Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA NY. Y.L DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN


DI RUANG MAENGKET RSJ PROF. DR. V.L. RATUMBUYSANG MANADO

DISUSUN OLEH :
Weinjely Kezia Ponamon
7114-4011-9091

PEMBIMBING :
Ns. Tineneke Tololiu, S.Kep, M.Kep (CT)
Ns. Wilhelmina Pardede, S.Kep (CI)

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan dan kemajuan teknologi yang pesat di segala bidang berdampak
pada tata kehidupan masyarakat di daerah perkotaan maupun perdesaan. Namun tidak
semua masyarakat dapat meNyesuaikan dengan perubahan tersebut. Sebagai contoh
baNyak orang berlomba untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan seperti
kendaraan baru, pekerjaan baru yang bisa menunjang kehidupan diri sendiri maupun
keluarga, tetapi tidak semua dari masyarakat berhasil untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Ditambah dengan bencana alam yang baru saja terjdi, seperti gempa
bumi, tsunami dan kecelakaan pesawat, baNyak masyarakat yang kehilangan harta benda
maupun keluarga mereka. AkibaNyya terjadi berbagai masalah kesehatan jiwa seperti
perilaku, perasaan dan pikiran yang luar biasa terguncang jika tidak ditatalaksanakan
dengan baik dapat menimbulkan ancaman bagi pasien tersebut maupun orang lain
(Kemenkes, 2011).
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempuNyai kemampuan untuk meNyesuaikan
diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat dan bahagia
(Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014,
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut meNyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu
berkontribusi untuk komunitasNya. Seseorang yang sehat jiwa dapat meNyesuaikan diri
secara konstruktif pada keNyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan
kecemasan, merasa lebih puas memberi daripada menerima. Angka penderita gangguan
jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiNya tinggal di negara yang
berkembang, sebaNyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang
mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan
skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan demensia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, prevalensi rumah
tangga dengan anggota rumah tangga gangguan jiwa Skizofrenia dalam rentang tahun
2013-2018 (per mil) di wilayah Kalimantan Timur adalah 2%0 mil pada tahun 2013
meningkat menjadi 5%0 mil pada tahun 2018.
Jumlah kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota
Samarinda tahun 2016 di RSJD Atma Husada Mahakam sebaNyak 1131 orang laki-laki
dan 383 orang perempuan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2016).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam pada tahun 2016 mencatat
rata- rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda sebaNyak 249
orang, jumlah pasien rata-rata pasien IGD pada tahun 2016 sebaNyak 257 orang, dengan
presentase 38% yang mengalami halusinasi. Dan pada bulan Januari sampai Mei tahun
2017 mencatat rata-rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam sebaNyak
168 orang, jumlah rata-rata pasien IGD bulan Januari sampai Juni tahun 2017 sebaNyak
227
orang dengan presentase 36% yang mengalami halusinasi. Pada bulan Juli 2018 di ruang
intermediate Tiung memiliki presentase 49%, di ruang Punai memiliki presentase 59%, di
ruang Belibis memiliki presentase 37% di ruang Gelatik memiliki presentase 48%, di
ruang Enggang memiliki presentase 39% dan di ruang Elang memiliki presentase 53%
yang mengalami halusinasi
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) meNyatakan bahwa pasien dengan
halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebaNyak 20% mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan secar bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran,
20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainNya.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan jiwa secara komprehensif pada pasien dengan halusinasi pendengaran di
Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
Penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi
Utara.”

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
Sulawesi Utara
2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, Sulawesi Utara
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
4. MeNyusun perencanaan keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
5. Melaksanakan intervensi keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
6. Mengevaluasi pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan di Ruang Maengket RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
Sulawesi Utara
D. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan
mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah ganngguan
persepsi : halusinasi penglihatan
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi rumah sakit
dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori
: halusinasi penglihatan
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan
memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarNya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
ekstrem atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
Nyata, memberi persepsi yang salah satu atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek atau
rangsangan yang Nyata dan hilangNya kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan
internal pikiran dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).

B. Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan masalah
halusinasi,antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan terseNyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikiran kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Sering melamun

C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis karakteristik
tertentu, diantaraNya :
a. Halusinasi Pendengaran (audotorik)
BiasaNya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkanNya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adaNya bau busuk, amis, dan
bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
d. Halusinasi Peraba (taktil)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adaNya rasa sakit atau tidak enak tanpa ada
stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
e. Halusinasi Pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikan
f. Halusinasi Sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

D. PeNyebab Halusinasi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua faktor peNyebab halusinasi, yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalNya rendahNya kontrol dan
kehangatan keluarga meNyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan merasa
disingkirkan, kesepian,dan tidak percaya pada lingkunganNya
3) Faktor Biokimia
AdaNya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan meNyebabkan teraktivasiNya neurotransmitter otak, misalNya terjadi
ketidakseimbangan accetychoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien
lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam Nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada peNyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalamYosep (2014) dalam hakekaNyya seorang individu
sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu :
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu
yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut
.
3) Dimensi Intelektual
AwalNya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam fase awal dan conforting
menggangap bahwa bersosialisasi Nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi
lebih asyik dengan halusinasiNya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangNya aktivitas beribadah.

E. Rentang Respon Neurobiologis Halusinasi


Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adaNya pikiran logis, persepsi
akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan terciptaNya hubungan
sosial yang harmonis. Sedangkan respon maladaptive yang meliputi waham, halusinasi,
kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan isolasi sosial.

F. Fase Halusinasi
Menurut stuart dan laraia dalam Prabowo, 2014 menunjukkan tahapan terjadiNya halusinasi
terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempuNyai karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pikiran yang meNyenangkan untuk meredakan ansietas
disini pasien terseNyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata cepat, dan asyik
sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul peningkatan
tanda-tanda vital.
c. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan meNyerah pada halusinasi. Disini pasien
sukar berhubungan dengan orang lain, tidakmampu mamatuhi perintah dari oaring lain,
dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pegalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi. Disini
terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
G. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiology maladaptive meliputi :
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti apa
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi).
3) Menarik Diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
mislaNya, menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis mengisolasi diri, tidak berminat, sering
disertai rasa takut dan bermusuhan.

H. Terapi Psikofarmakologi
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi salah satu penatalaksanaanNya yaitu
dengan pemberian terapi psikofarmakologi.
Menurut (Sadock, B & Sadock, V, 2010) obat-obatan antipsikotik yang digunakan yaitu :
1) Phenothiazine
2) Alifatik
3) Chlorpromazine
4) Triflupromazine
5) Promazine
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y.L
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
Agama : Kristen
Alamat : Ratahan

Alasan Masuk
- Klien masuk rs dibawah oleh keluargaNya dengan keluhan marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa
tujuan.
Keluhan saat dikaji
- Klien mengatakan sering mengalami halusinasi dengan melihat bayangan yang tidak jelas
- Klien mengatakan keluarga sudah tidak pernah mengunjungiNya.
- Klien mengatakan sudah 3 tahun tidak pulang ke rumah.

Fartor Predisposisi
- Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumNya: Pernah
- Riwayat pengobatan sebelumNya: Kurang berhasi dan putus obat
- Adakah keluarga lain mengalami gangguan jiwa: Tidak
- Hubungan dengan keluarga: Klien mengatakan keluarga sudah tidak pernah berkunjung
- Aniaya fisik: Tidak pernah
- Aniaya sexual: Tidak pernah

Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,50C
Keluhan Fisik : Tidak ada
Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Pasien

Konsep Diri
- Body Image
Anggota tubuh klien lengkap, tidak ada cacat.
- Identitas
Klien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan merupakan ibu dari 3 anak
- Peran
Klien mengatakan peranNya sebagai ibu kurang baik karena kondisiNya. Peran klien di ruangan maengket
sebagai pemegang kunci sel.
- Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik lagi dan ingin secepaNyya bertemu dengan keluarga.
- Harga diri
Klien mengatakan merasa bersalah karena melakukan hal yang tidak wajar sehingga di rawat di RSJ

Hubungan Sosial
Orang yang berarti : Suami dan anak-anakNya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: tidak ada, klien lebih baNyak tinggal di rumah, hubungan
dengan masyarakat baik.
- Spiritual
Klien beragama kristen. Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan ibadah di RSJ.

