Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA BERMAIN

PUZZLE

Oleh:
Kelompok 8A

1. FITHRIYAH HIMAMI P17211201020

2. IVIATUL KHORIYAH P17211201029

3. AZZAH AMURITA P17211201030

4. PUTRI MALIKAL BULQIS P17211203047

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
PUZZLE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI RUANG TOPAZ
RUMAH SAKIT LAVALETTE MALANG

Pokok Bahasan : Terapi Bermain


Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat di rumah sakit dengan
menggunakan alat permainan berupa Puzzle
Sasaran : Pasien anak usia 2-5 tahun
Tempat : Ruang Anak (Topaz) RS Lavalette Malang
Waktu : 30 menit

1. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan bisa merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat
sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat di rumah sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan :
1) Anak merasa tenang selama dirawat
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak tentang suatu
permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
sebagai alat komunikasi antara perawat – klien
2. PERENCANAAN
a. Jenis permainan
Bermain puzzle
b. Karakteristik permainan
1) Melatih motorik halus dan kasar
2) Mendorong kreativitas anak
3) Menenangkan anak
4) Melatih koordinasi mata dan tangan
5) Meningkatkan keterampilan anak
a. Karakteristik peserta
1) Pasien anak dengan rentang usia 2-5 tahun
2) Keadaan umum peserta baik
3) Peserta ooperatif
b. Metode
Demonstrasi
c. Alat yang digunakan
Puzzle
d. Analis tugas perkembangan
1) Aspek Kognitif
Melatih konsentrasi dan kesabaran pada anak
2) Aspek Afektif
Anak terlihat tenang saat melakukan permainan
3) Aspek Psikomotor
Anak dapat menggerakkan tangannya secara aktif untuk menyusun puzzle dan
mencocokkan gambarnya
3. SASARAN
Kriteria sasaran :
a) Keadaan umum sedang
b) Anak usia 2-5 tahun
c) Anak kooperatif
d) Anak dengan komunikasi verbal yang baik
4. STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
Strategi yang digunakan dalam terapi bermain ini adalah:
a) Identifikasi klien yang masuk dalam kriteria
b) Demonstrasi perkenalan diri
c) Simulasi perkenalan diri
d) Menjelaskan tujuan kegiatan
e) Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan
f) Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam bermain
5. METODE BERMAIN
a) Anak duduk dalam posisi melingkar
b) Anak-anak diajarkan sebelum dan sesudah bermain untuk mencuci tangan
c) Anak-anak diajarkan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing
d) Membagikan puzzle kepada anak-anak
e) Leader mengajak anak-anak untuk menyusun puzzle yang belum tersusun
f) Leader mengajak anak-anak menyebutkan gambar apa yang di susun
6. PELAKSANAAN
Langkah-langkah terapi bermain:
NO Jenis Kegiatan Waktu Respon Peserta
1. Pembukaan 5 menit Peserta dan orang
a. Menyiapkan peserta dan ruangan tua peserta
b. Menyiapkan alat/bahan memperhatikan
c. Salam Pembuka perawat
d. Memperkenalkan diri pada peserta terapi
bermain
2. Kegiatan inti terapi: 20 menit Peserta tertarik pada
a. Memulai kegiatan terapi bermain puzzle dan mencoba
b. Anak diberikan kebebasan
untuk emcocokkan
dalam memilih gambar puzzle
gambar dan
sesuai selera.
menyusun puzzle
c. Anak diberi kesempatan menyusun
rangkaian puzzle.
d. Memberikan bantuan atau
arahan jika diperlukan

3. Penutup terapi bermain: 5 menit Orang tua


a. Menyimpulkan hasil terapi bermain menjawab salam
b. Ucapan terimakasih atas kerjasama selama penutup dan anak
terapi bermain tersenyum saat
c. Salam penutup perawat berpamitan.

7. EVALUASI
1) Evaluasi Struktur
a) Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain sudah disusun
b) Program sudah direncanakan sebelumnya
c) Semua anak yang memenuhi kriteria dapat mengikuti terapi bermain
2) Evaluasi Proses
a) Peserta antusias mengikuti terapi bermain
b) Tidak ada peserta yang bosan atau drop out
c) Keluarga dapat bekerja sama dengan baik
3) Evaluasi Hasil
a) Anak merasa senang dan terhibur
b) Puzzle tersusun dengan benar
LAMPIRAN MATERI
1. Latar Belsakang
Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal baru:
lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu
beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan perlukaan,
pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi ini
mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai dampak
hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu
mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses adaptasi
hospitalisasi.
Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan dampak
hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakinin paling
efektif adalah dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak memiliki kesempatan untuk
memainkan perasaan dan permasalahannya, anak merasa menjadi orang yang paling
penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti ini sangat
kondusif untuk anak yang sedang mengalami kecemasan, sehingga rasa amannya
terpenuhi.
Aktivitas bermain memerlukan energi, walaupun demikian, bukan berarti anak
tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Pada saat anak sakit ia akan mengalami stres
yang diakibatkan oleh nyeri, perlukaan, perpisahan dengan kelompok, pembatasan
aktivitas, dan lingkungan yang asing. Berbagai dampak negatif saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit dapat terjadi, antara lain: anak akan kehilangan kontrol, rewel,
menangis, tidak kooperatif dan bahkan dapat terjadi kemunduran tahap perkembangan
(regresi). Dampak negatif ini dapat diminimalkan atau bahkan dapat dicegah melalui
upaya mempertahankan fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan aktifitas
bermain
2. Prinsip permainan pada anak di rumah sakit
1) Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan
2) Tidak membutuhkan banyak energi
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5) Melibatkan orang tua
6) Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan pasif
3. Definisi Bermain
Bermain adalah cara yang efektif untuk mengatasi dampak selama proses rawat
inap. Melalui bermain anak dapat mengekspresikan semua yang mereka harapkan,
mengembangkan keterampilan dan kemampuan motorik mereka, dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, kepercayaan diri meningkat dan mengembangkan potensi mereka
(Pawiliyah, P., & Marlenis, L., 2019).
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stress, karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dalam kehidupaan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan,
maka anakanak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak, seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak rawat dirumah sakit (Rahayu,
2018).
4. Tujuan Terapi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak
akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makan, perawatan, dan cinta kasih. Bermain merupakan unsur yang
penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Anak dengan bermain dapat mengungkapkan konflik yang dialaminya. Bermain cara
yang baik untuk megatasi kemarahan, kekhawatiran, dan kedukaan (Rahayu, 2018).
5. Manfaat Terapi Bermain
Menurut (Rahayu, 2018) dalam (Adriana 2013) menyatakan bahwa aktivitas bermain
yang dilakukan di rumah sakit memberikan manfaat:
1) Membuang energi ekstra.
2) Mengoptimalkan pertumbuhan sseluruh bagian tubuh.
3) Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
4) Anak belajar mengontrol diri.
5) Meningkatkan daya kreativitas.
6) Cara untuk mengatasi kemarahan, kecemasan, kedukaan dan iri hati.
7) Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang lain atau anak lainnya.
8) Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan
9) Dapat mengembagkan kemampuan intelektualnya

6. Permainan Puzzle
Puzzle adalah media bermain dengan cara bermainnya seperti menyusun dan
mencocokkan potongan-potongan gambar, huruf, bangun-bangun, atau angka sehingga
disusun menjadi sebuah puzzle yang utuh. Dalam menyusun puzzle maka akan melatih
kesabaran, ketangkasan mata, dan tangan untuk menyusun puzzle tersebut. Selain itu
kegiatan ini dapat dilakukan melalui bermain agar anak tidak mudah merasa bosan dan
menerapkan metode belajar melalui bermain dapat membantu anak dalam belajar
sehingga meningkatkan hasil belajar anak menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviyani, R. D., & Suri, O. I. (2019). Pengaruh terapi bermain puzzle terhadap perkembangan
kognitif anak usia prasekolah. Jurnal Kesehatan, 10(2), 289841.
Rahayu. (2018). Penerapan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemaan pada hospitalisasi
anak usia prasekolah di bangsal dahlia RSUD wonosari. In Karya Tulis Ilmiah Penerapan.
http://poltekkesjogja.ac.id
Ananda, Y. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Pada Anak Pra Sekolah Di TK Inti Gugus Tulip III Padang Tahun 2018. Jurnal
Keperawatan Abdurrab, 2(2), 29-35.
Pawiliyah, P., & Marlenis, L. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Mendongeng dengan Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi. Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(1), 271-280.

Anda mungkin juga menyukai