Disusun oleh:
Kelompok D
Universitas Trisakti
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan makalah tentang hasil
diskusi kami yaitu modul GSM 6504 dengan tepat waktu.
Penyelesaian makalah ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam proses pembuatan makalah ini, terutama untuk para dosen yang
telah membimbing kami beserta teman-teman seangkatan yang telah mendukung kami
untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, tanda baca, maupun isi sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umum dan untuk kami pribadi. Akhir kata, penulis
mengucapkan mohon maaf bila ada kata-kata dalam penyampaian yang kurang
berkenan. Sekian dan terima kasih.
Kelompok D
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I - PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II - PEMBAHASAN SKENARIO DISKUSI 2.1.................................................3
1.1 Nervus yang berperan dalam nyeri pada skenario di atas...........................................3
1.2 Jelaskan secara anatomi 12 saraf cranial, dan lubang pada basis cranii yang dilewati
oleh saraf cranial tersebut !...............................................................................................4
1.3 Jelaskan histologi dari neuron beserta fungsinya........................................................6
1.4 Jelaskan histologi dari neuroglia beserta fungsinya..................................................11
1.5 Jelaskan zat biokimia yang berhubungan dengan nyeri pada skenario di atas..........22
BAB III – PEMBAHASAN SKENARIO DISKUSI 2.2.............................................27
2.1 Jelaskan secara lengkap struktur anatomi pembagian susunan saraf pada manusia!27
2.2 Jelaskan secara fisiologis mekanisme hantaran nyeri pada pasien tersebut?............34
2.3 Definisi dan jenis neurotransmitter!..........................................................................38
2.4 Jelaskan yang anda ketahui tentang neurotransmiter!...............................................41
2.5 Jelaskan apa yang dimaksud dengan sinaps dan bagaimana proses hantaran impuls
yang terjadi di sinaps ?....................................................................................................44
KESIMPULAN..............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................48
iii
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2.2
Seorang wanita berusia 28 tahun datang berobat ke dokter praktek dengan
keluhan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri. Serangan nyeri ini mulai dirasakan sejak
seminggu yang lalu. Pasien mengaku dulunya ia juga sering merasakan nyeri di daerah
wajah tapi nyerinya tidak khas seperti nyeri yang sekarang dialaminya. Serangan nyeri
yang dirasakan mendadak seperti tertusuk-tusuk yang bertahan selama beberapa detik
sampai 2 menit, gejala hilang timbul dan selalu muncul di tempat yang sama. Kadang
nyeri muncul tanpa provokasi tapi lebih sering muncul jika pasien sedang mengunyah
makanan. Dokter menanyakan kemungkinan adanya gejala lain yang muncul bersamaan
dengan keluhan ini seperti mata berair, kebas didaerah wajah, lidah kaku, mulut
mencong atau sulit menelan, namun pasien menyangkal adanya gejala-gejala tersebut.
1
3. Jelaskan histologi dari neuron beserta fungsinya
4. Jelaskan histologi dari neuroglia beserta fungsinya
5. Jelaskan zat biokimia yang berhubungan dengan nyeri pada skenario di atas
SKENARIO 2.2
1. Jelaskan secara lengkap struktur anatomi pembagian susunan saraf pada
manusia !
2. Jelaskan secara fisiologis mekanisme hantaran nyeri pada pasien tersebut?
3. Definisi dan jenis neurotransmitter!
4. Jelaskan yang anda ketahui tentang neurotrasnmiter!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sinaps dan bagaimana proses
hantaranimpuls yang terjadi di sinaps ?
2
BAB II
3
2. Jelaskan Secara Anatomi 12 Saraf Cranial, dan Lubang pada Basis Cranii yang
Dilewati Oleh Saraf Cranial Tersebut!
4
Fossa Cranii Posterior
a. Meatus acusticus internus:
i. N. VII: N. facialis
ii. N.VIII: N. vestibulocochlearis
b. Foramen jugulare:
i. N. IX: N. glossopharingeus
ii. N. X: N. vagus
iii. N. XI: N. accessorius
c. Canalis Hypoglossi:
i. N. XII: N. hypoglossus
d. Foramen stylomastoideum:
i. N. VII: N. facialis
5
3. Jelaskan Histologi dari Neuron Beserta Fungsinya
Neuron memiliki bentuk yang sangat khas untuk mendukung fungsinya sebagai
pembentuk dan penyalur informasi. Bagian-bagian dari neuron antara lain badan sel
(soma atau perikarion), dendrit serta akson. Berdasarkan jumlah dendrit dan akson,
neuron diklasifikasikan menjadi neuron multipolar, bipolar dan pseudounipolar (Ross &
Pawlina, 2011).
Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua atau lebih dendrit. Dendrit
berfungsi sebagai penerima impuls, badan sel sebagai pembentuk impuls dan akson
sebagai pembawa impuls keluar dari neuron. Contoh neuron multipolar adalah neuron
motoris yang banyak ditemukan pada kornu anterior medula spinalis, sel pyramid pada
korteks serebrum, sel purkinje pada korteks serebelum serta interneuron. Neuron
bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit, banyak terdapat pada organ sensoris
khusus, contoh sel pembau, sel-sel penyusun retina, dan sel ganglion nervus
vestibulokoklear. Neuron pseudounipolar bersifat sensoris dan memiliki satu akson
yang segera terbagi menjadi dua cabang. Badan sel neuron pseudounipolar terletak pada
ganglion dorsalis medula spinalis, satu cabang aksonnya memanjang sampai ke reseptor
di perifer (kulit) dan cabang akson lainnya mengarah masuk ke kornu dorsalis medula
spinalis (Ross & Pawlina, 2011).
Badan sel saraf mengandung satu inti sel dengan satu anak inti dan mengandung
organel. Beberapa organel seperti retikulum endoplasmik kasar, ribosom, dan polisom
membentuk struktur khas di dalam sitoplasma neuron yang disebut sebagai badan Nissl
(Nissl’s bodies). Organel lain yang terkandung dalam badan sel saraf adalah
mitokondria, aparatus golgi, lisosom, mikrotubulus, mikrofilamen dan vesikel transport.
Bagian dari badan sel yang akan membentuk akson (axon hillock) tidak mengandung
organel (Mescher, 2010).
Dendrit dan akson merupakan juluran utama yang terdapat pada neuron. Dendrit
mempunyai fungsi utama untuk menerima impuls dari luar dan membawa impuls ke
dalam badan sel. Diameter dendrit lebih besar daripada akson dan tidak bermielin.
Dalam sitoplasma yang menyusun dendrit terdapat organel-organel penyusun
sitoplasma badan sel, kecuali aparatus golgi. Dendrit memiliki percabangan yang
ekstensif, yaitu dendritic trees (pohon dendrit) yang berfungsi untuk memperluas
6
permukaan penerimaan impuls (Kessel 1998; Ross & Pawlina, 2011; Young & Heath,
2000).
Pada sistem saraf pusat, akson terletak di dalam daerah substansia alba,
sedangkan pada sistem saraf perifer, akson adalah penyusun utama dari serabut saraf
perifer (Kessel 1998; Ross & Pawlina, 2011; Young & Heath, 2000). Akson dapat
bermyelin (myelinated) maupun tidak bermyelin (unmyelinated). Selubung myelin
dibentuk oleh neuroglia, yaitu oligodendrosit pada sistem saraf pusat, dan sel Schwann
pada sistem saraf tepi. Pada akson yang bermyelin, selubung myelin bersifat isolator
sehingga memungkinkan penjalaran impuls loncat (saltatory conduction), dimana
impuls akan meloncat pada bagian akson yang tidak diselubungi myelin, yang
dinamakan nodus ranvier atau node of ranvier (Crossman & Neary, 2010; Ross &
Pawlina, 2011). Akhiran akson pada serabut otot bergaris membentuk sinaps, yang
dinamakan neuromuscular junction atau motor end plate dengan neurotransmiter
asetilkolin (Mescher, 2010).
7
Gambar 3.1 Struktur Sel Saraf
Neuron terdiri dari 12 nervus kranial, semua nervus spinal, dan cabangnya.
Fungsinya adalah sebagai penghantar informasi berupa rangsangan atau impuls. Dengan
adanya sel-sel saraf ini, baik organ maupun sistem gerak bisa memberikan respons
sebagaimana mestinya. Fungsi neuron yang paling utama adalah untuk menerima,
mengolah, dan menyampaikan rangsangan dari seluruh organ. Fungsi ini akan berjalan
dengan baik jika ada koordinasi antara fungsi sensorik, fungsi pengatur, dan fungsi
motorik. Sistem saraf dibagi menjadi dua dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
Fungsi utama dari sistem saraf tepi adalah menerima rangsangan dan
menghantarkan semua respons yang sudah diolah oleh sistem saraf pusat. Sistem ini
terdiri dari beberapa fungsi dan bagian, yaitu:
1. Fungsi sensorik
Bagian ini berfungsi untuk menerima setiap rangsangan atau impuls, baik yang
8
dari luar maupun dalam tubuh. Rangsangan yang diterima bisa berupa cahaya,
suhu, bau, suara, sentuhan, tekanan.