Status mental
- Penampilan: Saat dikaji penampilan klien rapih, rambut dikepang 2
- Pembicaraan: Klien berbicara normal dan dapat menjawab semua pertaNyaan
- Aktivitas motorik: Klien dapat melakukan semua aktivitas secara mandiri
- Alam perasaan: Klien mengatakan prasaaNya biasa saja tapi sering merasa sedih saat teringat
keluargaNya
- Interaksi: Selama wawancara klien tampak kooperatif dan dapat menjawab semua pertaNyaan.
- Persepsi: Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan yang tidak jelas
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
- Memori: Klien dapat mengingat alamaNyya dan nama anggota keluargaNya
- Waham: Klien tidak menunjukan perilaku waham

Kebutuhan Persiapan Pulang


- Makan
Klien mengatakan makan sendiri porsi makan dihabiskan
- BAB/BAK
Klien mengatakan BAB/BAK dengan sendiri dan menggunakan fasilitas RS
- Mandi
Klien mengatakan mandi 1 kali sehari
- Berpakaian
Klien mengatakan berpakaian sendiri tanpa bantuan
- Istirahat tidur
Klien mengatakan istirahat dan tidur baik.

Mekanisme koping
Adaptif : Berinteraksi dengan teman yang ada di sel

Masalah Psikososial dan Lingkungan

- Masalah dengan dukungan kelompok


Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan kelompok
- Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan lingkungan sekitar
- Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan
- Masalah ekonomi
Klien mengatakan tidak memiliki uang

Pengetahuan Kurang Tentang


PeNyakit jiwa, klien tidak tahu apa itu halusinasi, peNyebab, dan cara menanggulangiNya.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Halusinasi/gangguan Gangguan Persepsi Sensori
Klien mengatakan memiliki penglihatan ( halusinasi penglihatan D.0085)
halusinasi penglihatan, klien
melihat bayangan yang tidak
jelas

Do :
Bersikap seolah melihat,
melihat ke satu arah

2 Ds : Perilaku tidak konsisten Harga Diri Rendah Situasional


Klien mengatakan merasa dengan nilai ( D.0087)
bersalah karena duluNya sudah
melakukan hal yang tidak wajar
sehingga masuk rsj, klien
mengatakan mungkin mereka
sudah menolak diriNya karena
keadaan saat ini.

Do :
Kontak mata kurang

3 Ds : Penurunan motivasi/minat Defisit Perawatan Diri


Klien mengatakan mandi satu ( D.0109)
kali sehari karena di
lingkunganNya sudah biasa
dengan mandi haNya satu kali
Do : -

A. Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori behubungan dengan gangguan penglihatan

Harga Diri Rendah berhubungan dengan Perilaku Tidak Konsisten

Deficit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat.


A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori behubungan dengan gangguan penglihatan
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Perilaku Tidak Konsisten
3. Deficit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat.

No DIAGNOSA TUJUAN dan KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan Manajemen Halusinasi
behubungan dengan gangguan keperawatan maka persepsi ( I.09288)
penglihatan sensori membaik dengan Observasi
(D.0085) kriteria hasil :  Monitor isi halusinasi
 Verbalisasi melihat Terapeutik
bayangan menurun  Diskusikan perasaan dan
 Perilaku halusinasi respon terhadap halusinasi
menurun Edukasi
 Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
2 Harga Diri Rendah berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Promosi Harga Diri
dengan Perilaku Tidak keperawatan maka harga diri ( I.09308)
Konsisten Dengan Nilai meningkat dengan kriteria  Motivasi terlibat dalam
(D.0087) hasil : verbalisasi positif untuk diri
 Perasaan bersalah sendiri
menurun  Motivasi menerima
tantangan atau hal baru

