesuai.
2. Dosen-dosen yang telah memberikan materi pendukung pada pembahasan, baik saat
perkuliahan maupun praktikum sehingga semakin membantu pemahaman kami terhadap
materi pada modul ini.
3. Kepada seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian laporan ini. Baik sarana dan
prasarana kampus yang kami pergunakan.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat berguna
baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca di kemudian hari. Kami memohon maaf
apabila dalam penulisan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini terdapat kata-kata
yang kurang berkenan dihati para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan kami tentang kegawatdaruratan neurologi
ini dapat mendukung pemahaman pembaca terhadap materi tersebut.
ii
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab dari penurunan kesadaran sangat beragam sesuai dengan karateristiknya masing-
masing. Penurunan kesadaran dengan derajat paling berat dikenal sebagai koma, merupakan kasus
kegawatdaruratan neurologik yang memerlukan tindakan yang tepat, cepat, dan cermat. Untuk
mendiagnosis kesadaran menurun dan penyebabnya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
neurologik secara sistematik dan menyeluruh disertai dengan pemeriksaan penunjang yang relevan.
Dalam menegakkan diagnois penurunan kesadaran yang pertama dapat dilihat apakah berasal dari
intrakranial atau ekstrakranial.
1.2 Tujuan
Dengan adanya diskusi ini agar bisa menambah ilmu pengetahuan mahasiswa kedokteran
dalam mengetahui dan memahami diagnosis dan penatalaksanaan suatu kasus yang mengalami
penurunan kesadaran dan stroke.
1.3 Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaaat bagi semua pihak khususnya
untuk mahasiswa kedokteran dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penurunan
kesadaran dan stroke.
BAB II
4
ISI DAN PEMBAHASAN
1.1 Skenario
Perempuan berusia 68 tahun diantar keluarganya IGD Puskesmas karena tidak sadar. Dari
wawancara keluarga didapatkan informasi 30 menit sebelum tiba di puskesmas, pasien sedang
mandi, saat keluar dari kamar mandi, pasien tiba-tiba terjatuh dan kepala terbentur lantai. Sejak
saat itu pasien tidak sadar, saat coba dibangunkan selalu ingin tidur, pasien tampak gelisah,
dominan miring ke kanan saat berbaring, saat diajak bicara tidak ada respon sama sekali.
Dari keterangan putrinya, sudah 2 hari ibunya demam, dan kadang muntah. Nafsu makan
berkurang karena sakit. Riwayat penyakit dahulu diabetes dan hipertensi tidak terkontrol. Pada
pemeriksaan didapatkan: sakit berat, stupor, GCS E1V1M4, tekanan darah 100/60 mmHg, suhu
38 C, laju pernafasan 28 kali per menit, nadi 110 kali/menit, lemah. Dokter lalu melakukan
resusitasi diikuti pemeriksaan neurologis. Berdasarkan pemeriksaannya Dokter menyimpulkan
bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran karena adanya kelainan structural.
3. apakah ada hubungan riwayat penyakit sekarang dengan kejadian penurunan kesadaran?
4. apakah ada hubungan riwayat penyakit dahulu dengan kejadian penurunan kesadaran ?
5
5. apakah ada hubungan terjadi penurunan kesadaran dengan laju pernapasan dan denyut nadi
pasien ?
2. salah satu penyebab penurunan kesadaran bisa disebabkan akibat trauma namun jika
dibalikkan di scenario sudah terjadi penurunan kesadaran terlebih dahulu dan terdapat
beberapa etioligi yang mendukung terjadinya penurunan kesadaran
3. terdapat hubungan berdasarkan keluhan yang dialami seperti demam muntah dan tidak nafsu
makan yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
4. diabetes melitus yang merupakan riwayat penyakit dahulu memiliki hubungan terjadinya
penurunan kesadaran yang diakibatkna hipo/hiperglikemia yang dapat mempengarugi sel
6
dan juga menyebabkan arterosklerosis sedangkan hipertensi disini bisa diakibatkan
hipertensi berat (emergensi) yang dapat menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah
hingga dapat meningkatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran
5. jika terjadi trauma dan membuat perdarahan dan jika dibiarkan bisa menyebabkan anime
sehingga tekanan darah renda dapat membuat otak dan melakukan kompensasi dengan
cepatnya nadi dan nafas
6. penilaian kesadaran dapat menggunakan dua metode yaitu dengan kualitatif dan kuantitaf
A. kualitatif terdiri dari kompos mentis, apatis delirium, somnolen, koma
B. dilakukan dengan pemeriksaan Glasgow coma scale (GCS) yang terdiri dari 3 tes yang
dilakukan penilaian yaitu meliputi E (eye), V (verbal), M (motor respons)
7. pemeriksaan meliputin nervous cranialis, motoric ,reflex fisiologis dan patologis(Babinski)
7
2.4 Strukturisasi Konsep
8
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi, Patofisiologi manifestasi klinik ,Diagnosis,
Tatalaksana Stroke
2.7 Sintesis
LO 1: Etiologi dan Patofisiologi,Komplikasi Penurunan Kesadaran
1. ETIOLOGI
1. Traumatik dan non traumatik: Penyebab traumatik yang sering terjadi adalah
kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, dan jatuh. Penyebab non-traumatik yang dapat
membuat seseorang jatuh dalam keadaan koma antara lain gangguan metabolik,
intoksikasi obat, hipoksia global, iskemia global, stroke iskemik, perdarahan
intraserebral, perdarahan subaraknoid, tumor otak, kondisi inflamasi, infeksi sistem
saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses serta gangguan psikogenik.