2. Fungsi motorik
Bagian motorik berperan untuk memberikan tanggapan atau reaksi tubuh
terhadap rangsangan yang sudah diproses oleh sistem saraf pusat. Ketika terkena
gangguan, misalnya karena penyakit saraf motorik, maka tubuh tidak dapat
bergerak dengan normal atau bahkan tidak dapat bergerak sama sekali.
3. Fungsi somatik
Selain kedua fungsi tersebut, sistem saraf tepi juga mengelola respons semua
kegiatan yang tidak disadari, seperti respons flight-or-fight dan kebalikannya.
Contohnya, ketika mengalami ancaman, tubuh akan merespons keadaan tersebut
dengan mempercepat denyut nadi, meningkatkan frekuensi pernapasan, serta
meningkatkan aliran darah. Setelah keadaan yang dirasa mengancam sudah
teratasi, tubuh akan mengembalikan respons ke kondisi normal.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu fungsi neuron adalah
menerima atau menyalurkan informasi berupa sinyal dari atau ke sel saraf berikutnya
oleh akson. Kemudian pada ujung akson terdapat cabang yang disebut dengan
telodendrion berakhir pada ujung sinaps berbentuk gelembung atau tonjolan yang
banyak mengandung vesikel berisi neurotransmitter. Tempat terjadinya kontak
fungsional antar neuron ini dinamakan celah sinaps.
9
Mekanisme sinapsis dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu presinaps, celah
sinaps, dan postsinaps. Di sepanjang membran, neuron menyalurkan sinyal-sinyal
berupa potensial listrik yang pada akhirnya berujung pada presinaps. Bila sinyal sampai
ke presinaps, maka sinaps akan melepaskan (secara eksositosis) suatu neurotransmitter
yang tersimpan dalam vesikel lalu bergerak melalui celah sinaps ke reseptor protein
pada pasca sinaps.
10
Gambar 3.3 Sinaps Aksoaksonik
3. Sinaps aksoaksonik (axoaxonic synapse), yaitu sinaps yang terletak antara ujung
akson dari neuron yang satu dengan akson neuron lain.
A. Pengertian Neuroglia
Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron sistem saraf pusat (SSP)
sedangkan sel Schwann menjalankan fungsi tersebut pada sistem saraf tepi (SST).
Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih
banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10:1. Tidak seperti neuron, sel
11
glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini berkomunikasi dengan
neuron dan di antara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi.
B. Fungsi Neuroglia
Fungsi sel glia “neuroglia” yang diantaranya yaitu:
C. Jenis-jenis Neuroglia
Berdasarkan letaknya pada susunan saraf, sel glia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Astrosit
12
1) Sebagai “lem” (glia artinya “lem”) utama SSP, astrosit menyatukan neuron-
neuron dalam hubungan ruang yang benar.
2) Astrosit berfungsi sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhirnya
selama perkembangan otak masa janin.
3) Sel-sel glia ini memicu pembuluh darah halus otak menjalani perubahan
anatomik dan fungsional yang berperan dalam pembentukan sawar darah-otak
suatu pembatas sangat selektif antara darah dan otak yang akan segera dibahas
secara lebih detail.
13
masuk ke CES sekitar. Kedua, astrosit memiliki reseptor untuk neurotransmitter
glutamat yang sering dikeluarkan oleh neuron.
2. Oligodendrosit
14
Gambar 4.2 Struktur Neuroglia
3. Mikroglia
Mikroglia adalah sel pertahanan imun SSP. Sel “pembersih” ini adalah
“sepupu” monosit, sejenis sel darah putih yang meninggalkan darah dan
membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh tubuh.
Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang
menghasilkan monosit. Selama perkembangan masa mudigah, bermigrasi ke
15
SSP, tempat sel-sel ini berdiam diri sampai diaktifkan oleh infeksi atau cedera.
Mikroglia berbentuk pipih serta mempunyai juluran angular yang panjang dan
bercabang. Mikroglia berperan dalam proses fagositik dan terdapat dengan
distribusi yang relatif sama pada substansia grisea maupun substansia alba.
16
Gambar 4.5 Preparat Mikroglia
4. Sel Ependim
17
membentuk tidak saja sel glia lain tetapi juga neuron. Pandangan tradisional
telah lama menganggap bahwa otak dewasa tidak membentuk neuron baru.
Kemudian pada akhir 1990 an, para ilmuwan menemukan bahwa neuron-neuron
baru ternyata terbentuk disatu terbatas, yaitu di bagian tertentu
hipokampus,suatu struktur yang penting untuk belajar dan mengingat.
