DOSEN :
Di susun Oleh :
1. Karyn Pelealu
2. Angelina Mokodongan
3. Ester Natalia Mangowal
4. Ni Made Dewi Antini
5. Injilia Keyzia Boham
JURUSAN KEPERAWATAN
MANADO
BAB I
PENDAHULUAN
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini
dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.
Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan
anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Laring saluran saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni
saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan
mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial
ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, yang oksigen dan
oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dani sini dipompa didalam arteri bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat
hemoglobinnya 95%. dalam paru-paru.
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan
otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,
1994)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi (Price, 1994)
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung
di alveolus paru-paru. Pertukaran diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran
udara timbal balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli
ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas
dan uap yang terhirup paru-paru merupakan jalur masuk yang terpenting dari
bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja (WHO, 1993).
2. Pertukaran gas dalam alveoli dan darah atau disebut pernapasan luar.
3. Transportasi gas melalui darah.
Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra
pulmonal (intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan biasa,
tekanan ini berkisar antara -l mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi
dalam tekanan intra alveoli dapat mencapai -30 mmHg. Menurunnya tekanan
intra pulmonal pada waktu inspirasi yang disebabkan oleh mengembangnya
rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi.
Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan intra
pulmonal lebih tinggi dari tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar
paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi bila volume rongga
paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis
jaringan paru.
Bahan yang dapat mengganggu sistem pemapasan adalah bahan yang mudah
menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh memiliki perlindungan untuk
mencegah masuknya lebih dalam bahan yang dapat mengganggu sistem
pernapasan, tetapi bila cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi
menahan masuknya bahan tersebut ke dalam paru-paru.
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme
laring (penghentian napas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat
menyebabkan bronkitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja yang
menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan
sekresi lendir, suatu kegunaan yang khas pada bronkitis dan juga terlihat pada
perokok tembakau (WHO, 1995).
2.4 Bronkopneumonia
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000
orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada
orang dewasa di negara itu.
a. Usia
b. Status imunologis
c. Status lingkungan
d. Kondisi lingkungan (epidemiologi setemat, malnutrisi)
e. Status imunisasi
f. Faktor pe jamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
Usia pasien merupakan peran penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi. gambaran klinis dan
strategi pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil termasuk
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomemas sp,
atau Klebsiella sp, Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A,
S aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri
tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycopłasma pneumoniae.
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber
dari data di Negara maju dapat dilihat dari tabel 1. *
Faktor Non Infeksi
Terjadi disfungsi operasi atau refluks esophagus termasuk:
1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi karena aspirasi selama
penelanan muntah atau pemasangan selang NGT (zat hidrokarbon seperti pelitur,
minyak tanah dan bensin).
2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang terus berjalan seperti palatoskizis, mempersembahkan makanan dengan
cara horizontal, atau pemaksaan mempersembahkan makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada
jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam
lemak tinggi yang merusak seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
menjalankan Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita
penyakit yang berat seperti AIIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi kejadian penyakit ini.
Faktor Resiko
2. Faktor Lingkungan
3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan karena
obstruksi bronkus misalnya: aspirasi benda asing pada anak atau
proses keganasan pada orang dewasa
b. Bronchopneumonia
1.) Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru
2.) Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus
3.) Sering pada bayi dan orang tua
4.) Jarang dilakukan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia)
1.) Proses terjadi mengenai jaringan interstitium bekerjasama alevoli atau
bronki
2.) Merupakan bukti (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus,
Pneumocystis carini)
Berdasarkan lama penyakit
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
Pada keadaan normal, saluran pernapasan mulai dari area sublaring sampai
parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga tetap steril oleh
pertahanan bersihan mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk.
Mekanisme pertahanan imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme
patogen adalah makrofag yang terdapat di alveolus dan bronkiolus. IgA
sekretori, dan imunoglobulin lain.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke bagian perifer melalui
saluran pernapasan. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang mengalami mengalami, terjadi serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin bertambah, terdapat
fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan
debris menghilang. Stadion ini disebut resolusi stadion. Sistem
bronkopulmoner jaringan paru yang tidak akan terus normal.
Pneumonia virus biasanya berasal dari penyebaran infeksi di sepanjang jalan
napas atas yang mengikuti oleh kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan
obstruksi jalan napas akibat bengkak, sekresi abnormal, dan puing-puing seluler.
Diameter jalan napas yang kecil pada bayi yang menyebabkan bayi rentan
terhadap infeksi berat. Atelektasis, edema interstisial, dan ketidakcocokan
ventilasi-perfusi menyebabkan hipoksemia yang sering dilengkapi obstruksi
jalan napas. Infeksi virus pada traktus respiratorius juga dapat meningkatkan
risiko terhadap infeksi bakteri sekunder dengan mengganggu pertahanan normal
pejamu, mengubah sekresi normal, dan menginvasi flora bacterial.
Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik
bergantung pada organisme yang menginvasi. M. pneumoniae yang menempel
pada epitel respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi
seluler dan produksi respons inflamasi di submukosa. Ketika infeksi
berkelanjutan, puing-puing seluler yang terlepas, sel-sel inflamasi, dan mukus
penyebab obstruksi jalan napas, dengan penyebaran infeksi terjadi di sepanjang
cabang-cabang bronkial, seperti pada pneumonia virus. S. pneumoniae
menyebabkan edema lokal yang membantu proliferasi mikroorganisme dan
penyebarannya ke bagian paru biasanya menghasilkan sebagai bercak-bercak
merata di seluruh lapangan paru. 5,6
Infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bawah menyebabkan infeksi
yang lebih difus dengan pneumonia interstisial. Pneumonia lobar tidak lazim.
