Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Weinjely Kezia Ponamon
711440119091
A. Definisi
Penyakit serebrovaskuler (stroke) adalah cedera pada otak akibat dari perubahan aliran darah
yang dapat dikelompokkan berdasarkan etiologinya menjadi iskemik dan hemoragik. Stroke
hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah pada sistemsaraf pusat (Kumar, Abbas, &
Aster [Eds], 2015).
Pada stroke ini, integritas pembuluh darah terganggu dan terjadi pendarahan ke dalam
jaringan otak atau ke dalam ruang yang mengelilingi otak (biasanya intraserebral atau
subarachnoid).
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik terjadi akibat obstruksi atau bekuan (thrombus)
yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal (Price & Wilson,
2006). Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya & Putri, 2013).
1. Hipertensi
Meningkatnya risisko stroke dan penyakit kardiovaskuler lain berawal pada tekanan 115/75
mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap peningkatan 20/10 mmHg. Orang yang jelas
menderita hipertensi (tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg atau tekanan
darah diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg) memiliki resiko stroke tujuh kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah.
2. Penyakitjantung
Orang yang mengidap masalah jantung, misalnya angina, fibrilasi atrium, gagal jantung,
kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung bawaan, berisiko besar mengalami stroke.
Bekuan darah yang dikenal sebagai embolus, kadang-kadang terbentuk di jantung akibat adanya
kelainan di katup jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau setelah serangan jantung.
Embolus ini terlepas dan mengalir ke otak atau bagian tubuh lain. Setelah berada di otak, bekuan
darah tersebut dapat menyumbat arteri dan menimbulkan stroke iskemik.
3. Kolesteroltinggi
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh kita, kadar lemak darah
(terutama kolesterol dan trigleserida) yang tinggi meningkatkan risiko aterosklerosis dan
penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan peningkatan 20% risiko stroke
iskemik atau TIA.
4. Obesitas
Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat ratarata memerlukan asupan
makanan harian sekitar30-35 kkal untuk setiap kilogram beratnya.
5. Diabetemellitus
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena stroke, karena diabetes
menimbulkan perubahan pada sistem vascular (pembuluh darah dan jantung) serta mendorong
terjadinya aterosklerosis.
6. Streesemosional
Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi, keuangan, dan faktorfaktor lain menimbulkan
stres psikologis, dan penyebebnya tidak selalu dapat dihilangkan. Meskipun sebagian besar pakar
stroke menganggap bahwa serangan stres yang timbul sekali-sekali bukan merupakan faktor
risiko stroke, namun stres jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
kadar kolesterol.
C. Patofisiologi danWOC
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru
dan jantung).
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari
plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tem pat aliran darah
mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh
darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena itu thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahanmasif.
PATWAY
D. Manifestasi Klinis
A. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area
cedera.
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi
otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen
suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematrokrit pada tingkat dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenisasi jaringan.
b. Alirandarahserebralbergantungpadatekanandarah. Curah jantung, dan integritas pembuluh
darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah
dan memperbaiki aliran darah serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung
tidak konsisten dan pengehentika trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebebkan
embolus serebral dan harus diperbaiki.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. PemeriksaanLaboratorium
• Pemeriksaan DarahLengkap.
• Tes darahKoagulasi
• Tes KimiaDarah
2. Pemeriksaan penunjang menurut Tarwoto edisi II:
1. Angiografiserebri
Adalah proses dengan menggunakan sinar –X terhadap sirkulasi serebri setelah zat kontras
disuntikan kedalam arteri yang di pilih. Juga di gunakan untuk menyelidiki penyakit vascular,
aneurisma,dan malformasi arteriovena dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi sehingga
arteri dan vena serebri terlihat dan untuk menentukan letak, ukuran, dan proses patologis.
2. Magnetic Imaging Resnance(MRI)
MRI mampu mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat kecil yang
tak mungkin dijangkau CT-Scan. Juga dapat menetukan daerah-daerah mana saja yang rusak oleh
stroke iskemik.
3. USGDoppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistemkarotis).
4. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan)
CT-Scan memanfaatkan sinar-X untuk mengambil gambar otak dan kepala. Sinar-X diserap secara
berbeda-beda oleh beberapa bagian tubuh. Dari situ nanti akan tergambar jaringan lunak, tulang,
pembuluh darah, dan jaringan otak.
5. CerebralAngiography
Peralatan ini dimanfaatkan untuk memindai aliran darah yang melewati pembuluh darah
otak. Angiography dilakukan dengan cara memasukan kateter kedalam tubuh.
C. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
• Faseakut
Pasien yang koma dalam pada saat masuk ruamah sakit dipertimbangkan mempunyai prognosis
buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut
biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat
adalah prioritas dalam fase akut ini.
• Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebralberkurang.
• Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, kerena henti
pernafasan biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasiini.
• Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang
mungkin berkaitan dengan kehilangan refleksjalan napas, immobilitas, atau hipoventilasi.
2. Medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat
diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari trombosit
dapat diserepkan karena trombosit memainkan peran sangat dalam pembentukan trombus dan
embolisasi
BAB 2
Pengkajian Keperawatan
Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama : Tn.M.H
Umur : 69 Tahun
Pekerjaan : Petani
Suku/bangsa : Indonesia
Umur : 68 tahun
pekerjaan : IRT
B. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama
Kelemahan sisi kiri
b. Riwayat pasien sekarang
Pasien dirawat diruangan Edelweis 1 dengan keluhan kelemahan sisi
kiri, pasien sudah terpasang NGT, IVFD Nacl 0,9%.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah menderita penyakit yang
serupa tapi yang mengalami kelemahan adalah sisi kanan.
-Kolestrol
-Hipertensi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan Ibu klien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Genogram
Tn M.H
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
Keterangan : 0 = Mandiri
1= Alat bantu
2= Dibantu orang lain
3= Dibantu orang lain dan alat
4= Tergantung Total
Saat dikaji
Pasien mengatakan pasien sulit tidur dan merasa gelisah, badan terasa panas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 180/106 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9℃
Skala Nyeri :-
GCS
E :3
M :6
V :5
c. Head to toe
1. Kepala : bentuk bulat, rambut pasien berwarna putih, kebersihan
kepala kurang.
2. Mata : Ada katarak, bentuk simetris kanan dan kiri
3. Hidung :bentuk simetris lubang kanan dan kiri ,tidak ada
sekret, kebersihan cukup, terpasang oksigen dan
NGT
4. Gigi dan mulut : gigi lengkap,tidak ada caries
5. Telinga : bentuk simetris kanan dan kiri ,kebersihan baik
6. Leher : tidak ada pembesar kelenjar tiroid
7. Abdomen : Tidak ada edema
8. Genetalia : Tidak terpasang kateter
9. Ekstremitas atas : Tangan kiri tidak bisa digerakkan
10. Ekstremitas bawah : Kaki kiri tidak bisa digerakkan
11. Kulit : tugor kulit kering
12 Sistem Muskuuloskeletal : kekuatan otot sisi kiri lemah
3. TERAPI
No Nama Obat Dosis Frekuensi Cara Pemberian
1 Amlodipine 10 mg /24 jam NGT
2 Ceftriaxone ST 8 mg /14 jam IV
3 Paracetamol 500 mg /18 jam NGT
4 IVFD NaCl 0,9 % 500ml / 8 jam IV
5 Canderin 16mg / 24 jam NGT
6 IVFD Cefrin 500ml / 8 jam IV
7 Kaen 3B 500ml /8jam IV
8 Aspilet 50mg /24jam NGT
9 Nicardipine 2,5mg IV
10 Omeprazole 40mg /17jam IV
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rapid Antibody : Non Reaktif
2. Foto Thoraks :-
3. Foto Pelvis :-
4. Pemeriksaan Lab :
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Leukosit 13,9 4,0-10,0 10ˆ3/uL
Eritrosit 5,51 4,70-6,10 10 ˆ6/uL
Hemoglobin 15,1 13,0-16,5 g/dl
Hematrokit 45,3 39,0-51,0 %
Trombosit 229 150-450 10ˆ3/uL
MCH 27,5 27,0-35,0 g/dl
MCHC 33,4 30,0-40,0 %
001 Eosinofil 0 1-5 %
002 Basofil 0 0-1 %
003 Netrofil Batang 3 2-8 %
004 Netrofil Segmen 77 50-70 %
005 Limfosit 14 20-40 %
006 Monosit 6 2-8 %
MCV 82,2 80,0-100,0 fL
KIMIA KLINIK
Gula darah sewaktu 95 70-140 Mg/dl
Ureum serum 47 10-40 Mg/dl
Creatinine serum 1,2 0,5-1,5 Mg/dl
SGOT (AST) 48 <33 U/L
SGPT (ALT) 62 <43 U/L
Natrium serum 137 135-153 mEq/L
Kalium serum 2,9 3,5-5,1 mmol/L
Klorida serum 102 97-111 mmol/L
ANALISA DATA
Nadi: 76 x/menit
Pernafasan:20x/menit
Suhu : 36,9℃
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Perifer Tidak efektif (D.009) b.d Peningkatan tekanan darah d.d TD
180/106 mmHg
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d Penurunan masa otot (Stroke) d.d aktivitas
pasien dibantu penuh
3. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119) b.d Gangguan neuromuskuler (Stroke) d.d
pasien sulit berbicara, bicara pelo
4. Risiko Gangguan Integritas Kulit (D.0139) b.d Penurunan mobilitas d.d pasien
terbaring lemah ditempat tidur, kelemahan sisi kiri
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
D IMPLEMENTASI EVALUASI
X
1. - Memeriksa sirkulasi perifer S:-
Hasil: TD: 180/106 mmHg O:
Nadi: 76 x/menit TTV
- Mengidentifikasi faktor risiko gangguan TD: 180/106 mmHg
sirkulasi
Hasil: Tekanan darah yang tinggi Nadi: 76 x/menit
menyebabkan stroke
Pernafasan:20x/menit
- Menganjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur Suhu : 36,9℃
Hasil: keluarga pasien mengatakan akan rutin
memberi obat amlodipine A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P: Intervensi dilanjutkan