Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bronchiolitis


1. Pengertian
Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas
kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens
tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000).
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang
biasanya lebih berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai
dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
GAMBAR 1
ANATOMI SALURAN NAFAS

b. Fisiologi Saluran Nafas


Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O 2
yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO 2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk

1
dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem
pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara
luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa
mekanisme yang berperan memasukkan udara kedalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernafas. Kemudian adanya
pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut
dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-
kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernafasan internal.
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Stadium kedua adalah
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus
dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel
jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksidasi untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru. (Hidayat, 2006)
3. Patofisiologi
Dengan adanya invasi virus ini, menyebabkan timbulnya suatu peradangan
sehingga terjadi edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi sekret atau
lendir yang menyebabkan obstruksi saluran nafas sehingga terjadi penyempitan lumen
pada bronkiolus. Dengan adanya obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan
nafas selama inspirasi dan ekspirasi. Tetapi, karena radius saluran nafas lebih kecil
selama fase ekspirasi maka terdapat mekanisme klep, sehingga udara akan

2
terperangkap. Hal ini akan menyebabkan hiperinflasi pada paru yang merupakan
akibat dari udara yang tidak terabsorpsi oleh karena terjadi kontriksi dan dapat
menyebabkan atelekfasis. Proses ini juga dan ventilasi berkurang (Mansjoer, 2006).
4. Etiologi
Saluran udara utama ke paru-paru adalah tenggorokan (trakea), yang bercabang
dari dua tabung pernafasan utama yang disebut bronkus, satu ke paru-paru kanan, dan
satu ke kiri. Bronki dalam setiap cabang dari paru-paru menjadi lebih kecil dan lebih
kecil tabung udara lorong yang mendistribusikan udara di seluruh paru-paru.
Bronchiales yang terkecil dari saluran udara.
Ketika virus memasuki sistem pernafasan dan membuat jalan ke bronkiolus dan
menyebabkan saluran udara tersebut menjadi bengkak dan meradang, sehingga terjadi
bronchiolitis. Hasilnya adalah kumpulan lendir di saluran nafas tersebut, sehingga
sulit bagi udara untuk mengalir bebas melalui paru-paru. Meskipun tanda dan gejala
pada anak yang lebih tua dan orang dewasa umumnya ringan, namun dapat
mengakibatkan kesulitan bernafas pada bayi. Karena bronkiolus bayi jauh lebih
sempit dibandingkan orang dewasa dan lebih mudah diblokir.
Kebanyakan kasus bronchiolitis masa kanak-kanak disebabkan oleh respiratory
syncytial virus (RSV). Selain itu, juga dapat disebabkan oleh agen infeksi lainnya,
termasuk virus yang menyebabkan flu biasa. Beberapa infeksi, seperti kombinasi RSV
dan metapneumovirus dapat menyebabkan kasus bronchiolitis yang parah. Tidak ada
vaksin untuk bronchiolitis, yang merupakan kondisi yang menular. Virus ini menular
dengan cara yang sama seperti tertular pilek atau flu yaitu dengan menyentuh benda
yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mata mereka atau bagian dalam hidung
atau mulut atau menghirup udara yang terinfkesi atau sekresi pernafasan lainnya.
5. Tanda dan Gejala
Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai
dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau
hanya subfebris. Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat.
Pernafasan dangkal atau cepat disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga
pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi
gelisah dan cyanosis. Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi hipersonor, ekspirasi
memanjang disertai dengan mengi (wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang
terdengar pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan yang
berat sekali, suara pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi

3
hampir total. Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan tidak dapat
makan. (Ngastiyah, 2005)
6. Menurut Ngastiyah (2006) Komplikasi Bronkiolitis :
Bronkiolitis biasanya dapat menimbulkan komplikasi yaitu atelektasis hipoksia
dan gangguan asam basa (asidosis metabolik, alkalosis respiratorik dan asidosis
respisatorik).
7. Pemeriksaan Diagnostik (Mansjoer, 2006)
a. Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis
b. Pemeriksaan darah, Hb dan Ht meningkat
c. Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolik
atau respiratorik.
8. Penatalaksanaan Medis (Mansjoer, 2006)
a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia
seperti : gelisah dan cyanosis.
b. Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% : NaCl 0,9%
= 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan
c. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :
1) Bronkiolitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari, letoramfenikol
75 mg/kg BB/hari)
2) Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari, Amikasin 10-15
mg/kg BB/hari)
d. Steroid
e. Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis


Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data, penganalisaan data,
perumusan masalah dan diagnosa keperawatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien,
Bronkiolitis adalah : tanda-tanda distres pernafasan (nafas cepat, dyspnea, tarikan

4
dada, cuping hidung, cyanosis) selama fase akut, selain itu data yang bisa didapat
pada pasien bronkiolitis yaitu : data subyektif seperti : orang tua mengeluh
anaknya sesak nafas, batuk, bernafas dengan cepat (takipnea), tidak mau makan
dan orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Data obyektif
didapat data cyanosis, batuk-batuk, nafas cuping hidung, demam ringan, bernafas
dengan cepat (takipnea, wheezing, ronchi, retraksi otot dada) pada pemeriksaan
darah Hb dan Ht meningkat, foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan
atelektasis.
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
aktual/potensial terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan.
Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan menurut
(Doengoes, 2000 dan Lynda Juall, 2000).
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya
produksi lendir.
2) Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungan dengan meningkatnya sekresi
sekret.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa
disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya intake.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme anoreksia.
6) Ansietass orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang
kesehatan anak.
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
perawatan anaknya.
b. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan perawatan diawali dengan menentukan prioritas bardasarkan
Ancaman kehidupan dan kesehatan menurut Griffth – Kenney Christensen
(Wartonah, 2006). Maka dari itu ditemukan prioritas yaitu :
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya
produksi lendir.
2) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya sekresi
sekret.

5
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa
disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya intake.
4) Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme, anoreksia.
6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan anaknya.
Rencana perawatan adalah penetapan intervensi untuk mengurangi
menghilangkan dan mencegah masalah Keperawatan. Rencana keperawatan
dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2000)

BAB II

6
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama : An. M

Usia : 10 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Marital : Tidak Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

No. Medrec : 14.088322

Alamat : Cipanas 05/02, Sekarwangi, Buahdua, Sumedang

Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2015

Tanggal Masuk RS : 28 Mei 2015

Diagnosa Medis : Bronchiolitis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. A

Usia : 27 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Status Marital : Kawin

Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung

Alamat : Cipanas 05/02, Sekarwangi, Buahdua, Sumedang

7
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

± 12 jam SMRS, ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas

± Pada saat dikaji tanggal 28 Mei 2015, ibu klien mengatakan anaknya sesak

nafas. Sesak masih RR=46x/menit. Ibu klien mengatakan sesak semakin

bertambah bila anaknya menangis dan sudah batuk dan terdengar banyak dahak.

Sesak terlihat berkurang bila anaknya tidur. Sesak membuat anaknya menjadi

rewel dan susah untuk tidur.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan anaknya pernah di rawat di Rumah Sakit Umum

Pakuwon sebanyak 2 kali pada tahun 2014 dengan penyakit karena Aspirasi dan

Kejang.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang

sama dengan klien. Ibu klien mengatakan di keluarganya juga tidak ada yang

mempunyai penyakit menular seperti TBC atau hepatitis.

e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

 Sebelum menikah dan setelah hamil ibu melakukan imunisasi TT.

