K
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG KABELA RSJ PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO,
SULAWESI UTARA
Disusun Oleh :
Alfrida Aprilia Pantow
711440119041
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU RI No.38
tahun 2014, tentang Keperawatan.)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih kurang
70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%.
Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%, (Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan laporan ini perumusan masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi pada Ny.I di Kelurahan Tuminting
Kecamatan Tuminting Kota Manado.
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi dan memberi
pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pada pengkajian klien dengan halusinasi.
b. Mampu membuat analisa data pada klien dengan halusinasi.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
f. Mengetahui teori dan konsep halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu masalah yang mungkin ditemukan dari masalah preseptual
pada skizofrenia dimana halusinnasi tersebut didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan
sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70%
diantarannya mengalami halusinasi. Klien skizofrenia dan psikotik lain 20% mengalami
campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada halusinasi dapat terjadi padakelima indera sensori utama yaitu :
1. Pendengaran terhadap suara : klien mendengan suara dan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi terhadap penglihatan : klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa
stimulis yang nyata dan orang laintidak melihatnya.
3. Taktil terhadap sentuhan : klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
4. Pengecap terhadap rasa : klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan
rasa makanan yang tidak enak.
5. Penghidu terhadap bau : klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
B. RENTANG RESPON
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70% berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara 2 orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
20% gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenagkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenagkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang
lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat :
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin
melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan unutk menghilangkan
kecemasan daan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengontrol
kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan menigkat dan berhubungan dengan pengalaman internal atau eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi sangat menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasidatang
dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasinya memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenagkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi,
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya,
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI :
SENSORI HALUSINASI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara yang mengejeknya
- Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar
b. Data objektif :
- Klien tampak tertawa sendiri
- Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat sore, ibu masih ingat dengan saya?” “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah
masih mendengar suara-suara?” “Apakah ibu telah melakukan 2 cara yang telah diajarkan
untuk mengontrol suara-suara yang menganggu?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya?” “Bagus sekali, ibu latihan bercakap-cakap dengan teman dan perawat dilakukan
dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan kedua cara tadi suara-
suara yang ibu dengarkan berkurang?” “Bagus sekali ibu, dengan cara tersebut suara-suara
itu sudah tidak akan menganggu ibu lagi. Coba sekarang ibu praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap?”
“Bagus sekali ibu. Ibu sudah bisa mempraktekkannya.” “Baiklah ibu sesuai janji kita
kemarin hari ini kita akan latihan cara yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu
membersih kamar tujuannya kalau ibu sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan
berkurang. Apakah ibu bersedia?” “Berapa lama waktu kita berbincang-bincang ibu?
Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Fase Kerja
“Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuannya agar ibu dapat mengalihkan suara
yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?” “(di kamar) baiklah bu sekarang kita merapikan
tempat tidur ibu ya. Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal,
guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas sekarang
bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.Sekarang ambil bantal dan
letakkan dibagian atas kepala.Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakan
dibawah kaki.” “Bagus sekali ibu. Ibu dapat melakukannya dengan baik dan rapih.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita membereskan tempat tidur apakah selama kegiatan
berlangsung suara-suara itu datang?” “Bagus sekali bu. Jadi selama latihan suara-suara itu
tidak ada ya bu. Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara dengan
sering bekerja. Apakah ibu bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan tempat
tidur?” “Bagus sekali bu sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.” “Ibu kita telah
melakukan ketiga cara untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar. Jadi ibu harus
melakukannya setiap hari agar suara- suara itu tidak mengganggu ibu lagi. Bagaimana bu?
Apakah ibu mengerti?” “Baiklah bu, saya akan menemui ibu besok untuk melihat apakah ibu
melakukan ketiga kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya bu. Selamat sore.”