2. Intrakranial dan ekstrakranial.
Gangguan kesadaran disebabkan oleh berbagai faktor etiologi, baik yang bersifat intrakranial
maupun ekstrakranial / sistemik. Penjelasan singkat tentang faktor etiologi gangguan kesadaran
adalah sebagai berikut:
9
a. Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, serebellum, atau batang otak)
- Perdarahan, trombosis maupun emboli
- Mengingat insidensi stroke cukup tinggi maka kecurigaan terhadap stroke pada setiap
kejadian gangguan kesadaran perlu digarisbawahi.
c. Gangguan metabolisme
- Di Indonesia, penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus sering dijumpai.
d. Neoplasma
- Neoplasma otak, baik primer maupun metastatik, sering di jumpai di Indonesia.
- Neoplasma lebih sering dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut.
- Kesadaran menurun umumnya timbul berangsur-angsur namun progresif/ tidak akut.
e. Trauma kepala
- Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas.
f. Epilepsi
- Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status epileptikus
g. Intoksikasi
- Intoksikasi dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri), makanan tertentu
dan bahan kimia lainnya.
2. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menerangkan terjadinya kesadaran menurun sebagai akibat dari berbagai macam
gangguan atau penyakit yang masing-masing pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating
system secara langsung maupun tidak langsung. Dari studi kasus-kasus koma yang kemudian
meninggal dapat dibuat kesimpulan, bahwa ada tiga tipe lesi /mekanisme yang masing-masing
merusak fungsi reticular activating system, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10
a. Disfungsi otak difus
1. Lesi di batang otak dan diensefalon bagian bawah yang merusak/menghambat reticular
activating system.
2. Lesi anatomik atau lesi destruktif terletak di talamus atau midbrain di mana neuron-
neuron ARAS terlibat langsung.
3. Lebih jarang terjadi.
4. Pola patoanatomik ini merupakan tanda khas stroke batang otak akibat oklusi arteri
basilaris, perdarahan talamus dan batang otak atas, dan traumatic injury.
11
activating system, atau adanya perubahan-perubahan yang lebih meluas di seluruh
hemisfer.
4. Lesi serebelar sebagai penyebab sekunder juga dapat menekan area retikular batang
otak atas dan menggesernya maju ke depan dan ke atas.
5. Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait lesi seluruh
bagian sistim saraf korteks dan diensefalon
Adapun berbagai keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke sebagai berikut:
a. Trombosit (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawah ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).
d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak). Mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir
memori, bicara atau sensasi.
Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke hemoragik. stroke
iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah menuju otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi pada otak, sedangkan stroke hemoragik terdapat adanya timbunan
darah pada intraserebral. Adapun klasifikasi stroke menurut Wardhana, antara lain sebagai
berikut:
- Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan suplai darah yang
disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di otak.
Penyumbatnya berupa plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang
12
terdapat dalam darah. Penyumbatan dapat terjadi pada pembuluh darah besar seperti
arteri karotis, atau pembuluh darah sedang arteri serebri atau pembuluh darah kecil.
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh
darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar dan
tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan
terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah menjadi lambat dan lama-
kelamaan membuat sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan
(Wardhana, 2011).
- Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami pecahnya pembuluh
darah di dalam ota ditandai adanya perdarahan intraserebral atau perdarahan
subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat,
nadi 6 cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,
2008). Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma).
Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif),
akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang
sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat
tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan
gejala tekanan darah tinggi (Whardhana, 2011)
2. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan
oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur infark.
Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena
embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak.
Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas
vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi.
13
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit
ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat
terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang
luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena. Bila terjadi
kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa, dan
matematika.
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah,
yang mengangkut O2 dan glukose yang sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral.
Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah manifestasi defisit
neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga
disertai defisit fungsi luhur seperti afasia.
Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal utamanya (pada cabang arteri)
dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis superior
(area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan dan
tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa memahami setiap perintah dan pertanyaan yang
diajukan. Lesi pada area fasikulus arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca
mengakibatkan afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior girus
frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif, yaitu klien mampu mengerti terhadap
apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak lancer.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabang-cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa
mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang
mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri,
seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan; (2)
berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah;
14
(3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang serupa dengan
angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan
singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan bervariasi tetapi biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada
sekitar 50% sampai 75% pasien (Harsono, 2009).
1. Stroke Iskemik
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya
ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat
robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di bagian
distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang menyebabkan
15
terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung
pada pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang
adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viable untuk
suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat
disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-
sel glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat
perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke
mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular
yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan
malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian
kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subarakhnoid.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi akibat
cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak
menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif dalam
beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak
perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan dinding aneurisma
yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah
pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh otak dan medula
spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang
tinggi saat pertama kali pecah, serta mengiritasi selaput otak
3. MANIFESTASI KLINIS
1. Defisit Neurologis
16
Defisit neurologi ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Defisit Neurologi bersifat akut tiba tiba saat beraktifitas yang dapat dimungkinkan
bahwa jenis stroke dari pasien adalah adalah jenis stroke hemoragic
2) Defisit Neurologi bersifat akut namun terdapat tanda sebelumnya seperti dysarthia,
Aphasia, paresis ektrimitas dan terjadi pada tubuh saat beristirahat yang dapat
dimungkinkan pasien memiliki jenis stroke iskemik
Defisit neurologis yang terjadi adalah:
a. Face palsy
b. Paresis ekstrimitas
c. Dysarthia
d. Aphasia
e. Inantensi
f. Sensory Loss
2. Gangguan Kesadaran
Gangguan kesadaran diakibatkan adanya lesi baik dari cortex cerebri, Mesenchepalon,
Thalamus, Subthalamus, hypothalamus yang mengganggu jalur antara cortex cerebri dengan
ARAS (Ascending Reticular Activating System). Dimana kesadaran (wakefulness)
merupakan interaksi kontinu antara Corteks Cerebri dengan ARAS dan lesi yang memotong
jalur tersebut akan menimbulkan gangguan kesadaran.
3. Tanda Klinis Mengancam Nyawa
1) Sakit kepala hebat, Mual, muntah, diikuti kehilangan kesadaran itu bertanda terjadi
peningkatan TIK akbat dari cerebral edam yang biasa diikuti dengan infark cerebral
yang luas.
4. DIAGNOSIS
Diagnosis Stroke Iskemik
1) Anamnesis
a. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
b. Gangguan fokal yang muncul mendadak dapat berupa :
c. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu ektremitas, kelumpuhan otot-otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot untuk proses menelan, wicara dan
sebagainya.
d. Gangguan fungsi keseimbangan
17
e. Gangguan fungsi penghidu
f. Gangguan fungsi pengelihatan
g. Gangguan fungsi pendengaran
h. Gangguan fungsi somatic sensoris
i. Gangguan neurobehavioral yang meliputi :
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan mengerti pembicaraan
- Gangguan pengenalan ruang
- Gangguan fungsi kognitif lain.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Penuruan GCS
b. Kelumpuhan saraf kranial
c. Kelemahan motoric
d. Defisit sensorik
e. Gangguan otonom
f. Gangguan neurobehavior
3) Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan + CT Angiografi/MRI + MRA otak
b. EKG
c. Doppler Carotis
d. Transcranial Doppler
e. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
aPTT, PT, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, CRP, laju endap
darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti : enzim jantung (troponin/CKMB),
serum elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
f. Thorax foto
g. Urinalisa
h. Echocardiografi
5. TATALAKSANA
Penilaian umum segera oleh tim stroke, dokter gawat darurat, atau ahli lainnya dalam 10
menit setelah kedatangan , termasuk perintah untuk CT scan darurat
Penilaian neurologis oleh tim stroke dan CT scan dilakukan dalam 25 menit setelah
kedatangan
Interpretasi CT scan dalam waktu 45 menit setelah kedatangan di UGD
Memulai terapi fibrinolitik, jika sesuai, dalam 1 jam setelah kedatangan di rumah
sakit dan 3 jam sejak timbulnya gejala . rTpa dapat diberikan pada pasien yang "tersaring
dengan baik" yang berisiko rendah mengalami perdarahan hingga 4,5 jam.