 Kehamilan klien cukup bulan (usia 9 bulan)

 Klien lahir dengan berat 3,2 kilogram dengan bantuan bidan

8
f. Riwayat Tumbuh Kembang

 Motorik halus : Pada usia ini, salah satu indikator perilaku adalah bisa
memegang sesuatu dengan ibu jari dan tangan lainnya.
Klien dapat memegang botol susu tanpa terjatuh , karena
saat itu klien ingin minum susu.
Masalah: tidak ada
 Motorik kasar : Pada saat akan ditidurkan oleh ibunya di ranjang, klien
bangun sendiri kemudian duduk lalu menangis.
Masalah: tidak ada
 Verbal : Klien menyebut-nyebut “ma..ma..mi..mi”. ibu klien
mengatakan anaknya menyebut “mama dan minta mimi
(minum asi)
Masalah: tidak ada
 Sosial : Pada saat dikaji klien sedang sesak. Salah satu indikator
adalah bisa melambaikan tangan. Klien tidak melakukan
itu, tapi klien meronta-ronta seperti meminta pertolongan
ingin minum susu.
Masalah: tidak ada
 Kognitif : Klien pada awalnya menolak untuk minum melalui
sendok, klien meronta-ronta menirukan memegang botol
susu. Ibu klien mengatakan klien sudah mengerti bahwa
jika minum susu harus memakai botol susu.
Masalah: tidak ada

g. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian


1. Hb0 0 bulan
2. BCG 1bulan
3. DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
4. CAMPAK -
5. POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan

9
3. Pola Aktivitas Sehari-hari

DI RUMAH DI RUMAH
NO ADL
(sebelum sakit) SAKIT

1. Nutrisi

a. Makan

 Jenis Nasi, daging, dll PASI 30cc/spen

2-3 kali sehari


 Frekuensi
1 porsi
 Porsi
Dibantu oleh ibu
 Cara makan

b. Minum
PASI 30cc/spen
Air putih, susu
 Jenis
6-8 gelas dalam
 Frekuensi
sehari

± 800cc
 Jumlah
Sendiri, kadang
 Cara minum
dibantu ibu

Masalah Tidak ada masalah

2. Eliminasi

a. BAK

 Frekuensi Tidak tentu 1x ganti diapers

Kuning jernih Kuning jernih


 Warna Urine
Tidak dihitung Tidak dihitung
 Jumlah

10
 Cara pengeluaran sendiri sendiri

 Penggunaan alat tidak ada tidak ada

bantu

b. BAB
1-2 kali sehari Klien belum BAB
 Frekuensi
konsisten di rumah sakit
 Konsistensi
Tidak ada
 Masalah BAB
sendiri
 Cara pengeluaran

Masalah Tidak ada masalah

3. Istirahat Tidur

 Waktu tidur 12-14 jam 8-9 jam

 Kebiasaan sebelum Minum ASI

tidur
Tidak ada
 Masalah tidur

Masalah Tidak ada masalah

4. Personal Hygiene

 Mandi 2 kali sehari Pada saat dikaji

 Keramas Setiap hari saat pukul 21.00 klien

mandi dalam sedang

 Gosok Gigi 2 kali sehari menangis

1 minggu sekali
 Potong kuku
2 hari sekali
 Membersihkan telinga
Dibantu oleh ibu
 Cara melakukan

Masalah Tidak ada masalah

11
4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Ekspresi : Menanagis

2) Emosi : Labil

b. Status kesadaran

Compos Mentis (E=4, M=6, V=5)

c. Tanda-tanda Vital

1) Nadi : 128 x/ menit

2) Suhu : 37,8° C

3) Pernafasan : 46x/menit

d. Pemeriksaan Head to Toe


1) Kepala

Inspeks : Tidak terdapat lesi, keadaan rambut bersih.


i
Palpasi : Bentuk kepala bulat, kesimetrisannya simetris, tidak teraba
benjolan.
2) Muka

Inspeks : Kulit wajah terlihat kemerahan.


i
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dari sinus
3) Mata

Inspeks : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna


i putih, reflek pupil ada.
4) Hidung

12
Inspeks : Bentuk hidung simetris, slym ada, mukosa hidung lembab,
i terpasang 02 2 liter/menit, PCH tidak ada
5) Telinga

Inspeks : Letak telinga simetris di kedua sisi, kebersihan telinga baik.


i
Palpasi : Tidak terdapat benjolan di sekitar tulang mastoid.