Fungsi sel ependim adalah melapisi bagian dalam rongga otak dan
medulla spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel
punca neuron dengan potensi membentuk neuron dan sel glia baru.
18
2. Sel Glia Pada Sistem Saraf Tepi
1. Sel Schwann
19
Gambar 4.7 Sel Schwann
2. Selubung Mielin
Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara konsentris dan
terdiri atas lipid dan neurokeratin. Pada susunan saraf pusat selubung mielin dibentuk
oleh sel oligodendroglia sedangkan pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann.
Dalam keadaan segar selubung mielin sangat refraktil dan putih (mie lin
memberikan warna putih pada substansia alba otak dan medula spinalis). Mielin yang
terutama terdiri atas lipid, larut sesudah cara-cara fiksasi biasa, meninggalkan anyaman
bahan-bahan protein yang disebut neurokeratin disekeliling serat saraf. Mielin dapat
difiksasi dan terpulas hitam osmium tetraoksida. Sesudah difiksasi dengan bikromat,
mielin dapat dapat diwarnai dengan hematoksilin.
Dengan mikroskop cahaya, selubung mielin terlihat sebagai silinder yang tidak
sempurna atau terputus-putus, karena pada setiap jarak 0,1-1,5 mm terdapat celah pada
selubung-selubung yang dikenal sebagai nodus Ranvier atau pinggetan Ranvier. Pada
pulasan perak nodus Ranvier akan terisi oleh endapan perak yang dikenal sebagai
20
palang Ranvier. Dengan mikroskop elektron terlihat bahwa mielin merupakan suatu seri
lapisan konsentris membran plasma sel Schwann atau oligodendroglia.
Fungsi selubung mielin adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik
meloncat dari dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat
cepat (saltatory conduction). Dengan demikian kecepatan rambat saraf listrik pada saraf
yang bermielin jauh lebih cepat dibandingkan dengan serat saraf tanpa mielin.
21
Gambar 4.10 Saraf Peripheral
5. Jelaskan zat biokimia yang berhubungan dengan nyeri pada skenario di atas
Trigeminal neuralgia atau nyeri saraf adalah nyeri yang terjadi di daerah
nervus (saraf) trigeminus, nyeri paroksismal pada sebagian wajah dan
disebabkan oleh aktivitas seperti makan, adanya sentuhan ringan seperti
mencuci muka, gosok gigi dan berbicara, dimulai serta berhenti secara tiba-tiba
dan berhubungan dengan kecemasan. Menurut International Association For
The Study Of Pain (IASP) trigeminal neuralgia adalah nyeri di wajah yang
timbulnya mendadak, nyeri singkat dan berat seperti ditusuk. Trigeminal
neuralgia merupakan nyeri neuropatik (rasa sakit yang terkait dengan cedera
saraf) pada umumnya terjadi remisi dalam jangka waktu yang bervariasi.
Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan
tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu sisi
wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik sampai sekitar
2 menit. Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis kelima. Nervus ini terbagi
menjadi 2 cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris pada wajah,
sedangkan cabang yang lebih kecil memerankan fungsi motorik mengunyah.
Ramus opthalmica mengurus sensibilitas wajah pada area dahi, mata, hidung,
22
kening, selaput otak, dan sinus paranasal. Ramus maxillaris mengurus
sensibilitas wajah pada area bibir atas, palatum dan mukosa hidung. Ramus
mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, pipi, mukosa
pipi, dan telinga eksternal. Cabang V1 (n. opthalmicus) keluar melalui fissura
orbitalis superior bersama nervus III (n. oculomotorius), IV (n. trochlearis), VI
(n. abducens).
23
Gambar 5.2 Foramen pada Basis Cranii
24
2. Timbal
Timbal (Pb) lazimnya digunakan dalam industri baterai, karet, kabel, zat
pewarna atau cat dan bensin. Timbal dapat memicu gangguan
pertumbuhan pada saraf di otak.
3. Kalsium
Fungsi kalsium sangat penting bagi tubuh diantaranya berperan dalam
pembentukan tulang dan gigi yang sehat.kalsium juga berfungsi
mengatur kontraksi dan relaksasi otot,serta berperan dalam transmisi
(pengiriman pesan) saraf. Pada penderita trigeminal neuralgia,
konsentrasi kalsium dalam tubuhnya lebih rendah.
4. Magnesium
Kekurangan magnesium bisa menyebabkan disfungsi saraf dan
menimbulkan masalah mental.
