DISUSUN OLEH :
711440119041
PEMBIMBING
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini
bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata
yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa
bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap
dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh
atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran,
ancaman dan lain-lain.
Perseps imerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan
dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima.Jika diliputi
rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi
mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan
pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada
prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien
gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan dengan
penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah
sakit jiwa Medan ditemukan85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan pemberian Asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.(Sunaryo,
2004) Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu
pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar
ekternal.
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien menarik
diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan
sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih
terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus
eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal
dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
1. Aspek fisik :
a. Makan dan minum kurang
b. Tidur kurang atau terganggu
c. Penampilan diri kurang
d. Keberanian kurang
2. Aspek emosi :
a. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
b. Merasa malu, bersalah
c. Mudah panik dan tiba-tiba marah
3. Aspek social
a. Duduk menyendiri
b. Selalu tunduk
c. Tampak melamun
d. Tidak peduli lingkungan
e. Menghindar dari orang lain
f. Tergantung dari orang lain
4. Aspek intelektual
a. Putus asa
b. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
c. Kurang percaya diri
D. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana
klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien
dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
1. Muka merah
2. pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat
6. Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
E. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Data Objektif :
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S.P
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan : Tidak ada
TTL : Kotamobagu, 24 Agustus 1983
Agama : Islam
Alamat : Kotamobagu
RM : 12071
Alasan Masuk
Marah-marah tidak jelas dan bingung
Keluhan Utama
Marah tanpa sebab, bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang karena ada suara-suara
biskian yang mengganggu.
Keluhan saat dikaji
Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan, tidak bisa tidur karena suara bisikan
itu.
Fartor Predisposisi
- Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya: Tidak pernah
- Riwayat pengobatan sebelumnya: Kurang berhasi dan putus obat
- Adakah keluarga lain mengalami gangguan jiwa: Tidak
- Hubungan dengan keluarga: Baik, keluarga berkunjung 2 bulan sekali
- Aniaya fisik: Tidak pernah
- Aniaya sexual: Tidak pernah
Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,50C
Keluhan Fisik : Tidak ada
2. Psikososial
Genogram
Laki-Laki
Perempuan
Pasien
Konsep Diri
- Body Image
- Identitas
Klien berjenis kelamin laki-laki, belum menikah dan merupakan anak bungsu dari 3
bersaudara.
- Peran
Klien menjalankan peran sebagai anak dan adik dirumah, tapi saat dikaji klien sudah tidak
dapat menjalankan perannya
- Ideal diri
- Harga diri
Klien mengatakan merasa tidak percaya diri
Hubungan Sosial
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: tidak ada, klien lebih banyak tinggal di
rumah
- Spiritual
Status mental
a. Penampilan: Saat dikaji klien tidak rapih, baju klien tampak kotor, tidak memakai
sendal.
b. Pembicaraan: Klien berbicara lambat, tapi menjawab sebagian pertanyaan dengan
sesuai.
c. Aktivitas motorik: Saat dikaji klien tampak kurang fokus
d. Alam perasaan: Klien mengatakan pada hari ini biasa saja tapi kadang merasa gelisah
e. Efek: Datar
f. Interaksi: Selama wawancara klien tampak kooperatif
g. Persepsi: Menurut klien, klien sering mendengar bisikan-bisikan
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
h. Memori: Klien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya dan nama lengkapnya
sendiri tapi lupa dengan tanggal lahirnya
i. Tingkat konsentrasi: Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan walaupun sedikit
kurang fokus
Kebutuhan Persiapan Pulang
- Makan
Klien mengatakan makan sendiri tapi tidak dihabiskan
- BAB/BAK
Klien mengatakan BAB/BAK dengan sendiri dan menggunakan fasilitas rs
- Mandi
Klien mengatakan jarang mandi
- Berpakaian
Klien mengatakan berpakaian sendiri tanpa bantuan
- Istirahat tidur
Klien mengatakan istirahat dan tidur kurang baik.