6) Mulut

Inspeks : Warna bibir merah muda


i
7) Leher
Tidak terdapat adanya benjolan.
8) Dada
a) Paru – paru
Pengembangan dada simetris, auskultasi terdapat suara ronchi, retraksi
intercostal ada.
b) Jantung
Auskultasi jantung lub dub, tidak terdengar suara nafas tambahan.
c) Abdomen
Tidak ada nyeri tekan. Bising usus : 6x/menit, retraksi abdominal ada.
9) Ekstermitas Atas
Rentang gerak normal, klien terpasang infuse KaEN 1B di tangan sebelah
kiri.
10) Ekstermitas Bawah
Rentang gerak normal. Skala mobilitas 3 (0-4). Kekuatan otot

5 5
4 4
11) Kulit

Turgor kulit baik < 3 detik, kulit teraba panas.

5. Data Psikologis, Sosiologis dan Spiritual

a. Psikologis: Klien menangis saat diperiksa

13
b. Sosial : Klien menangis saat diperiksa
c. Spiritual : Klien belum melakukan aktivitas ibadah apapun. Klien hanya
menangis
6. Kebutuhan Pendidikan Kesehatan

Ibu klien mengatakan mengetahui anaknya sakit batuk dan sesak nafas. Ibu klien

ingin mengetahui penyebab penyakit anaknya tersebut. Ibu klien mengatakan dia dan

suaminya akan melakukan perawatan lanjutan dirumah bila anaknya sudah pulang

dari rumah sakit.

7. Perencanaan Pasien Pulang

NO KRITERIA PASIEN YA TIDAK


.
1. Pengaruh rawat inap terhadap:
 Pasien dan keluarga pasien 
 Pekerjaan 
 Keuangan
2. Bantuan diperlukan dalam hal:
 Minum obat
 Mandi
 Makan
 Diet
 Menyiapkan makanan
 Berpakaian
 Edukasi kesehatan
 Transportasi
3. Adakah yang membantu keperluan tersebut 
diatas?
4. Apakah pasien hidup/tinggal sendiri setelah 
keluar dari rumah sakit?
5. Apakah pasien menggunakan peralatan medis di 
rumah setelah keluar rumah sakit (cateter,NGT,
double lumen,oksigen)?
6. Apakah pasien memerlukan alat bantu setelah 
keluar dari rumah sakit (tongkat, kursi roda,
walker,dll)
7. Apakah pasien memerlukan bantuan/perawatan 
khusus di rumah setelah keluar rumah sakit?
8. Apakah pasien bermasalah dalam memenuhi 
kebutuhan pribadinya setelah keluar dari rumah
sakit (makan,minum, toileting,dll)?
9. Apakah pasien memiliki nyeri kronis dan 

14
kelelahan setelah keluar dari rumah sakit?
10. Apakah pasien dan keluarga memerlukan edukasi 
kesehatan setelah keluar dari rumah sakit (obat-
obatan, nyeri, diit, mencari pertolongan, follow
up,dll)?
11. Apakah pasien dan keluarga memerlukan 
keterampilan khusus setelah keluar dari rumah
sakit (perawatan luka, injeksi, perawatan
bayi,dll)?
Kesimpulan:
Membutuhkan edukasi perencanaan pulang 