5. Zat Besi
Kekurangan zat besi dapat mempengaruhi kecepatan hantar saraf.
6. Vitamin B12
Memiliki keterkaitan yang erat dengan jaringan saraf, dan kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan demielinisasi pada saraf yaitu gejala
robeknya selubung mielin pada neuron. Hal ini menyebabkan gangguan
aliran sinyal saraf individu yang terinfeksi, menyebabkan gangguan
perasaan, gerakan, kesadaran, atau fungsi lainnya yang bergantung pada
sistem saraf.
25
Dengan suntikan ini bisa mengurangi rasa sakit yang tidak bisa ditangani
dengan pemberian obat-obatan.
3. Obat Antispasmodik
Golongan obat yang dapat melemaskan otot dan dapat digunakan
bersama carbamazepine. Contohnya adalah baclofen. Efek sampingnya
berupa kelelahan, linglung, tremor, dan mual.
26
BAB III
Neuron yang ada di dalam sistem saraf pusat merupakan suatu bundel axon
yang berjalan bersama-sama untuk bersinaps di badan sel neuron lainnya dan disebut
sebagai traktus. Gugusan badan selnya disebut nuclei.
27
A. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak
adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan otak tengah. Otak juga
dilindungi tiga lapisan selaput meninges.
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis.
Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma darah
dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel
epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral
medula spinalis. Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak
otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan otak serta medula spinalis (Nugroho, 2013).
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
28
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan
duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater disebut demikian karena bentuknya seperti sarang
labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor
cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piamater adalah lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan
dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
1. Prosensefalon
29
kelenjar hormon lainnya, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan
pankreas.
2. Rombensefalon
a. Metensefalon
b. Mielensefalon
30
coccygis yang bersatu satu sama lain. Medula spinalis atau sumsum tulang
belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinal yang mengandung campuran
serabut-serabut sensorik dan motorik. Medula Spinalis adalah saraf tipis yang
merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan dilindungi oleh
columna vertebralis. Medulla spinalis terletak memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari foramen magnum sampai ruas-ruas vertebra
lumbalis kedua.
Medula spinalis terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih
(white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area) (Chamidah, 2013).
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan
saraf. Medula spinalis dilindungi oleh selaput pembungkus yaitu selaput
meninges. Meninges tersusun atas 3 lapisan yaitu dura mater (dura), arachnoid
(arachnoid membrane), dan piameter. Di dalam medula spinalis terdapat saraf
sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak
refleks (Khafinuddin, 2012).
Saraf tepi terdiri dari saraf kranial dan spinal yang menghubungkan otak dan
medula spinalis ke jaringan tepi. Dalam saraf tepi, serabut disusun dalam berkas
31
terpisah yang dikenal dengan fascicle. Pada SST neuron merupakan unit fungsional
dasar susunan saraf. Neuron terdiri dari badan sel saraf dan prosesus-prosesusnya.
Badan sel saraf merupakan pusat metabolisme dari suatu neuron. Badan sel
mengandung nukleus dan sitoplasma. Terdapat setidaknya kurang dari setengah
saraf dilapisi oleh lapisan mielin. Mielin adalah campuran dari lipid dan protein.
Pada susunan saraf tepi, selubung mielin diproduksi oleh sel schwann dan hanya
terdapat satu sel schwann untuk setiap segmen serabut saraf. Susunan saraf tepi
yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis komunikasi antara SSP
dan tubuh . SST tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari SSP dan ke
SSP (Bahrudin, 2013).
1. Saraf kranial
32
2. N2 : N Opticus : Foramen Opticum
3. N3 : N Occulomotorius : Fissura Orbitalis Superior
4. N4 : N Trochlearis : Fissura Orbitalis Superior
5. N5 : N Trigeminus
6. N5-1: N Opthalmicus : Fissura Orbitalis Superior
7. N5-2: N Maxillaris : Foramen Rotundum
8. N5-3 : N Mandibularis : Foramen Ovale
9. N6 : N Abduscens : Fissura Orbitalis Superior
10. N7 : N Fascialis : Foramen Stylomastoideum
11. N8 : N Accusticus : Meatus Accusticus Internus & Externus
12. N9 : N Glossopharyngeus : Foramen Jugulare
13. N10 : N Vagus : Foramen Jugulare
14. N11 : N Accesorius : Foramen Jugulare
15. N12 : N Hypoglossus : Foramen Hypoglossi
2. Saraf Spinal
Saraf spinal meliputi 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui
radiks dorsal(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal merupakan
gabungan dari saraf sensorik dan motorik, fungsinya untuk membawa
informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen.