Mekanisme koping
Adaptif : Berinteraksi dengan teman yang ada di sel
Terapi Farmakologi :
Obat oral :
Risperidone 2mg 2 x 1½
Clorilex 100mg 2x ½-1
THP 2mg 2x1
A. ANALISA DATA
DO : - TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,50C
-Marah tanpa sebab
-Jalan mondar mandir di
dalam kamar tanpa tujuan
-Tampak pucat
A. POHON MASALAH
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi b.d gangguan pendengaran
Defisit perawatan diri b.d gangguan psiktonik
Resiko prilaku kekerasan b.d halusinasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DS: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang tidak jelas
DO: Klien tampak marah tanpa sebab, klien tampak mondar mandir dikamar tanpa
tujuan, klien tampak pucat.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkkan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat sore, Boleh Saya kenalan dengan Tn? Nama Saya Weinjely Ponamon
boleh panggil Saya enji, Saya Mahasiswa Poltekkes, Saya sedang praktik di sini
dari jam 12 siang sampai jam 5 sore. Kalau boleh Saya tahu nama Tn siapa dan
senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan tn hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah tn tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut Tn
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara
dan sesuatu yang selama ini Tn dengar tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Tn maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
Bagaimana kalau di ruangan ini saja ???
2. Fase Kerja
“Apakah Tn mendengar suara tanpa ada wujudnya?” “Saya percaya Tn mendengar suara
tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara
yang Tn dengar? Apakah Tn mendengarnya terus menerus atau sewaktu-waktu?” “Kapan
saja Tn mendengar suara itu? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?” “Apa yang Tn rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan Tn
ketika mendengar suara tersebut?” “Kemudian apa yang Tn lakukan?” “Apakah dengan
cara tersebut suara-suara itu hilang?” “Baiklah Tn, apa yang alami itu namanya
Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yang Tn alami yaitu
menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas. Hari ini, bagaimana kalau kita
latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah Tn bersedia?” “Saya
kan mempraktekan dahulu, baru Tn mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini Tn, jika suara itu muncul katakan dengan keras pergi-pergi saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu sambil menutup kedua telinga Tn. Seperti ini ya Tn.
Coba sekarang Tn ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali Tn, Tn
sudah bisa mempraktekkan.”
1. Terminasi
“Bagaimana perasaan Tn setelah kita kita bercakap-cakap?” “Baiklah Tn, jika suara itu
masih terdengar berbisik Tn, seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul
Tn bisa mengatakan pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu.” “Tn
lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, atau disaat Tn mendengar suara
tersebut. Apakah Tn mengerti?” “Baiklah Tn, bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan bercakap-cakap untuk mencegah suara-
suara itu muncul, apakah Tn bersedia?” “Tn maunya jam berapa?” “Tn maunya dimana
kita berbincang-bincang?” “Baiklah Tn besok saya akan kesini jam 09:00 ya Tn. Saya
permisi ya Tn. Selamat siang.”
Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi :
” Selamat pagi, Tn? masih ingat saya ?”Tn tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan
kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah Tn Masih mendengar suara- suara yang
kita bicarakan kemarin ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang
berbincang- bincang tentang suara- suara yang sering Tn dengar agar bisa
dikendalikan dengan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.” ”dimana tempat
yang menurut Tn cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Tn setuju?” ”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit,
bagaimana Tn setuju?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang cara
pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara ketiga adalah
Tn menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan
waktu luang untuk melamun saja.”
”jika Tn mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan dengan
kegiatan lain yang Tn senangi.” “Kira-kira apa kegiatan yang Tn senangi?” “Ya,
jika Tn sedang sendirian atau tidak berbuat apa-apa Tn bisa melakukan kegiatan
tersebut”
3. Fase Terminasi
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali Tn mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan Tn setelah berbincang-
bincang?” ”coba Tn jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?”tolong
nanti Tn praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi
ya.” “Baik saya permisi dulu, selamat siang.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penulis temui selama pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien Tn.K.B dengan Gangguan Jiwa Halusinasi mulai
tanggal 10-12 November 2021 di RSJ Ratumbuysang Kalasey, yang akan di bahas adalah
pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahap proses keperawatan yaitu pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode
proses keperawatan terutama pengkajian pada pasien gangguan jiwa halusinasi.
Pengkajian ini dilakukan Di ruangan Alabadiri RSJ Ratumbuysang Kalasey 2. Dan ini
diperoleh dari klien, keluhan klien, pemeriksaan fisik dan selanjutnya data-data tersebut
dianalisa dan ditegakkan sebagai diagnosa keperawatan. Data subjektif Tn.K.B
mengatakan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat
duduk, data objektif klien terlihat pucat, marah tanpa sebab dan jalan-jalan tanpa tujuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat pada kasus ini sesuai dengan data-data dari pengkajian dan
disesuaikan dengan buku SDKI didapatkan 1 diagnosa yaitu gangguan persepsi
sensori:Halusinasi
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa komponen
antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi dari pasien serta menggunakan buku SLKI DAN SIKI.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien, sebelumnya membangun hubungan saling percaya dengan klien sehingga
mempermudah pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan asuhan keperawatan pada kasus ini dari 1 masalah
keperawatan yaitu halusinasi. Secara keseluruhan proses asuhan keperawatan tidak
terlepas dari kerjasama dan partisipasi aktif dari klien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/waktu Implementasi Evaluasi
Rabu 10 SP 1 S : Klien mengatakan mendengar
Novembe Orientasi: suara bisikan yang membuat emosinya
r 2021, - Bina Hubungan saling percaya tak terkontrol
Jam 15.00 - Mengucapkan salam kepada klien
Hasil: klien membalas salam O : Klien tampak sedikit gelisah, klien
- Menanyakan perasaan klien memperagakan cara menghardik
Hasil: klien mengatakan perasaannya saat ini dengan sangat baik
biasa saja
- Menyampaikan topik yang akan dibicarakan A : SP 1 Tercapai
Hasil: topik yang akan dibahas adalah cara
menghardik halusinasi P : Lanjutkan SP 2
- Kontrak tempat dan waktu
Hasil: klien mengatakan di ruangan klien, selama
15 menit
- Tahap Kerja
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan belum pernah diajarkan
- Memperagakan cara menghardik
Hasil: klien tampak meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk memperagakan Kembali
cara menghardik
Hasil: klien dapat memperagakan cara
menghardik
- Memantau penerapan cara menghardik ini
Hasil: klien dapat menerapkan cara mengardik
halusinasi yang telah diajarkan
- Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah melakukan
cara menghardik halusinasi
Hasil: klien mengatakan perasaan masih agak
gelisah
- Membuat jadwal latihan
Hasil: klien mengatakan akan memasukan di
dalam jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada klien bahwa ada cara kedua
yang dapat mengendalikan suara-suara tersebut
Hasil: klien menyetujui untuk dilakukan cara
kedua
- Kontak waktu, tempat
Hasil: klien mengatakan ditempat yang sama saja
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa peneliti
telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pemberian efikasi diri untuk
menurunkan halusinasi pada pasien. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dapat diambil dari masing-masing
tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dari
pengumpulan data pada pengkajian didapatkan gejala dan tanda halusinasi sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Berdasarkan data yang didapat subyek penelitian mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi yang dialami, merasa tidak berdaya, merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur pasien
tampak gelisah dan tegang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa didapatkan dari analisa data sehingga didapatkan masalah, kemudian dari
masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah dan
penyebab yang sudah didapat dari pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-
data yang dikumpulkan didapat satu diagnosa yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori yang disebabkan oleh halusinasi pendengaran dengan gejala dan tanda subyek
penelitian mengatakan bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur kurang dan sering
mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur ataupun saat duduk.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria Hasil yang merupakan standar sebagai penilaian keberHasilan dalam
pelaksanaan proses keperawatan dan selanjutnya menyusun rencana tindakan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang ada. Rencana keperawatan pada pasien
dengan halusinasi pendengaran yaitu persepsi sensori membaik dan pasien dapat
mengontrol halusinasi. Kriteria Hasil pasien verbalisasi mendengarkan bisikan menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori di
RSJ Ratumbuysang Kalasey 2 sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
sebelumnnya yaitu dengan pemberian Manajemen Halusinasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berpedoman pada tujuan perawatan yang telah disusun.
Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori sudah teratasi dan sesuai dengan tujuan
dan kriteria Hasil dari asuhan keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran menurun dan bisa terkontrol.
B. SARAN
1. Poltekes Kemenkes Manado
Kepada mahasiwa jurusan keperawatan poltekes kemenkes manado agar
mempertimbangkan untuk menggunakan intervensi dari SIKI yaitu Manajemen
Halusinasi karena terbukti dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien sehingga pasien
dapat mengontrol halusinasi-nya.