Lesi terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pemesanan ulkus yang
terdiri dari berkemah dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan
terlokalisasi. Proses ini dapat meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa
limfatika. Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi dengan
cepat menjelek yang dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi,
jika diobati lebih awal. Stafilokokus menyebabkan penggabungan
bronkopneumoni yang sering unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi yang
memiliki daerah nekrosis perdarahan yang luas dan kaverna tidak teratur.
Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai demam tinggi, batuk dan nyeri
dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pemapasan cepat dan dangkal dilengkapi
pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Terkadang-
kadang-kadang muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari mula-mula
kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan
dangkal, pemafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung baru
dipikirkan kemungkinan pneumonia. Penyakit ini sering ditemukan bersamaan
dengan konjungtivitis, otitis media. faringitis, dan laringitis. Anak besar dengan
pneumonia yang lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk
dengan nyeri dada.
• Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terpengaruh.
• Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Ronki halus
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar tidak bisa ditemukan pada
bayi. Dan kadang terdengar juga suara bronkial.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada virus pneumonia dan mikoplasma anya leukosit dalam batas normal.
Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000
40.000 / mm dengan predominan PMN. Kadang-kadang ada anemia ringan dan
laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum, hasil pemeriksaan
darah lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri
pasti.
Foto rontgen tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau virus.
Tetapi gambaran foto rontgen toraks dapat membantu mengarahkan
kecenderungan etiologi. Penebalan peribronkial, interstisial infiltrat merata dan
hiperinflasi cenderung terlihat pada virus pneumonia. Infiltrat alveolar berupa
suatu segmen atau lobar, bronkopneumoni dan air bronchogram sangat mungkin
disebabkan oleh bakteri.
2. Penatalaksaan suportif
Kasus 1
Seorang bayi berusia 10 bulan masuk ke ruang rawat anak Asoka dengan
keluhan batuk 3 hari, demam tinggi 2 hari, dan tidak mau menyusu. Klien
tampak sesak napas dan mendapat 02 (2litr / mnt). Berdasarkan hasil anamnesa
didapatkan data: riwayat ASI tidak eksklusif, sejak usia 4 bulan sudah diberikan
MP ASI bubur beras merah. Sebelum sakit biasanya makan MP ASI 2x sehari
sepertiga piring, ASI jika ibu ada dirumah, dan susu formula 4-6x sehari.
Imunisasi sudah lengkap. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
RR: 52x / menit, ronchi positif kanan atas, HR 132x / menit, dada tidak positif.
BB / TB = 7 KG / 85 CM. T: 38,2 C. LK: 49 cm.
Hasil lab: Hb = 14,2. HT = 42. Leukosit = 19.000. Trombosit = 267000.
Albumin = 2.3,
Hasil Rongten: bronkopneumonia.
Terapi yang diberikan: ceftriakson 3x250mg. infus KaEn3B + lampu aminopilin
dalam 24 jam, nebulizer + fisioterapie 3x ehari dengan kombivent ½ ampul.
I. IDENTITAS
Nama : An.
Usia : 10 bulan
II. ANAMNESA
b. Keluhan Tambahan: demam tinggi sejak 2 hari suhu 38,2 "C, tidak mau
menyusu
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat ASI tidak eksklusif, sejak usia 4 bulan sudah diberikan MP ASI bubur
beras merah. Sebelum sakit biasanya makan MP ASI 2x sehari sepertiga piring,
ASI jika ibu ada dirumah, dan susu formula 4-6x sehari. Sebuah. A tampak
sesak napas.
d. Riwayat penyakit dahulu
An. A tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang serupa dengan
pasien.
f. Nutrisi
Anak tidak mau menyusu, anoreksia, mual dan muntah
KEPALA
Mata : Mata cekung (-), conjungtiva anemis (+ / +), sklera ikterik
(-), reflek pupil (+) normal, isokor
Telinga: Discharge (- / -), deformitas (- / -)
Hidung : Discharge. (+ / +) wama keputihan (sumber: Wong. 2008), deformitas
(-). deviasi septum (- / -), nafas cuping hidung (+)
Mulut : Bibir kering, sianosis sentral, lidah kotor (-)
Leher : pembesaran tiroid (-), kaku kuduk (-)
THORAX
PULMO
Inspeksi : dinding dada simetris, dada ditarik positif (Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam). pernapasan cuping hidung
Palpasi : fremitus vokal menurun, massa abnormal (-), lesi kulit (-)
Perkusi : redup pada lapang paru kanan
Auskultasi : suara napas bronkial, Ronkhi (+)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.
Auskulatsi : S1 S2 murni, bising (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Auskultasi : peristaltik, suara abnormal (-)
Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Tympani di seluruh regio abdomen
EKSTREMITAS
Atas : Edema (- / -), hambatan gerak (- / -), akral dingin (+ / +)
Bawah : Edema (-), hambatan gerak (-), akral dingin (+ / +)
Terapi yang diberikan :
- Ceftriakon 3x250mg
- Infuse KaEn3B+ aminopilin 1ampul dalam 24 jam
- Nebulizer + Fisioterapi dada 3x seehari dengan kombivent ½ ampul