Saraf spinal berjumlah 31 pasang yang terdiri dari 8 pasang saraf servikal, 12
pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral dan 1
pasang saraf koksigeal.
33
Gambar 1.3 Tabel Perbedaan Antara Simpatik dan Parasimpatik
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang mengatur jaringan dan organ
tubuh yang tidak disadari seperti otot polos, otot jantung, dan juga pada sel-sel
kelenjar. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Saraf simpatik berada di pangkal sumsum tulang belakang di daerah
dada dan pinggang. Saraf simpatik umumnya berfungsi untuk mempercepat kerja
organ-organ tubuh. Saraf parasimpatik merupakan saraf yang memanjang dari
sumsum lanjutan. Pada umumnya, saraf parasimpatik berfungsi untuk memperlambat
kerja organ-organ tubuh.
1. Divisi sensori (aferen) : susunan saraf tepi dimulai dari reseptor pada
kulit atau otot (efektor) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya
kesusunan saraf pusat dan bersifat ascendens.
2. Divisi motorik (eferen) : menghubungkan impuls dari sistem saraf
pusat ke efektor yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang
diterima dari reseptor di kulit dan otot dari lingkungan sekitar.
34
bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang
multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat),
kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan
penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah
suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan
dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan
perubahan output otonom.
Nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang
kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan
hanya bergantung pada pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium
mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak memadai terhadap
nyeri, terutama pada pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak
dan pasien dengan gangguan komunikasi. Nyeri juga merupakan pengalaman yang
subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap
manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan
manusia sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera,
karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau
yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari
nyeri itu sendiri akan menimbulkan metabolic stress response (MSR) yang akan
mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan
merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri,
seperti:
35
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta,
A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius
dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-
delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut
saraf aferen yang tidak berespon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator
inflamasi. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron
aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan
dengan banyak neuron spinal. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait
nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula
spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti
mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak
lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula
spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri adalah
kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses
transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor)
ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.
36
fisiologis dan patologis. Berbagai pengobatan inovatif sedang dikembangkan yang
menargetkan penyebab nyeri melalui aksi pada transduksi, transmisi, interpretasi, dan
modulasi nyeri baik pada sistem saraf perifer (PNS) maupun sistem saraf pusat (CNS).
Dalam hal ini, kami akan lebih memfokuskan pada perihal mekanisme proses
nyeri di sistem saraf pusat. Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua yaitu jalur
asendens dan desendens. Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang
menyalurkan impuls nyeri masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal. Kedua serat
halus masing-masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat, bersinaps di
substansia tanduk dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke otak melalui cabang
traktus spinotalamikus.
Di sisi lain, aktivitas saraf pada jalur desenden dilibatkan oleh modulasi nyeri
sehingga dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Jalur desenden
diidentifikasikan menjadi 3 komponen yaitu:
37
yang terletak di pons bagian bawah dan medula oblongata bagian atas dan
nukleus retikularis paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.
3. Impuls ditransmisikan ke bawah menuju kolumna dorsalis medula spinalis ke
suatu komplek inhibitorik nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula spinalis
(Price A. Sylvia, 2006).
38
A. Definisi
Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas untuk
menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini
dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh.
Neurotransmiter memainkan peran yang sangat penting untuk otak dalam
mengatur kinerja berbagai sistem tubuh. Sistem tubuh tersebut termasuk: Detak jantung,
Pernapasan, Siklus pengaturan tidur, Pencernaan, Suasana hati, Konsentrasi, Nafsu
makan, Gerakan otot.
Neurotransmitter bertanggung jawab untuk gerakan, rasa sakit, stres, emosi,
kognisi, energi, mengidam, dan banyak lagi. Jika tubuh kekurangan neurotransmiter,
gangguan dari sinyal ke jaringan target akan muncul dan sangat memengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Fungsi neurotransmiter terutama di
Sistem Saraf Pusat dan berkomunikasi antara otak dan kelenjar tubuh.
Ketidakseimbangan neurotransmitter tidak hanya ditemukan di otak tetapi juga
diekskresikan di luar otak Sistem syaraf pusat demikian juga. Neurotransmitter berperan
dalam memengaruhi pencernaan, penyerapan nutrisi, dan memengaruhi sistem
muskuloskeletal kita.
39
2. Neurotransmitter Monoamin
Contohnya :
A. Dopamine (DA)
Berlokasi di CNS. Dopamine dipindahkan dari celah synaptic
oleh enzim MAO.