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami
pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
1. Orientasi
“Selamat pagi bapak, saya Chelsea, perawat yang merawat isteri bapak. Bagaimana perasaan
bapak hari ini?” “Apa pendapat bapak tentang kondisi isteri bapak?” “Hari ini kita akan
berdiskusi tentang apa masalah yang isteri bapak alami dan bantuan apa yang bisa bapak
berikan. Kita mau diskusi di mana, pak? Bagaimana kalau disini saja?” “Berapa lama waktu
bapak inginkan? Bisa selama 20 menit?”
2. Kerja
“Baiklah bapak. Apa yang bapak rasakan ketika melihat isteri bapak?” “Apa yang bapak lakukan
saat melihat isteri bapak berteriak-teriak?” “Baiklah bapak. Gejala yang dialami oleh isteri bapak
itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau isteri bapak mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.
Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu istri bapaka agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan isteri bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja bapak percaya bahwa isteri bapak tersebut memang mendengar suara, tetapi bapak sendiri
tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan isteri bapak melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama-sama. Tentang kegiatan, saya
telah melatih isteri bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong bapak pantau
pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini apakah bapak sudah
mengerti? Apakah ada yang ingin bapak tanyakan?” “Baiklah bapak, kita lanjutkan. Ketiga,
bantu isteri bapak latihan memutus halusinasi isteri bapak. Sambil menepuk punggung isteri
bapak, contoh : sayang, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara-suara itu datang? Ya, usir suara itu. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya
tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang. Sekarang coba bapak praktekkan cara yang
barusan saya ajarkan.” “Bagus bapak. Bapak sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi isteri
bapak?” “Sekarang coba bapak sebutkan kembali tiga cara merawat isteri bapak?” “Bagus sekali
pak. Bagaimana kalau bapak besok lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan isteri bapak. Jam berapa bisa bertemu?” “Baiklah, bapak. Kita
bertemu lagi disini besok hari jam 9 ya pak. Saya permisi dulu. Selamat pagi.”
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi
langsung dihadapan pasien.
1. Orientas
“Selamat pagi. Bagaimana perasaan bapak siang ini?” “Apakah bapak masih ingat bagaimana
cara memutus halusinasi isteri bapak yang sedang mengalami halusinasi?” “Bagus. Sesuai
dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan isteri bapak. Mari kita datangi isteri bapak.”
2. Kerja
“(Diruang pasien) selamat siang ibu, suami ibu sangat ingin membantu ibu mengendalikan
suara-suara yang sering ibu dengar. Untuk itu pagi ini suami ibu datang untuk mempraktekkan
cara memutus suara-suara yang ibu dengar. Ibu nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara
atau tersenyum-senyum sendiri, maka suami ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba
ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang suami ibu alami seperti yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Tepuk punggung isteri bapak lalu suruh isteri bapak mengusir suara dengan
menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (perawat mengobservasi apa yang dilakukan
keluarga terhadap pasien).” “Bagus sekali. Bagaimana ibu? Senang dibantu suami ibu?” “Nah
suami ibu ingin melihat jadwal harian ibu.” “Baiklah, sekarang saya dan suami ibu ke ruang
tamu dulu.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan isteri bapak?” “Baiklah. Bapak harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya. Bapak
dapat melakukan cara itu bila isteri bapak mengalami halusinasi.” “Coba bapak sebutkan cara-
cara merawat isteri bapak di rumah?” “Bagus. Jadwalnya jangan lupa dan selalu mengingatkan
cara-cara mengontrol halusinasi isteri bapak ya.” “Saya permisi dulu ya bapak, selamat pagi.”