8. Data Penunjang

Tanggal Pemeriksaan : 28 Mei 2015

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 11,1 g% 10-15

Hematokrit 31,7 % 29-40

Leukosit 15.500 /µL 5000-14.500

Trombosit 607.000 /µL 150.000-400.000

9. Terapi

Tanggal 28 Mei 2015

 Kaen 1B 20 gtt/menit

 Kalfoxim 2x250 mg

 Kalmethasone 2x½ amp

 Nebu (ventolin ½ amp) 3x/hari

 PASI 8x30cc/spen

15
Tanggal 29 Mei 2015

 Kaen 1B 20 gtt/menit

 Kalfoxim 2x250 mg

 Kalmethasone 2x½ amp

 Nebu (ventolin ½ amp) 3x/hari

 PASI 8x60cc/spen

Tanggal 30 Mei 2015

 Kaen 1B 20 gtt/menit

 Kalfoxim 2x250 mg

 Kalmethasone 2x½ amp

 Nebu (ventolin ½ amp) 3x/hari

 PASI adlib

Tanggal 31 Mei 2015

 Kaen 1B 20 gtt/menit

 Kalfoxim 2x250 mg

 Kalmethasone 2x½ amp

 Nebu (ventolin ½ amp) 3x/hari

 PASI adlib

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di


saluran pernafasan, ditandai dengan:
DS:
Ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak disertai sesak
DO:
 Sesak ada
 RR= 46x/menit
 Suara nafas ronchi
 Batuk berdahak ada
 Slym ada
 02 terpasang 2 liter/menit
 Retraksi intercostal dan abdominal ada
 PCH tidak ada
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan:
DS:
Ibu klien mengatakan anaknya teraba hangat
DO:
 Suhu : 37,8°C
 RR= 46x/menit
 Leukosit: 15.500/µL
 Badan teraba panas

17
18
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


. Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan nafas  Tupan: Setelah 1. Observasi keadaan umum
tidak efektif dilakukan tindakan dan tanda-tanda vital
berhubungan keperawatan selama 2. Observasi suara nafas
dengan akumulasi 3x24 jam jalan nafas 3. Atur posisi tidur kepala
sekret di saluran bersih sedikit ekstensi
pernafasan, ditandai  Tupen: Setelah 4. Lakukan teknik clapping
dengan: dilakukan tindakan finger
 DS: keperawatan selama 5. Berikan terapi sesuai
Ibu klien mengatakan 1x24 jam jalan nafas advice:
anaknya batuk bersih dengan kriteria: a. Terapi inhalasi
berdahak disertai  Sesak nafas berkurang b. Berikan diet
sesak  RR=30-40x/menit c. Terapi steroid
 DO:  Batuk berkurang 6. Berikan tindakan
 Sesak ada  Slym sedikit keperawatan sesuai
 RR= 46x/menit  Retraksi berkurang advice: tindakan suction

 Suara nafas ronchi


 Batuk berdahak
ada
 Slym ada
 02 terpasang 2
liter/menit
 Retraksi intercostal
dan abdominal ada
 PCH tidak ada
2. Hipertermi  Tupan: Setelah 1. Observasi keadaan umum
berhubungan dilakukan tindakan dan tanda-tanda vital
dengan proses keperawatan selama 2. Observasi suhu tiap 4 jam
infeksi, ditandai 3x24 jam suhu tubuh 3. Berikan kompres hangat
dengan: normal 4. Anjurkan kepada keluarga

19
 DS:  Tupen: Setelah untuk memakaikan baju
Ibu klien mengatakan dilakukan tindakan tipis dan menyerap
anaknya teraba hangat keperawatan selama keringat
 DO: 1x24 jam suhu tubuh 5. Berikan terapi sesuai
 Suhu : 37,8°C normal dengan kriteria: advice:
 RR= 46x/menit  Suhu : 36,5-37,5°C  Terapi antibiotik