Fungsi :
Mengatur fungsi pikiran, pengambilan keputusan, perilaku
reward-seeking dan berperan dalam mengintegrasikan kognisi.
B. Norepinephrine
Memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus cereleus serta dalam
konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex
cerebral. Dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan
melalui proses reuptake aktif.
Fungsi :
Mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi serta
proses pembelajaran dan memori.
C. Serotonin (5HT)
Kelainan serotonin berimplikasi terhadap beberapa jenis
gangguan jiwa yang mencakup depresi, gangguan fungsi seksual, tidur,
kognitif, dan gangguan makan.
Fungsi :
Pengaturan tidur, mengatur temperatur tubuh serta berperan
dalam perilaku marah.
D. Epinephrine
Epinephrine terlibat di dalam metabolisme energi dan glukosa.
Bersama dengan norepinephrine dilepaskan oleh kelenjar adrenal.
Fungsi :
1. Meningkatkan detak jantung
2. Melakukan dilatasi jalan napas untuk meningkatkan fungsi napas
3. Menyempitkan pembuluh darah di dalam usus dan kulit
40
Contohnya :
a. Glutamate
Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak
dimana hampir tiap area otak berisi glutamate.
Fungsi :
Pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi automatic.
b. Gamma Amino Butyric Acid ( GABA)
Merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting
dalam gejala-gejala pada gangguan jiwa. Dan merupakan
neurotransmitter pertama untuk sel purkinje.
Fungsi :
Mengurangi kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi.
4. Neuropeptida
Contohnya :
a. Endorphin
Suatu bahan kimia yang diproduksi di dalam otak dan spinal cord
yang mengrani rasa nyeri, dan berperan dalam persepsi kesenangan dan
sakit.
b. Enkephalins
Enkephalins mengikat pada sel receptor exitory (rasa nyaman)
dan terikat pada reseptor sel yang terdapat di dalam otak dan spinal cord
untuk menghilangkan rasa nyeri.
c. Dynorphins
Dynorphins memegang peran transmisi sistem saraf pusat.
A. Cara Kerja
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus yang mengantarkan
sinyal dari neuron ke neuron lainnya. Neurotransmiter berada dalam gelembung
(vesikel) presynaptic dan akan dilepaskan dari akson terminal melalui
41
eksositosis ke dalam celah sinaptik, melalui membran pada sisi postsynaptic dari
neuron terdekat dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Pelepasan
neurotransmiter mengikuti adanya potensial aksi (electrical signaling) pada
sinapsis. Jadi, perantaraan sinyal dalam neuron dapat melalui chemical signaling
dan electrical signaling. Neurotransmitter tidak saja bekerja pada neuron tetapi
juga pada organ tubuh yang lainnya.
42
impuls. Beberapa neurotransmiter juga dapat berfungsi sebagai neuromodulator
serta sebagai agonis dimana neurotransmitter ini akan mempengaruhi
sensitivitas suatu reseptor terhadap neurotransmitter lainnya.
b) Large-molecule Neurotransmitter
43
dalam badan golgi dan dialirkan ke buttons melalui mikrotubulus. Proses
awal dari eksositosis tetap sama, tetapi bila small-molecule
neurotransmitter berlangsung pada setiap kali terjaVNB di stimulasi,
proses exocytosis Large-molecule akan berlangsung secara bertahap.
Large-molecule umumnya juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis,
tetapi dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena
itu, proses Large-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor yang
letaknya jauh dari proses eksositosis dan pengaruh yang disebarkan juga
tidak terbatas hanya pada neuron yang ada di sekitarnya, tetapi juga
neuron-neuron yang letaknya berjauhan.
b) Inhibitory (penghambat)
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sinaps dan bagaimana proses hantaran
impuls yang terjadi di sinaps?
Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan
neuron lain. Secara etimologi, sinapsis berasal dari bahasa Yunani “Synapsis” yang
artinya penjepit atau konjugasi. Sinapsis diartikan sebagai salah satu struktur bagian
dari neuron yang membantu koordinasi dan konjugasi kegiatan penghantaran sinyal
44
antar neuron. Sinaps merupakan tempat khusus neuron berkomunikasi dengan
menyalurkan sinyal atau informasi neuron ke neuron atau sel lainnya. Arah perambatan
dari sinapsis sangat khas, yaitu hanya terjadi dalam satu arah. Struktur dan fungsi sinaps
sangat sederhana, dan berperan dalam memindahkan ion-ion (molekul bermuatan) dari
satu sel ke sel lain.
45
mengirimkan neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmiter dibawa oleh vesikula
sinapsis menuju membran prasinapsis. Kedatangan impuls tersebut membuat
permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion Ca2+ meningkat (terjadi depolarisasi).