3 Deficit Perawatan Diri Setelah dilakukan Tindakan Dukungan


berhubungan dengan penurunan keperawatan maka perawatan Perawatan Diri
motivasi/minat. diri meningkat dengan kriteria (I.11348)
(D.0190) hasil :  Anjurkan
 Minat melakukan perawatan diri
melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
meningkat kemampuan
 Mempertahankan
kebersihan diri
meningkat
IMPLEMENTASI dan EVALUASI

HARI PERTAMA
DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Gangguan persepsi - Monitor isi halusinasi S : klien mengatakan
sensori behubungan Hasil : klien mengatakan melihat sudah melakukan
dengan gangguan bayangan yang tidak jelas di Teknik menghardik dan
penglihatan dinding berbicara dengan orang
(D.0085) - Diskusikan perasaan dan respon lain tapi bayangan masih
terhadap halusinasi ada
Hasil : klien mengatakan saat
melihat itu perasaaNya takut dan O : klien masih Nampak
merasa tidak Nyaman dan respon gelisah, melihat ke satu
klien terhadap bayangan klien arah
haNya diam saja
- Mengajarkan klien cara mengontrol A : masalah belum teratasi
halusinasi P : lanjutkan intervensi
Hasil : Mengajarkan klien
menghardik, berbincang dengan
orang lain dan melakukan aktivitas
Harga Diri Rendah - Motivasi terlibat dalam verbalisasi S: Klien mengatakan akan
berhubungan dengan positif untuk diri sendiri berbicara positif tentang
Perilaku Tidak Hasil : memotivasi klien agar diriNya
Konsisten Dengan selalu berpikir dan berbicara positif
Nilai tentang diriNya. O: Klien tampak masih
(D.0087) - Motivasi menerima tantangan atau bingung hal positif apa
hal baru yang dapat dia lakukan
Hasil : Memotivasi klien untuk
melakukan hal positif, dan A: Masalah belum teratasi
mengapresiasi hal positif yang P: Lanjutkan intervensi
dilakukan pasien.
Deficit Perawatan - Anjurkan melakukan perawatan S: Klien mengatakan akan
Diri berhubungan diri secara konsisten sesuai rajin membersihkan diri
dengan penurunan kemampuan
motivasi/minat. Hasil : menganjurkan klien mandi O: Klien tampak mengerti
(D.0190) minimal 2 kali sehari, tapi belum melakukan
membersihkan mulut dan gigi,
menggunting kuku. A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Hari Kedua
DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Gangguan - Monitor isi halusinasi S Klien mengatakan
persepsi sensori Hasil : klien mengatakan melihat sudah mengetahui cara
behubungan bayangan yang tidak jelas di mengontrol halusinasi
dengan dinding dengan menghardik,
gangguan - Diskusikan perasaan dan respon bercakap-cakap dengan
penglihatan terhadap halusinasi orang lain dan
(D.0085) Hasil : klien mengatakan saat melakukan aktivitas
melihat itu perasaaNya takut dan
merasa tidak Nyaman dan klien O : Klien tampak lebih
mengatakan akan meresponNya tenang
dengan menggunakan cara yang
diajarkan perawat. A : Masalah teratasi
- Mengajarkan klien cara mengontrol
halusinasi P : Intervensi dihentikan
Hasil : Mengajarkan klien
menghardik, berbincang dengan
orang lain dan melakukan aktivitas
Harga Diri - Motivasi terlibat dalam verbalisasi S: Klien mengatakan
Rendah positif untuk diri sendiri akan berbicara positif
berhubungan Hasil : memotivasi klien agar tentang diriNya
dengan Perilaku selalu berpikir dan berbicara positif
Tidak tentang diriNya. O: Klien tampak
Konsisten - Motivasi menerima tantangan atau mengerti dan termotivasi
Dengan Nilai hal baru
(D.0087) Hasil : Memotivasi klien untuk A: Masalah teratasi
melakukan hal positif, dan
mengapresiasi hal positif yang P: Intervensi dihentikan
dilakukan pasien.
Deficit - Anjurkan melakukan perawatan S: Klien mengatakan
Perawatan Diri diri secara konsisten sesuai akan rajin membersihkan
berhubungan kemampuan diri
dengan Hasil : menganjurkan klien mandi
penurunan minimal 2 kali sehari, O: Klien tampak mandi
motivasi/minat. membersihkan mulut dan gigi, 2x sehari, kuku klien
(D.0190) menggunting kuku. tampak bersih