Waktu masuk pintu masuk 3 jam untuk semua pasien
19
ALGORITMA TATALAKSANA STROKE
Langkah 1
A rm drift (pasien menutup mata dan merentangkan kedua lengan lurus, dengan
telapak tangan di atas selama 10 detik)
S peech tidak normal (minta pasien mengatakan "Anda tidak bisa mengajari anjing
tua trik baru")
Jika salah satu dari 4 tanda ini tidak normal, kemungkinan terkena stroke
adalah 72%
Normal
Abnormal
20
Normal
Abnormal
Langkah 2
Langkah 3
Penilaian Tindakan
21
Penilaian Tindakan
22
Gerakan lengan diuji dengan meminta pasien menutup mata dan
merentangkan kedua lengan lurus ke depan tubuh dengan telapak tangan
menghadap ke atas selama 10 detik. Jika satu lengan tidak bergerak sama
dengan yang lain atau jika satu lengan turun dibandingkan dengan yang lain,
ini akan dianggap tidak normal.
Langkah 4
Tindakan
Berikan oksigen jika pasien hipoksia (saturasi kurang dari 94%). Pertimbangkan oksigen
jika pasien tidak hipo ksia.
Ambil contoh darah untuk hitung darah, pemeriksaan koagulasi, dan glukosa
darah. Periksa glukosa darah pasien dan obati jika diindikasikan. Berikan dekstrosa jika pasien
hipoglikemik. Berikan insulin jika glukosa serum pasien lebih dari 300. Berikan tiamin jika
pasien alkoholik atau malnutrisi.
Kaji pasien menggunakan penilaian skrining neurologis, seperti NIH Stroke Scale
(NIHSS).
Pesan CT scan otak tanpa kontras dan minta agar segera dibaca oleh spesialis yang
berkualifikasi.
23
Tindakan
Langkah 5
Tindakan
Tetapkan waktu terakhir yang diketahui dengan baik jika belum dilakukan.
Lakukan pemeriksaan neurologis untuk menilai status pasien menggunakan NIHSS atau
Skala Neurologis Kanada.
CT scan harus diselesaikan dalam 25 menit dari kedatangan pasien di UGD dan harus dibaca
dalam waktu 45 menit.
Langkah 6
Lakukan tindakan ini jika ada Lakukan tindakan ini jika tidak ada
perdarahan perdarahan
Jika kondisi pasien membaik dengan cepat dan bergerak ke kondisi normal,
fibrinolitik mungkin tidak diperlukan pengobatan
Jika pasien adalah calon terapi fibrinolitik, kaji ulang risiko dan manfaat terapi
dengan pasien dan keluarganya (komplikasi utama antikoagulan IV adalah
perdarahan intrakranial) dan berikan aktivator plasminogen jaringan
(antikoagulant).
Untuk kedua kelompok (mereka yang diobati dengan tPA dan mereka yang
diberi aspirin), berikan perawatan stroke dasar berikut:
Mulailahtangani stroke.
25
Periksa glukosa darah.
26
Kriteria Kriteria Kriteria
inklusi pengecualian pengecualian
Hipertensi yang
tidak terkontrol
berdasarkan
pengukuran berulang
pada tekanan sistolik>
185 mm Hg atau
tekanan diastolik> 110
mm Hg
Malformasi AV,
neoplasma, atau
aneurisma yang
diketahui
Menyaksikan
kejang saat serangan
stroke
28
Tingkat
tekanan darah,
mm Hg Pengobatan
PERAWATAN
Selama atau
setelah
PENGOBATAN
30
.
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penurunan kesadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Kesadaran diatur oleh interaksi antara kedua hemisfer otak dengan ascending reticular
activating system (ARAS). Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran mulai dari gangguan di otak (intrakranial) fokal atau difus dan gangguan sistemik
(ekstrakranial). Penurunan kesadaran terjadi akibat gangguan atau penyakit yang dapat
mengacaukan interaksi fungsi ARAS dengan hemisfer serebri. Penurunan kesadaran dengan
derajat yang paling berat adalah koma dan penurunan kesadaran ini dapat berakibat fatal yaitu
hingga terjadi kematian batang otak.
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab
vaskuler. Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik disebabkan oleh oklusi atau penyumbatan arteri di otak yang dapat disebabkan oleh
thrombosis dan emboli. Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah abnormal
di dalam otak. Pada stroke hemoragik terdapat dua jenis yang disebabkan oleh ruptur arteri
yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Selain itu, stroke juga dapat
menimbulkan defisit neurologis seperti kelemahan anggota gerak. Tujuan tatalaksana stroke
adalah untuk memastikan kestabilan kondisi pasien, mencegah atau membatasi kematian
neuron, serta mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan.
3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi
kelompok, maupun penulisan laporan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
dosen dan rekan-rekan angkatan 2018 serta berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat
membawa manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono & Sidharta. 2011; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke 15. Jakarta: Dian
Rakyat
Price, S.A dan Wilson. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Wardhana, W.A. (2011). Strategi mengatasi & bangkit dari stroke. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Pelajar.
Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.