Sehingga, ion Ca2+ masuk dan merangsang vesikula sinapsis untuk menyatu dengan
membran prasinapsis. Bersama kejadian tersebut, neurotransmitter dilepaskan ke dalam
celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis, neurotransmiter ini berdifusi
menuju membran pascasinapsis. Setelah impuls dikirim, membran pascasinapsis akan
mengeluarkan enzim untuk menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya
enzim asetilkolinesterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam
etanoat. Hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan disimpan oleh vesikula sinapsis
sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali.
46
KESIMPULAN
SKENARIO 2.1
Sistem saraf terbagi menjadi 2 divisi, yaitu struktural dan fungsional. Secara
struktural, Neuron memiliki bentuk yang sangat khas untuk mendukung fungsinya
sebagai pembentuk dan penyalur informasi. Bagian-bagian dari neuron antara lain
badan sel (soma atau perikarion), dendrit serta akson. Secara fungsional, neuron terdiri
dari 12 nervus kranial, semua nervus spinal, dan cabangnya. Fungsinya adalah sebagai
penghantar informasi berupa rangsangan atau impuls. Dengan adanya sel-sel saraf ini,
baik organ maupun sistem gerak bisa memberikan respons sebagaimana mestinya.
Fungsi ini akan berjalan dengan baik jika ada koordinasi antara fungsi sensorik, fungsi
pengatur, dan fungsi motorik.
Nervus Trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher dan
kepala serta merupakan nervus motorik pada otot otot pengunyahan. Nervus trigeminus
bercabang 3, yaitu: Nervus Optalmicus, Nervus Maksilaris, Nervus Mandibularis.
SKENARIO 2.2
Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem Saraf
Tepi (SST).
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang
multidimensional. Nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar
belakang kultural, umur dan jenis kelamin.
Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas untuk
menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini
dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh.
Sedangkan sinapsis diartikan sebagai salah satu struktur bagian dari neuron yang
membantu koordinasi dan konjugasi kegiatan penghantaran sinyal antar neuron.
47
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Redika Janasuta, Putu. 2017. “Fisiologi Nyeri” dalam Jurnal: Ilmu Anestesi dan
Terapi Intensif Volume 12 Nomor 1 (hal. 7). Denpasar: Universitas Udayana.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/052461207068a4a034b0b87eda
7a01a4.pdf (Diakses 16 Desember 2020).
Hidayati, Irma, Abdulah, dan Sabri, Mustafa. 2015. “Identifikasi Miskonsepsi Sistem
Saraf pada Buku Teks Biologi Kelas XI” dalam Jurnal Biotik Volume 1 Nomor 1 (hlm.
41-42). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Kessel, R.G., 1998. Basic medical histology. New York: Oxford University Press,
hal.249- 275.
Mescher, A.L., 2010. Junqueira's Basic Histology: a text and atlas. Edisi ke-12. USA:
McGraw-Hill Companies.
48
Online, Pelajaran Sekolah. 2020. Pengertian Sinapsis : Fungsi, Komponen, cara kerja
dan Jenis Sinapsis Pada Sel Saraf. https://www.pelajaran.co.id/2020/07/sinapsis.html
(diakses 16 desember 2020)
Putu Winda Pradnyawati, Ni dan Dr. I Made Agus Kresna Sucandra,SpAn.KIC. 2017.
Neurofisiologi.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/38a97117b59e84c098ce44b92e
040968.pdf (diakses 16 Desember 2020)
Rimbun, Vikasari Pintoko Kalanjati. 2012. Teknik Pewarnaan Neuron dan Neuroglia
pada Sistem Saraf Pusat. Deteksi Neuron dan Neuroglia. 25(2): 34. https://e-
journal.unair.ac.id/MBIO/article/view/15910 (Diakses 13 Desember 2020).
Ross, M.H. & Pawlina, W., 2011. Histology a text and atlas. Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, hal.352- 390.
Universitas Udayana.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a1b7e5bef5ee5bdd80f65cd18dbc6aca.pdf.
(diakses pada 16 Desember 2020).
Wulandari, Endah dan Laifa Annisa Hendarmin. 2010. “Integrasi Biokimia” dalam
Modul Kedokteran Bab IV: Biokimia Neurosciens. Tangerang Selatan: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38256/5/BAB%204%20Neur
osains.pdf (diakses 16 Desember 2020)
Young, B. & Heath, J.W., 2000. Wheather’s functional histology. Edisi ke-4. London:
Churchil Livingstone Elsevier, hal.116- 142.
49
50