 Leukosit:  RR: 30-40x/menit


15.500/µL  Badan teraba hangat

 Badan teraba
panas

20
D. IMPLEMENTASI

DIAGNOSA IMPLEMENTASI NAMA


NO EVALUASI
KEPERAWATAN JAM KEGIATAN TTD

1. Bersihan jalan nafas tidak Kamis, 28 Mei 2015 Jumat, 29 Mei 2015
07.00
efektif berhubungan 20.30 Mengobservasi keadaan umum S : Ibu klien mengatakan batuk
dengan akumulasi sekret dan tanda-tanda vital berdahak dan sesak masih (Sinta
R/ Keadaan umum compos O : Keadaan umum compos Devy A)
di saluran pernafasan, mentis, klien rewel mentis, klien rewel, sesak
ditandai dengan: TTV: N= 128x/menit, masih, RR=55x/menit, suara
R=46x/menit, Suhu= 37,8°C nafas ronchi, batuk berdahak
 DS:
21.00 ada, slym ada, retraksi
Ibu klien mengatakan Memberikan diet PASI 30cc/spen intercostal ada, retraksi
R/ PASI masuk 30cc. Klien masih abdominal tidak, PCH tidak
anaknya batuk berdahak rewel karena mau lagi. ada, O2 terpasang 2 liter/menit
disertai sesak 22.00 A : Bersihan jalan nafas tidak
Mengatur posisi tidur kepala efektif
 DO: sedikit ekstensi P : Lanjutkan intervensi
 Sesak ada R/ Klien tidak mau ditidurkan. I : 1. Observasi keadaan umum
Klien ingin tidur digendong. dan tanda-tanda vital
 RR= 46x/menit 24.00 2. Observasi suara nafas
Memberikan diet PASI 30cc/spen 3. Atur posisi tidur kepala
 Suara nafas ronchi R/ PASI masuk 30cc. Klien rewel sedikit ekstensi
 Batuk berdahak ada dan menangis mau lagi. 4. Lakukan teknik clapping
fingers
 Slym ada Jumat, 29 Mei 2015
03.00 5. Berikan terapi sesuai
 02 terpasang 2 liter/menit advice
Memberikan diet PASI 30cc/spen
 Retraksi intercostal dan R/ PASI masuk 30cc/spen. Klien

21
abdominal ada rewel mau lagi
05.00
 PCH tidak ada Mengobservasi tanda-tanda vital
R/ N= 125x/menit, R= 50x/menit,
S= 37,9°C
05.00
Memberikan terapi inhalasi
R/ Klien mengamuk saat
diberikan terapi
05.20
Melakukan teknik clapping finger
dengan cara menepuk-nepuk
punggung klien dengan posisi
klien ditelungkupkan di dada ibu
05.30 R/ Klien menangis

Melakukan suction
R/ Klien tampak nyaman setelah
06.00 dilakukan suction. Slym banyak.

Memberikan diet PASI 30cc/spen


R/ PASI masuk 30cc. Klien rewel
07.00 karena mau lagi.

Memberikan terapi steroid


Kalmethasone 2x½ amp
R/terapi sudah diberikan. Klien
menangis saat diinjeksi.
2. Hipertermi berhubungan Kamis, 28 Mei 2015 Jumat, 29 Mei 2015
07.00
dengan proses infeksi, 20.30 Mengobservasi keadaan umum S : Ibu klien mengatakan badan
ditandai dengan: dan tanda-tanda vital anaknya teraba hangat
R/ Keadaan umum compos O : Keadaan umum compos

22
mentis, klien rewel mentis, demam ada, S=
 DS: TTV: N= 128x/menit, 37,9°C, badan teraba panas,
R=46x/menit, Suhu= 37,8°C RR=55x/menit
Ibu klien mengatakan A : Hipertermi (Sinta
anaknya teraba hangat P : Lanjutkan intervensi Devy A)
20.35 Memberikan kompres hangat I : 1. Observasi keadaan
 DO: R/Kompres sudah diberikan di umum dan tanda-
daerah leher, aksila dan dahi. tanda vital
 Suhu : 37,8°C Klien menangis saat dikompres. 2. Observasi suhu tiap 4
 RR= 46x/menit jam
Jumat, 29 Mei 2015 3. Berikan kompres
 Leukosit: 15.500/µL 4. Anjurkan untuk
00.30
Mengobservasi suhu memakaikan baju
 Badan teraba panas R/ Suhu= 37,5°C tipis dan menyerap
05.00 keringat
Mengobservasi tanda-tanda vital 5. Berikan terapi sesuai
R/ N= 125x/menit, R= 50x/menit, advice:
S= 37,9°C  Terapi antibiotik
07.00
Memberikan terapi antibiotik
R/ Terapi antibiotik Kalfoxim
250mg. Klien menangis saat
diinjeksi.

