Bronkiolus terminal disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya yaitu
menghantarkan udara ketempat pertukaran gas yaitu alveolus
d. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernafasan yang utama, organ yang elastis, berbentuk
krucut, dan letaknya didalam rongga dada tau toraks. Kedua paru-paru saling terpisah
oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Paru-paru kanan lebih besar dari pada
paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura intrlobaris dan paru-paru kiri
dibagi menjadi dus lobus.
Pernafasan adalah suatu proses ganda yaitu pertukaran gas didalam jaringan
(pernafasan dalam) dan yang terjadi didalam paru-paru (pernafasan luar). Proses
pernafasan dapat dibedakan menjadi tiga segmen:
1) Ventilasi: Merupakan segmen pertam, yaitu masuknya campuran gas-gas keluar
dan kedalam paru-paru.
2) Transportasi: Merupakan stadium kedua dari respirasi, yaitu difusi gas antara
alveolus dan kapiler paru, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal, dan reaksi
kimia dan fisik dari oksigen dengan darah.
3) Respirasi sel: Merupakan stadium terakhir dari respirasi yaitu saat dimana
metabolik dioksida mendapatkan energi dan karbondioksida terbentuk sebagai
sampah, proses metabolik sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
4. Manifestasi Klinis
Secara umum dapat dibagi menjadi :
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang, dan keluhan gasrtointestinal.
b. Gejala umum saluran pernafasan bagian bawah berupa batuk, takipne, ekspektorsi
sputum, nafas cuping hidung, sesak nafas, merintih dan sianosis
Anak yang lebih besar dengan bronkopnemonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutu tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda bronkopnemonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas) perkusi pekak,
fremitus melemah, suara nafas melemah, dan ronchi.
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak eksursi dada tertinggal didaerah efusi
suara nafas tubuler tepat diatas baras cairan, nyeri dada karena iritasi pleura, (nyeri
berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa implamasi) bila terdapat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen, (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma). Pada
neonatus dan bayi kecil tanpa bronkhopnemonia tidak jelas, efusi pleura pada bayi
akan menimbulkan pekak perkusi (Brunner and Suddart, 2002 : 57)
e. Adapun jumlah respiratori normal pada anak usia 1-12 bulan (30-60x/menit), 1-2
tahun (25-50x/menit), 3-5 tahun (20-30x/menit), 5-9 tahun (15-30x/menit), dan 10
tahun (15-30x/menit). (Ngastiah, 2008).
5. Penatalaksanaan
Dalam hal pengobatan Bronkhopneumonia/pneumonia perlu di perhatikan
keadaan klinisnya, Bila keadaan klinisnya baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati
di rumah. Juga di perhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik. (Persatuan
Dokter Paru Indonesia, 2003).
a. Penderita Rawat Jalan
1) Pengobatan Suportif/Simphomatik
a) Istirahat di tempat tidur
b) Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
c) Bila panas tinggi perlu di kompres atau minum obat penurun panas
d) Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
2) Pemberian antibiotik harus diberikan (secara bagan) kurang dari 8 jam
b. Penderita Rawat Inap Di Ruang Rawat Biasa
1) Pengobatan rawat inap di ruang rawat biasa
a) Pemberian terapi oksigen 1-2 liter/menit
b) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
c) Pemberian obat antipiretik mukolotik
2) Pemberian antibiotik harus diberikan (secara bagan) kurang dari 8 jam
c. Fisiotherafi dada sangat penting dalam melepaskan dan memobilisasi sekret. Atur
posisi anak dengan tepat untuk melakukan drein terhadap paru-paru sakit, kemudian
dada divibrasi dan perkusi. Setelah itu anak diminta untuk napas dalam dan batuk.
Jika anak terlalu lemah atau tidak memungkinkan untuk batuk dengan efeotif, mukus
mungkin harus dikeluarkan dengan menggunakan penghisap nasotrakhea sesuai
indikasi.