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. L M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Informan : Klien
Tanggal pengkajian : 10 November 2021
Nomor Registrasi :
2. Pengobatan sebelumnya :
(√) berhasil ( ) kurang berhasil ( ) tidak berhasil
3. Masalah penganiayaan : Pelaku/usia
korban/usia saksi/usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2001 di rawat di RSJ dan
setelah dipulangkan tetapi klien menjalani pengobatan rawat jalan dan klien mengatakan tidak
pernah mengalami penaniayaan baik fisik atau seksual, tidak ada kekerasan dalam keluarga
Masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya (√)
tidak
Hubungan keluarga : Tidak ada
Riwayat pengobatan/perawatan : Tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
(perceraian/perpisahan/konflik dsb)
Klien mengatakan dirinya sedih karena pada tahun 2001 dia ingin kuliah tetapi terhambat
karena dirinya sudah mengalami gangguan jiwa
PEMERIKSAAN FISIK
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Klien Ny. L.M memiliki 4 orang bersaudara,klien anak terakhir dalam bersaudara, ibu klien sudah
meninggal, klien sebelumnya tinggal serumah bersama dengan dan ayah dan kakanya
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri :
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas diri :
Klien mengatakan statusnya saat ini di rumah sakit adalah pasien yang seddang dalam pengobatan
dan status daalam keluarga adalah seorang anak ke 4 bersaudarah
c. Peran :
Klien mengatakan sadar akan perannya saat ini yaitu seorang Wanita yang masih harus bekerja yang
masih harus bekerja dan membantu orang lain, serta perannya sebagai pasien
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin segerah sembuh dan pulang kerumah agar dapat berkumpul dengan
keluarga serta dapat Kembali membantu kakanya dirumah untuk melakukan pekerjaan rumah
e. Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa malu maupun harga diri rendah pada dirinya baik terhadap
keluarganya maupun yang disekitarnya
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya adalah ibunya
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat :
Klien mengatakan jika dilingkungan tempat tinggalnya klien sering ikut kegiatan kelompok dalam
gereja
c.Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, tetapi kalau
orang yang baru klien merasa risih sedikit
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan bahwa dirinya memeluk agama Kristen
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan bahwa dirinya sering beribadah di gereja dan klien berdoa agar dapat cepat
sembuh
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan : ( ) tidak rapi
( ) penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Penampilan klien rapih dengan baju yang sudah sesuai, pakaian yang digunakan
klien bersih dan tidak kotor
Masalah keperawatan
Jelaskan :
Perasaan klien mengatakan perasaannya biasa saja, namun klien senang dapat
bertemu dengan mahasiswa dan dapat berbincang-bincang
( ) Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggungan ( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif ( ) Curiga
Jelaskan :
Saat dilakukan pengkajian interaksi klien sangat kooperatif tapi kontak mata klien
kurang baik saat berdialog
2. Persepsi/ Halusinasi :
Jelaskan :
Saat dikaji, klien tampak dalam gangguan ringan (masih mampu mengambil
keputusan)
Masalah keperawatan :
..................................................................................................................................
9. Daya tarik diri :( ) Mengingkari penyakit yang diderita
( ) Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya
Jelaskan :
Saat pengkajian, klien tampak mengingat penyakit yang dideritanyadengan
mengatakan klien tidak gila hanya saja stress dengan pikirannya
Masalah keperawatan
II. PERSIAPAN PULANG
1. Makan dan Minum : ( ) Bantuan minimal
( ) Bantuan total Jelaskan :
Klien mengatakan makan sendiri dari pembagian orang di rumah sakit
2. BAB/BAK : ( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakan BAK/BAK dengan sendiri dengan menggunakan fasilitass dari
rumah sakit