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN HARIAN PASIEN

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Senin, 15 SP 1 S:
November 2021 Orientasi - Klien mengatakan “saat ini
13.30-13.40 - BHSP (Bina Hubungan Saling bayangan masih
Percaya) ada”.“BiasaNya bayangan
- Mengucapkan salam kepada klien itu muncul diwaktu saat saya
Hasil: Klien tampak membalas sendiri dan tidak beraktifitas
salam sambil terseNyum - Klien mengatakan klien sudah
- MenaNyakan perasaan klien mengikuti cara yang sudah
Hasil: Klien mengatakan diajarkan (menghardik) yaitu,
perasaanNya saat ini sangat baik dan tutup mata, tutup telinga,
senang yakinkan dalam hati, pergi
- MeNyampaikan topik yang akan kamu pergi… kamu tidak
dibicarakan Nyata kamu palsu.
Hasil: Topik yang akan dibahas O:
mengenai cara menghardik - Klien memperagakan cara
halusinasi menghardik dengan cukup
- Kontrak tempat, waktu baik
Hasil: Klien mengatakan di ruang - Klien memasukan kedalam
makan klien, selama 15 menit kegiatan tentang cara
menghardik
Tahap Kerja - Klien tampak
- Menjelaskan cara menghardik berinteraksi dengan baik
halusinasi - Tampak kontak mata
Hasil: Klien mengatakan sudah klien baik
mengetahuiNya sebelumNya
- Memperagakan cara menghardik A: SP 1 dan 2 Tercapai
Hasil: Klien tampak meperhatikan
saat diperagakan P: Lanjutkan SP 3
- Meminta klien untuk memperagakan
Kembali cara menghardik
Hasil: Klien dapat memperagakan
dan mengulang Kembali cara
menghardik
- Memantau penerapan cara
menghardik ini
Hasil: Klien dapat menerapkan cara
mengardik halusinasi yang telah
diajarkan

Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah
melakukan cara menghardik
halusinasi Hasil: Klien mengatakan
perasaan klien lebih tenang dan lebih
Nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: Klien mengatakan akan
memasukan di dalam jadwal kegiatan
klien
- Memberitahu kepada klien bahwa ada
cara kedua yang dapat mengendalikan
suara-suara tersebut
Hasil: Klien tampak senang dan
meNyetujui untuk dilakukan cara
kedua
- Kontak waktu, tempat
Hasil: Klien mengatakan ditempat
yang sama saja

SP2
Orientasi
- Mengucapkan salam kepada klien
Hasil : Klien tampak merespon salam
yang diberikan
- MenaNyakan apakah suara-suara itu
masih muncul
Hasil: Klien mengatakan sudah tidak
muncul lagi
- Apakah cara yang dilatih kemarin
sudah dipakai
Hasil: Klien mengatakan klien masih
mengingaNyya
- MeNyampaikan topik yang akan
dibahas
Hasil: Topik yang akan dibahas yaitu
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
- Kontrak waktu
Hasil: Mengontrak waktu dengan
klien kira-kira 10 menit

Tahap Kerja
- Mengajarkan kepada klien jika suara
mulai datang langsung mencari teman
untuk berbicang-bincang
Hasil: Saat diberi penjelasan klien
tampak memperhatikan jalanNya
dengan baik
- Mencontohkan cara meminta tolong
kepoada teman untuk mengobrol
halusinasi jika datang
Hasil: “Tolong!!, saya mulai
mendengar suara-suara. Ayo
mengobrol dengan saya!. Saat
dicontohkan klien tampak
memperhatikan dan mengulangi kata
tersebut

Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah
mengikuti cara mengahardik
halusinasi
Hasil: Klien mengatakan perasaan
klien lebih legah dan lebih Nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: Klien mengatakan akan
memasukan di dalam jadwal kegiatan
klien
- Memberitahu kepada klien bahwa ad
acara ketiga yang dapat
mengendalikan suara-suara tersebut
Hasil: Klien tampak senang dan
meNyetujui untuk dilakukan cara
ketiga
- Kontak waktu, tempat
Hasil: Klien mengatakan ditempat
yang sama saja dan dilakukan hari ini
juga

SP 3 S:
- Klien mengatakan “menghardik
Orientasi mampu mengatasi
- Mengucapkan salam kepada klien halusinasiNya sementara”.“
Hasil : Klien tampak merespon salam - Klien mengatakan klien senang
yang diberikan dan klien tampak mengikuti cara-cara ini dalam
senang mengendalikan halusinasi
- MenaNyakan apakah apakah 2 cara - Klien mengatakan aktivitas
itu efektif yang dilakukan membantu
Hasil: Klien mengatakan 2 cara yang mengendalikan halusinasi
telah diajari itu sangat membantu
mengontrol dan menghardik O :
halusinasi klien - Klien tampak melakukan terapi
- Apakah cara yang dilatih kemarin aktivitas yang diberikan
sudah dipakai -
Hasil: Klien mengatakan klien massih A : SP 3 tercapai
mengingaNyya P : Evaluasi Kembali SP1, SP2,
- MeNyampaikan topik yang akan SP3, dalam mengendalikan
dibahas Halusinasi
Hasil: Topik yang akan dibahas yaitu Intervensi dihentikan
mengontrol halusinasi dengan
melaksanakan aktifitas terjadwal

Tahap Kerja
- Menjelaskan pentingNya aktifitas
yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
Hasil: Saat diberi penjelasan klien
tampak memperhatikan dengan baik
- Mendiskusikan aktifitas yang biasa
dilakukan klien
Hasil: Klien mengatakan klien sudah
mempuNyai jadwal sebelumNya
tentang aktifitas klien sehari-hari
- Memantau pelaksanaanmkegiatan,
memberikan penguatan terhadap
perilaku klien yang positif
Hasil: Klien melakukan kegiatan
aktifitas sesuai dengan jadwal yang
ada, dan saat diberikan pujian atas
perlakuan positif dari klien, klien
terlihat senang.

Terminasi
- MenaNyakan perasaan klien setelah
mengikuti cara mengahardik
halusinasi
Hasil: Klien mengatakan perasaan
klien lebih Nyaman sekarang kareena
sudah mengetahui baNyak cara dalam
mengontrol halusinasi
- MenaNyakan 3 cara yang sudah
diajarkan
Hasil: Klien dapat menyebutkan 3
cara yang telah diajarkan
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) MENGHARDIK
A. Kondisi

DS: Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan yang tidak jelas


DO: Klien tampak marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan.

B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a.    Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1)      Ekspresi wajah bersahabat
2)      Menunjukkkan rasa senang
3)      Klien bersedia diajak berjabat tangan
4)      Klien bersedia menyebutkan nama
5)      Ada kontak mata
6)      Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7)      Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapiNya.
b.    Membantu klien mengenal halusinasinya
c.    Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi

  Strategi Pelaksanaan
1.   Orientasi
a.    Salam Terapeutik
“Selamat siang, boleh Saya kenalan dengan Ny? Nama Saya Weinjely Ponamon
boleh panggil Saya enji, Saya Mahasiswa Poltekkes, Saya sedang praktik di sini
dari jam 12 siang sampai jam 5 sore. Kalau boleh Saya tahu nama Ny siapa dan
senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b.    Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ny hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c.    Kontrak
1)   Topik
“Apakah Ny tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut Ny
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
bayangan dan sesuatu yang selama ini Ny lihat tetapi tidak tampak
wujudnya?”
2)   Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ny mauNya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3)   Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ?
Bagaimana kalau di ruangan ini saja ?
2. Fase Kerja
“Apakah Ny melihat bayangan tanpa ada wujudnya?” “Saya percaya Ny melihat
bayangan tersebut, tetapi saya sendiri tidak melihat itu. Apakah Ny melihatNya terus
menerus atau sewaktu-waktu?” “Kapan saja Ny melihat bayangan itu? Pada keadaan apa
bayangan itu muncuk? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang Ny rasakan ketika
melihat bayangan itu? Bagaimana perasaan Ny ketika melihat bayangan tersebut?”
“Kemudian apa yang Ny lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut bayangan itu hilang?”
“Baiklah Ny, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol
halusinasi yang Ny alami yaitu menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas.
Hari ini, bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik,
apakah Ny bersedia?” “Saya kan mempraktekan dahulu, baru Ny mempraktekkan
kembali apa yang telah saya lakukan. Begini Ny, jika bayangan itu muncul katakan
dengan keras pergi-pergi saya tidak mau melihatmu. Kamu palsu sambil menutup
mata dan kedua telinga Ny. Seperti ini ya Ny. Coba sekarang Ny ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali Ny, Ny sudah bisa mempraktekkan.”
1. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ny setelah kita bercakap-cakap?” “Baiklah Ny, seperti yang telah
kita pelajari bila bayangan itu muncul Ny bisa mengatakan pergi-pergi saya tidak mau
melihat kamu palsu.” “Ny lakukan itu sampai bayangan itu tidak terlihat lagi, atau
disaat Ny melihat bayangan tersebut. Apakah Ny mengerti?” “Baiklah Ny, bagaimana
kalau sebentar kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan bercakap-
cakap untuk mencegah bayangan itu muncul, apakah Ny bersedia?” “Ny mauNya jam
berapa?” “Ny mauNya dimana kita berbincang-bincang?” “Baiklah Ny sebentar saya
akan kesini ya Ny. Saya permisi ya Ny. Selamat siang.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : BERCAKAP-CAKAP


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
DS: Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan yang tidak jelas
DO: Klien tampak marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan
Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
2. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
“Selamat siang Ny, bagaimana perasaan Ny saat ini?”Apakah Ny masih mengenal saya?”
“Apakah bayangan itu masih muncul?” “Apakah Ny telah melakukan cara yang telah kita
pelajari untuk menghilangkan bayangan-bayangan yang menganggu?” “Coba sekarang
praktekkan cara menghardik yang telah kita pelajari.” “Bagus sekali Ny” “Baiklah Ny
sesuai janji kita tadi saat ini kita akan belajar cara kedua yaitu bercakap - cakap dengan
orang lain, Apakah Ny bersedia?” “Berapa lama Ny mau berbincang-bincang?” “Ny mau
berbincang-bincang dimana, ditempat ini saja?” “Baiklah Ny”
2. Fase Kerja
“Cara yang selanjutNya, jika Ny mulai melihat bayangan-bayangan, langsung saja Ny
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman Ny untuk berbicara dengan Ny.
ContohNya bu tolong berbicara dengan saya karena saya mulai melihat bayangan
yang mengganggu saya. Sekarang coba Ny praktekkan.” “Iya bagus sekali Ny.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Ny setelah kita berlatih tentang cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap?” “Jadi sudah 2 cara yang kita latih untuk mengontrol halusinasi Ny.
Bisa sebutkan 2 cara itu apa saja?” ”Bagus sekali Ny.” “Baiklah Ny jangan lupa Ny
lakukan cara yang kedua agar bayangan yang Ny lihat tidak mengganggu Ny lagi.”
“Baiklah Ny, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-
cakap dan berlatih cara ketiga untuk mengontrol suara-suara yang Ny dengar dengan cara
melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah Ny bersedia?” “Besok kira kira Ny bisa jam
berapa?” “Baiklah Ny, saya akan datang besok jam 09.00 ya Ny. Saya permisi dulu,
selamat siang.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 Melakukan kegiatan Harian


A. Kondisi klien
DS: Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan yang tidak jelas
DO: Klien tampak marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi penglihatan
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.

Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi :
” Selamat pagi, Ny? masih ingat saya ?”Ny tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaan Ny hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan
kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah Ny Masih melihat bayangan-bayangan
yang kita bicarakan kemarin ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang
berbincang- bincang tentang bayangan yang Ny lihat agar bisa dikendalikan
dengan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.” ”dimana tempat yang menurut
Ny cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang makan? Ny
setuju?” ”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana Ny
setuju?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang cara
pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara ketiga adalah
Ny menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan
waktu luang untuk melamun saja.”
”jika Ny mulai melihat bayangan-bayangan itu segera meynibukkan diri dengan
kegiatan lain yang Ny senangi.” “Kira-kira apa kegiatan yang Ny senangi?” “Ya,
jika Ny sedang sendirian atau tidak berbuat apa-apa Ny bisa melakukan kegiatan
tersebut”
3. Fase Terminasi
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali Ny mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan Ny setelah berbincang-
bincang?” ”coba Ny jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?”tolong
nanti Ny praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi
ya.” “Baik saya permisi dulu, selamat pagi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penulis temui selama pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien Ny Y.L dengan Gangguan Jiwa Halusinasi mulai
tanggal 15 November 2021 di RSJ Ratumbuysang Kalasey, yang akan di bahas adalah
pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahap proses keperawatan yaitu pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode
proses keperawatan terutama pengkajian pada pasien gangguan jiwa halusinasi.
Pengkajian ini dilakukan Di ruangan Maengket RSJ Ratumbuysang. Dan ini diperoleh
dari klien, keluhan klien, pemeriksaan fisik dan selanjutnya data-data tersebut dianalisa
dan ditegakkan sebagai diagnosa keperawatan. Data subjektif Ny.Y.L mengatakan sering
melihat bayangan-bayangan saat tidur ataupun saat duduk, data objektif klien terlihat
Klien tampak marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat pada kasus ini sesuai dengan data-data dari pengkajian dan
disesuaikan dengan buku SDKI didapatkan 1 diagnosa yaitu gangguan persepsi
sensori:Halusinasi
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa komponen
antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi dari pasien serta menggunakan buku SLKI DAN SIKI.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien, sebelumnya membangun hubungan saling percaya dengan klien sehingga
mempermudah pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan asuhan keperawatan pada kasus ini dari 1 masalah
keperawatan yaitu halusinasi. Secara keseluruhan proses asuhan keperawatan tidak
terlepas dari kerjasama dan partisipasi aktif dari klien.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa peneliti
telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pemberian efikasi diri untuk
menurunkan halusinasi pada pasien. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dapat diambil dari masing-masing
tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dari
pengumpulan data pada pengkajian didapatkan gejala dan tanda halusinasi sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Berdasarkan data yang didapat subyek penelitian mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi yang dialami, merasa tidak berdaya, merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur pasien
tampak gelisah dan tegang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa didapatkan dari analisa data sehingga didapatkan masalah, kemudian dari
masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah dan
penyebab yang sudah didapat dari pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-
data yang dikumpulkan didapat satu diagnosa yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori yang disebabkan oleh halusinasi penglihatan dengan gejala dan tanda subyek
penelitian mengatakan bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang dan sering melihat
bayangan-bayangan yang tidak jelas dan mengganggunya.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria Hasil yang merupakan standar sebagai penilaian keberHasilan dalam
pelaksanaan proses keperawatan dan selanjutnya menyusun rencana tindakan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang ada. Rencana keperawatan pada pasien
dengan halusinasi pendengaran yaitu persepsi sensori membaik dan pasien dapat
mengontrol halusinasi. Kriteria Hasil pasien verbalisasi melihat bayangan menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori di
RSJ Ratumbuysang sario sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan sebelumnnya
yaitu dengan pemberian Manajemen Halusinasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berpedoman pada tujuan perawatan yang telah disusun.
Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori sudah teratasi dan sesuai dengan tujuan
dan kriteria Hasil dari asuhan keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan menurun dan bisa terkontrol.

B. SARAN
1. Poltekes Kemenkes Manado
Kepada mahasiwa jurusan keperawatan poltekes kemenkes manado agar
mempertimbangkan untuk menggunakan intervensi dari SIKI yaitu Manajemen
Halusinasi karena terbukti dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien sehingga pasien
dapat mengontrol halusinasi-nya.

Anda mungkin juga menyukai