Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN KASUS 1

KASUS
Andi anak laki-laki umur 3 tahun. Berat badan 10 kg. tinggi badan 75 cm. suhu
badan 37°C. ibu datang hari ini karena Andi batuk dan diare. Andi tidak Menunjukkan
Tanda bahaya umum dan batuk selama 3 hari. Ia menghitung napas 36x/mnt. Tidak ada
tarikan dinding dada ke dalam atau stridor. Ibu mengatakan bahwa Andi diare sudah 2
minggu lebih. Tidak ada darah dalam tinja, anak tampak rewel dan gelisah. Mata tidak
cekung. Ia dapat minum tetapi tidak haus. Cubitan kulit segera kembali.
Pertanyaan :
1. Form penilaian lengkap, semua kolom terisi dengan panduan buku bagan MTBS
2. Status nutrisi kasus memakai Form WHO, NCHS, CDC 2000
3. DDST
4. SAP Terapi bermain sesuai umur, yang berbeda untuk masing masing mahasiswa
5. SAP penyuluhan Kesehatan kepada orang tua sesuai dengan petunjuk pada bagan
MTBS sesuai kasus pemicu.

JAWABAN :
1. Form penilaian lengkap, semua kolom terisi dengan panduan buku bagan MTBS.

2. Status nutrisi kasus memakai Form WHO, NCHS, CDC 2000


Jawaban :
Diketahui : BB = 10 Kg PB = 75 Cm Umur = 36 Bulan
Ditanya : Status Gizi Sekarang, Status Gizi Masa Lalu, dan Proporsi ?
Jawaban :
a Status gizi sekarang
BB BB Sekarang 10
= ×100 %= ×100 %=69.93 % → Gizi buruk
U BB SusuaiUsia 14,3

b Status gizi Masa Lalu

TB TB Sekarang 75
= ×100 %= ×100 %=78,04 % →Gizi kuran g
U TB SusuaiUsia 96,1

c Proporsi

BB BB Sekarang
= × 100 %
TB TB Sekarang−BBideal usia

BB 75
= × 100 %=78,04 % →Gizi kuran g
TB 96,1

Jadi, BB dan TB Andi Sekarang sama dengan BB dan TB umur 11 bulan.

3. DDST

Jawaban
Diketahui : Umur = 36 bulan (3 Tahun)
Hasil :
Gerakan motorik = 4
Bahasa = 10
Adaftive =3
Sosial =6
Nomor Soal yang mampu dilakukan :
4, 13, 11, 10, 21, 24, 20, 22, 23, 22, 21, 20, 13, 29

4. SAP Terapi bermain sesuai umur, yang berbeda untuk masing masing
mahasiswa.
Judul terapi bermain : Menyusun Puzzle
1. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan tertentu
baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses hospitalisasi
pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius. Perawatan di rumah sakit
juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Selama proses hospitalisasi
anak dan orang tua dapat mengalami beberapa pengalaman yang sangat traumatik
dan penuh dengan kecemasan, hal ini akan berdampak negatif bagi anak (Hollins,
Roy, & Crane, 2003).
Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya
perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang
dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang pernah
mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi berbeda bila
dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah dirawat di rumah
sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit,
kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami.
Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang
lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu tindakan yang dapat
menurunkan tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi bermain (Farion et al., 2008).
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-
anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami
sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi bermain adalah
sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan bermain, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan (Dawson & List, 2009).
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia
prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana anak
mulai menyukai bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Origami adalah seni melipat
kertas yang berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari oru yang artinya
melipat, dan gami yang artinya kertas. Ketika dua kata itu bergabung menjadi
origami yang artinya melipat kertas. Origami bermanfaat untuk melatih motorik
halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas, keterampilan serta ketekunan.
Puzzle merupakan suatu bentuk permainan menyusun gambar yang membutuhkan
konsentrasi dan kemampuan berfikir. Melalui terapi menyusun puzzle ini
diharapkan dapat melatih kemampuan kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta
emosi anak ke arah yang positif (Czarnecki, Turner, Collins, Doellman, & Wrona,
2011).
Sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara terapi
bermain terhadap stres hospitalisasi. Begitu juga dengan penelitian mengenai terapi
bermain dengan menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain menyusun
puzzle, terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh karena itu,
pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan mengurangi
kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi bermain (Gupta et
al., 2014).

2. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah  dilakukan terapi bermain pada anak di Puskesmas selama 45 menit,
diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama
pengobatan.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih keterampilan anak.
d. Melatih kemampuan kosentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di
ruang yang sama.

3. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.
3. Memberi tempat distraksi dan relaksasi.
4. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
5. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
6. Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang
positif terhadap orang lain.
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
8. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

4. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN


1. Jenis Program Bermain
a. Menyusun puzzle
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih kemampuan motorik halus
b. Melatih kemampuan kosentrasi anak
3. Karakteristik Peserta dan Kriteria Inklusi Peserta
a. Usia 2 tahun
b. Jumlah anak 1 orang dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum anak mulai membaik
d. Anak dapat duduk
e. Anak kooperatif
f. Anak tidak menderita demam netropenia
g. Anak yang sedang terpasang obat kemoterapi atau yang sedang menjalani
transfusi boleh mengikuti terapi bermain.

4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


a. Hari/tanggal : Kamis, 10 September 2020
b. Waktu : 11.00-11.30 WIB
c. Tempat : Ruang Bermain Puskesmas

5. Metode
Menyusun puzzle
6. Alat yang Digunakan
Puzzle

Terapis Waktu Subjek Terapi


Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
a. Anak dan orang tua diberitahu keluarga sudah siap.
tujuan bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan
tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi
anak untuk bermain (anak tidak
mengantuk, anak tidak rewel, kondisi
anak memungkinkan untuk diajak
bermain, keadaan umum anak
membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di tempat
tidur anak atau duduk/disesuaikan
dengan kondisi anak.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti puzzle.
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam. menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri. saling berkenalan, anak,
c. Memanggil anak dengan nama dan keluarga
panggilan yang dia senangi. memperhatikan terapis.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan terapi
bermain menyusun puzzle pada orang
tua/anak.
e. Memberi kesempatan pada anak dan
orang tua untuk bertanya kalau ada
hal yang belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak sebelum
kegiatan dilakukan.
g. Meminta persetujuan (informed
consent) orang tua responden.

 Menyusun Puzzle 25 Anak dan keluarga


a. Memberi petunjuk pada anak tentang menit memperhatikan
prosedur lomba menyusun puzzle. penjelasan terapis, anak
b. Memotivasi keterlibatan anak dan melakukan kegiatan yang
orang tua. diberikan oleh terapis,
c. Mempersilahkan anak untuk memilih anak dan keluarga
tempat duduk yang disenangi. memberikan respon yang
d. Anak mulai menyusun puzzle baik.
didampingi oleh orang tua anak.
e. Mengobservasi emosi dan hubungan
interpersonal anak.
f. Menanyakan perasaan anak apakah
sudah merasa bosan.
g. Memberi pujian ketika anak berhasil
menyusun puzzle dengan benar.
h. Memberikan Reward kepada para
pemenang.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga
a. Menanyakan perasaan anak setelah tampak senang,
mewarnai. menjawab salam
b. Menanyakan perasaan dan pendapat
orang tua tentang bermain menyusun
puzzle.
c. Berpamitan dengan anak dan orang
tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat respon anak dan orang tua.

7. Evaluasi yang Diharapkan


a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
3) Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi Proses
1) Leader mampu memimpin acara.
2) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Anak mampu mencocokkan puzzel dengan arahan terapis dan orang tua
2) Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Czarnecki, M. L., Turner, H. N., Collins, P. M., Doellman, D., & Wrona, S. (2011). Original Article
Procedural Pain Management : A Position Statement with Clinical Practice Recommendations. Pain
Management Nursing, 12(2), 95–111. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2011.02.003
Dawson, A., & List, T. (2009). Comparison of pain thresholds and pain tolerance levels between Middle
Easterners and Swedes and between genders. https://doi.org/10.1111/j.1365-2842.2009.01943.x
Farion, K. J., Splinter, K. L., Newhook, K., Rn, B., Gaboury, I., & Splinter, W. M. (2008). The effect of
vapocoolant spray on pain due to intravenous cannulation in children : a randomized controlled
trial. 179(1), 31–36.
5. SAP penyuluhan Kesehatan kepada orang tua sesuai dengan petunjuk pada
bagan MTBS sesuai kasus pemicu.

Pokok Bahasan : Teknik Batuk Efektif


Sasaran : Keluarga dan Pasien
Hari/ Tanggal : Kamis 10 September 2020
Waktu       : 11.00
Tempat            : Puskesmas

1. Tujuan Intruksional Umum


Pada akhirnya proses penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami teknik
batuk efektif serta dapat memahaminya.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat
 Menjelaskan definisi batuk efektif
 Menjelaskan tujuan batuk efektif
 Menjelaskan cara batuk efektif
 Menyebutkan alat yang digunakan
 Mengetahui etika batuk

3. Sasaran
Keluarga dan pasien

4. Materi Terlampir
 Definisi batuk efektif
 Tujuan batuk efektif
 Cara batuk efektif
 Alat yang digunakan
 Etika batuk

5. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

6. Media 
 Leaflet

7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran 
1. 5 Menit Pembukaan
1.      Salam pembuka 1.      Menjawab salam
2.      Memperkenalkan diri 2.      Memperhatikan
3.      Menjelaskan tujuan penyuluhan 3.      Memperhatikan
4.      Menyebutkan materi yang akan
4.      Memperhatikan
diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan
1.        Definisi batuk efektif Memperhatikan
2.        Tujuan batuk efektif
3.        Cara batuk efektif
4.        Alat yang digunakan
5.        Etika batuk

3. 10 menit Evaluasi
1.      Memberikan kesempatan untuk
1.      Bertanya dan
bertanya mendengar jawaban
2.      Meminta audience menjelaskan
2.      Menjelaskan
tentang materi batuk efektif materi
4. 5 menit Terminasi
1.      Mengucapkan terima kasih atas
1.      Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2.      Menjawab salam
2.      Mengucapkan salam

8. Pengorganisasian
Moderator    : Yusi nursiam
Penyaji         : Yusi Nursiam
Observer       : Yusi Nursiam
Fasilitator     : Yusi Nursiam

9. Evaluasi
 Menjelaskan definisi batuk efektif
 Menjelaskan tujuan batuk efektif
 Menjelaskan cara batuk efektif
 Menyebutkan alat yang digunakan
 Mengetahui etika batuk

Materi Penyuluhan
A. Pengertian batuk efektif
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B. Tujuan Batuk Efektif
- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
-      Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
-      Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
-      Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
-      Meningkatkan volume paru
-      Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
C. Teknik Batuk Efektif
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan
spontan
- Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha”  atau “hhuf..huf..huf”
- Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan

D. Alat yang digunakan


- Tissue/sapu tangan
- Wadah tertutup tempat penampung dahak
- Gelas berisi air hangat
E. Etika Batuk
- Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut
dengan menggunakan tissue atau saputangan atau dengan lengan atas dalam
baju anda setiap kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
- Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
- Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
- Langkah 4
Setelah itu gunakan masker.

Anda mungkin juga menyukai