3. Mandi : ( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakan mandi sendiri, dan klien mampu melakukan kegiatan hygiene
seperti sikat gigi seperti sikat gigi dan cuci rambut seendiri mandi frekuensi 3x/ hari
dengan memakai sabun
4. Berpakaian/berhias : ( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakjan berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain dengan
menggunakan pakaaiaan yang rapih dan sesuai yang disediakan RS
Istirahat / tidur :
(√) Tidur siang, lama : 14.00 .s/d 15.00
(√) Tidur malam, lama : 22.00 s/d 05.00
(√) kegiatan sebelum/ sesudah tidur :
Klien mengatakan sebelukm tidur klien cuci kaki dan berdoa
5. Penggunaan obat : (√) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakan penggunaan obat dengan bantuan perawat ruangan yang
menyediakan obat terhadapklien untuk diminum
6. Pemeliharaan Kesehatan :
Perawatan lanjut : ( ) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung : ( )ya ( ) tidak
Jelaskan
Klien mengatakan sering di kontrol dengan pemeriksaan tekanan darah, konsumsi obat
Mal adaptif
( ) Minum alkohol
( ) Reaksi lambat/ berlebihan
(√) Bekerja berlebihan
( ) Menghindari
IV. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien berhubungan dengan dukungan kelompok spesifik
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan dukungan kelompok, klien
mempunyai teman dirumah sakit
ASPEK MEDIS
Diagnosa medik :
Skizofrenia Residural
Terapi medik :
Obat oral
- Trihexyphenidyl tab 2x1 (2 mg)
VI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
- Haloperidol tab 2x1 (2 mg)
DATA FOKUS
Data Subjektif
- Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan yang tidak jelass sumbernya
- Klien mengatkan mendengar suara yang sering berbicara tentang “kamu tidak
pantas untuk hidup”
- Klien mengatakan pernah ,mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan berupa
gagal meneruskan perkuliahan karena dirinya sudah mengalami gangguan jiwa
- Klien mengatakan sedih dan belum menerima kepergian ibunya
Data Objektif
- Klien tampak berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara
- Klien tampak tidak membuka diri dengan orang lain
- Klien tampak sedih
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. Data subjektif: Gangguan Persepsi Sensori
- Klien mengatakan sering mendengar Gangguan Pendengaran
suara bisikan yang tidak jelass D.0085
sumbernya
- Klien mengatkan mendengar suara yang
sering berbicara tentang “kamu tidak
pantas untuk hidup”
Data Objektif :
- Klien tampak berbicara sendiri tanpa ada
lawan bicara
Data objektif :
- Klien tampak sedikit murung
POHON MASALAH
Resiko perilaku medecerai
Effect
(diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan verbal)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.(D.0085) Gangguan persepsi pendengaran b.d Halusinasi Pendengaran
2.(D.0087) Harga diri rendah b.d Transisi Perkembangan
3.(D.0081) Berduka b.d Kematian keluarga orang yang berarti
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Pasien : L.M Diagnosa Medis :
(D.0085) 07.00-12.00 S:
Gangguan - Perkenalan (Bina hubungan saling - Klien mengatakan
Persepsi Sensori percaya) mendengarkan suara
b.d gangguan Hasil: bisikan dari seseorang
pendengaran Klien tampak merespon baik saat di waktu klien sendiri
(halusinasi) perkenalan atau tidak beraktifitas
- Mengkaji keluahan pasien O:
Hasil: - Verbaalisasi
Saat menkaji klien tampak mendengar bisikan
kooperatif - Klien tampak
- Memonitor perilaku yang kooperatif
mengindikasi halusinasi A:
Hasil : - Maslah teratasi
Klien mengatakan mendengarkan P:
suara bisikan dari seseorang di - Intervensi dihentikan
waktu klien sendiri atau tidak
beraktifitas
- Mempertahankan lingkungan yang
aman
Hasil:
Ruangan klien tampak bersih dan
nyaman
- mwndiskusikan perasaan dan
respon terhadap halusinasi
Hasil:
Saat bediskusi dengan klien
mengatakan dulu klien sangat
terganggu dengan hal itu
- Menganjurkan melakukan distraksi
(mis. Mendengarkan music,
melakukan aktifitas dan Teknik
relaksasi)
Hasil:
Klien mengatakan ia serinsuapaya
terehidar dari hal itu
- Kolaborasipemberian obat
antipsikotik dan antiansietas, jika
perlu
Hasil:
Trihexyphenidyl tab 2x1 (2 mg)
Haloperidol tab 2x1 (2 mg)