23
F. CATATAN PERKEMBANGAN

PARAF DAN
TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA JELAS

29 Mei 2015 S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya


masih,badan teraba hangat
O :  Keadaan umum Compos Mentis,
Klien tenang
 RR=42x/menit
 Retraksi intercostal ada
 PCH tidak
 02 2 liter/menit terpasang
 PASI 8x60cc/spen
 Reflek nelan dan isap baik
 Slym ada banyak
A :  Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Hipertermi
P : Lanjutkan intervensi
I :  (20.15) Mengobservasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital (Sinta Devy)
R/ Keadaan umum compos mentis.
Klien rewel
TTV: N: 130x/menit, S: 37,6°C,
RR=45x/menit.
 (21.00) Memberikan diet PASI
60cc/spen
R/Klien menangis mau lagi.
 Mengobservasi suhu
R/Suhu=37,1°C. Klien sedang tidur
 (24.00) Memberikan diet PASI
60cc/spen
R/Klien menangis mau lagi.
Sabtu, 30 Mei 2015
 (03.00) Memberikan diet PASI
60cc/spen
R/Klien nampak kelelahan dan
mengantuk.
 (05.00) Mengobservasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital
R/ Keadaan umum compos mentis.
TTV: N=130x/menit, R=48x/menit,
S=36,5°C
 (05.15) Memberikan terapi inhalasi
R/Klien mengamuk saat diberikan
terapi
 (05.35) Melakukan isap lendir

24
R/Klien diam saat dilakukan isap
lendir. Klien nampak nyaman
 (06.00) Memberikan diet PASI
60cc/spen
R/Klien terlihat kenyang. Klien
langsung tertidur.
 (06.15) Mengganti baju klien
dengan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
R/Klien nampak nyaman
 (06.30) Melakukan teknik clapping
finger dengan cara menepuk-nepuk
punggung klien dengan posisi klien
ditelungkupkan di dada ibu
R/ Klien menangis
 (07.00)Memberikan terapi antibiotik
dan steroid
R/ Terapi antibiotik Kalfoxim
250mg dan Kalmethasone ½amp
diberikan. Klien menangis saat
diinjeksi.
E Keadaan umum compos mentis, demam
turun S=36,7°C, sesak masih
RR=42x/menit, retraksi intercostal masih,
PCH tidak, O2 2 liter/menit, PASI
8x60cc/spen, reflek isap dan nelan baik,
slym banyak

01 Juni 2015 S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya


sudah berkurang,panas badan tidak.
O : Keadaan umum compos mentis, sesak
tidak RR=40x/menit, PCH tidak,
retraksi intercostal berkurang, slym
ada, 02 2 liter/menit, asi adlib, demam
tidak,S=36,8°C.
A :  Bersihan jalan nafas tidak efektif
dalam perbaikan
 Hipertermi teratasi
(Sinta Devy)
P : Lanjutkan intervensi
I :  (09.00) Mengobservasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital
R/Keadaan umum compos mentis.
Klien tampak tenang. 02 tidak mau
dipakai.
TTV: N=130x/menit,
RR=38x/menit, S=36,7°C
 (09.15) Melakukan teknik clapping
finger dengan cara menepuk-nepuk
punggung klien dengan posisi anak
ditangkupkan di dada ibu
25
R/Klien nampak nyaman dan tenang
 (13.00) Melakukan isap lendir
R/ Klien nampak nyaman. Slym
sedikit.

E Keadaan umum compos mentis, sesak


tidak RR=36x/menit, retraksi dada tidak
ada, PCH tidak ada, slym ada, O2 tidak
terpasang, asi adlib, demam tidak
S=36,5°C. Klien boleh pulang.

26
BAB IV

PENUTUP

Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran

nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan

insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000).

Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus,

yang biasanya lebih berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai

dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada An. M penulis dapat

menyimpulkan beberapa hal:

Pengkajian dimulai pada tanggal 28 Mei 2015, dari pengkajian ditemukan dua

diagnosa yang penulis angkat yaitu, Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan akumulasi sekret di saluran pernafasan, Hipertermi berhubungan dengan

proses infeksi.. Penulis melakukan intervensi, implementasi serta evaluasi dari tanggal

28 Mei – 01 Juni 2015. Dari kedua diagnosa tersebut, satu diagnosa sudah teratasi

pada hari kedua implementasi dan satu diagnosa yaitu bersihan jalan nafas tidak

efektif teratasi pada hari ketiga implementasi.

27

Anda mungkin juga menyukai