Pemerikasaan diagnostik / pemeriksaan penunjang :
a) Foto thorax
(1) Bronkhopneumonia terdapat bercak-bercak pada satu atau beberapa lobus
(2) Jika pada pneumoni terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus
b) Laboratorium
(1) Gambaran darah tepi menunjukan leukositosis dapat mencapai 15.00040.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri
(2) Urin biasanya berwarna lebih tua mungkin terdapat albuminuria ringan karena
suhu yang naik dan sedikit torak hialin
c) Pemeriksaan fisik dengan auskultasi dan perkusi
a. Rinitis ringan
b. Anoreksia
c. Gelisah
d. Demam
e. Malaise
f. Napas cepat & dangkal (50-80)
g. Ekspirasi bersemi
h. Lebih dari 3 tahun sakit kepala & kedinginan
i. Kurang dari 2 tahun vomitus & diare ringan
j. Leukositosis
k. Fototorax pneumonia lobar
2. Pneumonia Virus
a. Batuk, rinitis
b. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan protasi (kelesuan)
c. Empisema obstruktif
d. Hasil foto torax bronkopneumonia
e. Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikroplasma
a. Awal demam, menggigil, sakit kepala, anoreksia, mialgia (nyeri otot)
b. Rinitis, sakit tenggorokan
c. Batuk kering berdarah
d. Hasil foto torax area konsolidas
E. PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan
berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang
terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema
dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses
fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer, 2000: 966).
F. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise,
nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi sputum, napas cuping
hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, dan ronkhi.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggi di daerah efusi, perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub,
nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul),
kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa enflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri
abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik gambaran darah tepi leukositosis mencapai 15.000-40.000/mm dengan pergesaran
ke kiri. Urin berwarna lebih tua, terdapat albuminuria ringan karena suhu naik dan sedikit torak hialin.
Analisa gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
3. Foto thorax bronkopneumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
H. PENULARAN
1. Droplet infection
2. Makanan & minuman yang terkontaminasi
3. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi
4. Penggunaan peralatan (ex. Alat makan) secara bersama-sama
I. PENCEGAHAN
1. Hindari udara yang lembab
2. Pastikan kebersihan makanan, diri & lingkungan
3. Tingkatkan daya tahan tubuh & asupan gizi
4. Anjurkan untuk imunisasi lengkap & tepat waktu
J. PENATALAKSANAAN
1. Medik
a. Penisillin 50.000 u/kg BB/hr ditambah dengan klomfenikol 50-70 mg/kg BB/hr atau diberikan antibiotik
yang mempunyai spektrum luas seperti ampisillin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari.
b. Pemberian O2 dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah dengan larutan KCl 10mEg/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia,
maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan analisa hasil gas darah arteri.
d. Kemotherapi untuk mycroplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau
Tetrasiklin 3 4 mg sehari.
e. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
2. Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
f. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
K. KOMPLIKASI
1. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan
secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsik
2. Empisema
Adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau
seluruh rongga pleura.
Terjadi di mulai adanya gangguan pembersihan jalan napas akibat penutupan sputum, peradangan yang
menjalar ke bronkhiolus menyebabkan dinding bronkhiolus mulai melubang dan membesar.
3. Abses paru
Adalah pengumpulan pus dalam paru yang meradang.
Di dalam paru-paru berdinding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan
merusak jaringan paru. Bisul sering merupakan hasil dari bunyi aspirasi radang paru-paru ketika
campuran organisme masuk ke dalam paru-paru bisul dapat menyebabkan haemorhagic di dalam paruparu jika tidak diperlakukan, tetapi atibiotik yang khusus membunuuh bakteri anaerobic dan organisme
lain secara cepat dapat mengurangi bahaya.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis
Adalah peradangan pada endokardial
6. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang selaput otak
Penyebaran virus haemofillus influenza melalui hematogen ke system saraf sentral. Penyebarannya juga
bisa di mulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan atau dimana manifestasi klinik meningitis
menyerupai pneumonia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a Apakah adanya riwayat batuk
b Apakah adanya penurunan napsu makan
c Apakah sering mengalami demam
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat mual dan muntah
b. Riwayat penyakit infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam
c. Anorexia, sukar menelan yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Batuk produktif, pernapasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : dispneu, takipneu, napas cuping hidung, gerak dada naik turun pada daerah yang sakit
b. Palpasi : fremitus suara normal sampai dengan meningkat
c. Perkusi : redup, batas tegas
d. Auskultasi : ronkhi basah halus atau vesikuler
4. Data Fokus (Doengoes, 2000)
a Pernapasan
1) Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan obat aksesoris, pelebaran
nasal
2) Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b Aktivitas atau istirahat
1) Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2) Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi