Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat beragam kepercayaan pada adanya kekuatan supernatural, sehingga perlu
diaplikasikan dalam bentuk ritual yan g merupakan kegiatan untuk mendapatkan kepuasan
spiritual. Agama juga mengajarkan adanya benda yang sakral. Ritual penghormatan kepada yang
sakral dilakukan oleh umat penganut agama. Kata agama juga diterjemahkan kedalam bvahasa
inggris menjadi religion. Beragama adalah corak suatu kelompok masyarakat dalam menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang berasal dari kekuatan atau wujud gaib (relationship
between humans and supernatural/forces or beings).
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia mempunyai
dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia
mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan,
kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai
makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat.
Manusia  mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab
segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia
gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya
pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi
oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu
menjadikan manusia beragama

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah yang akan kita bahas, diantaranya:
1.      Apa yang dimaksud dengan kepercayaan ?
2.      Apa manfaat  Agama sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun dengan beberapa tujuan dibuatnya makalah Farmakologi ini, yaitu :

1. Memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah farmakologi dan juga sebagai
pembelajaran bagi kami khususnya tentang materi “Agama sebagai kekuatan dalam
kehidupan masyarakat “
2. Sebagai pelengkap bagi mahasiswa dan pengajar dalam melaksanakan proses belajar
mengajar untuk mata kuliah Sosiologi.
3. Memberikan tuntunan bagi mahasiswa yang sedang mempelajari materi tentang “Agama
sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat”
4. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.
1.5 Metode penulisan
Adapun metode penulisan kami mengunakan metode kepustakaan, dimana mengambil
reverensi dari buku dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kepercayaan
Kata kepercayaan berasal dari bahasa sansekerta “percaya” yang berarti pendapat. Itikad,
kepastian, dan keyakinan. Istilah lain yang hampir sama dengan kepercayaan adalah “keyakinan”
yang secara etimologi berasal dari kata bahasa arab “yaqin”. Sungguh pun antara istilah
kepercayaan dan keyakinan mempunyai perbedaan. Kepercayaan diartikan sebagai kebenaran
yang diperoleh pikiran. Keyakinan adalah suatu kebenaran yang diperoleh jiwa, di kuatkan oleh
pikiran. Kebenaran agama adalah keyakinan. Selanjutnya , kebenaran ilmu pengetahuan, filsafat
dan intelektual adalah kepercayaan. Kepercayaan bermula dalam tingkat penerimaan dari ilmu
pengetahuan. Keyakinan berada pada taraf intensitas dari kepercayaan. Keyakinan telah meminta
keharusan untuk melakukan aktivitas. Sedangkan kepercayaan belum mempunyai keharusan
untuk itu. Kepercayaan seseorang kepada hal-hal yang berada diluar dirinya, di luar penghayatan
lahiriahnya, di yakini mejadi suatu materi atau keadaan yang mempengaruhi kehidupannya.
b.      Agama sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat
Terdapat beragam kepercayaan pada adanya kekuatan supernatural, sehingga perlu
diaplikasikan dalam bentuk ritual yan g merupakan kegiatan untuk mendapatkan kepuasan
spiritual. Agama juga mengajarkan adanya benda yang sakral. Ritual penghormatan kepada yang
sakral dilakukan oleh umat penganut agama. Kata agama juga diterjemahkan kedalam bvahasa
inggris menjadi religion. Beragama adalah corak suatu kelompok masyarakat dalam menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang berasal dari kekuatan atau wujud gaib (relationship
between humans and supernatural/forces or beings). Cara manusia beragama sangat bervariasi
sejalan dengan kecenderungan masing-masing kelompok. Kecenderungan ini dipengaruhi latar
belakang budaya sejarah, dan kecenderungan pemimpin aliran ataub salute masing-masing.
Agama sebagai kekuatan sebagaimana kekuatan dalam kehidupanmasyarakat. Masyarakat
minangkabau adalah salah satu suku bangsa diantara puluhan suku bangsa yang membentuk
bangsa indonesia. Masyarakat minangkabau hidup disekitar wilayah sumatera bagian tengah,
atau yang dalam. Tambo minangkabau disebutkan perbatasan wilayah minangkabau itu
dikisahkan, “...dari sikilang bangih sampai ka Taratak Aia Itam. Dari sipisok-pisok pisau anyuik
sampai ka Sikilang Balantak basi. Dari riak badabua sampai ke durian ditakiak Rajo”, yang
artinya, dari Sikilang Air Bangis sampai ke Taratak Air Hitam, dari Sipisok-pisok Pisau Hanyut
sampai ke Sialang Belantak Besi, dari Riak yang berdebur sampai ke Durian Ditekuk Raja.
Orang minangkabau menanamkann tumpah darahnya dengan alam minangkabau, yang ssecara
geografis berarti juga wilayahnya itu berpusat melingkari gunung merapi, di sumatera barat.
Wilayah itu meluas menjadi luhak dan rantau. Wilayah luhak terletak di nagari-nagari  yang
berada di sekitar gunung merapi, sedangkan wilayah rantau beradadi luarnya, yaitu di sekitar
wilayah pantai bagian baratv dan timur minangkabau.
Dalam tambo dikisahkan pula bahwa aqlam minangkabau mempunyai tiga buah luhak, yang
lazim disebut dengan luhak tanah datar, luhak agama, dan luhak lima puluh kota. Dari luhak
tersebu, kemudian berkembang menjadi luhak kubang tigobaleh, yang terletak di sekitar gunung
talang, kabupaten solok sekarang. Wilayah rantau terletak di luar luha-luhak tadi. Semula rantau
adalah tempat mencari penghidupan para penduduk, terutama dalam bidang perdagangan. 
Wilayah rantau, berubah menjadi tempat menetap turun-temurun. Terjadilah pembauran dan
pemesraan (asimilasi) antara nan datang mencengkam hinggap bersitumpu. Berkembang menjadi
bagian dari pusat pemerintahan di minangkabau dulu, yakni kerajaan pagaruyuan, yang
mempunyai basa ampek balai, berninik bermamak, berdatuk, dan berpenghulu. Berlakulah pula
di wilayah rantau itu adat istiadat minangkabau.

Minagkabau dan Nilai Kekerabatan


                        Dari sisi istilah, Minangkabau justru lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan
dengan masyarakatnya yang berstatus matrilineal (keturunan menurut garis keibuan hubungan
kekerabatan ini, adalah perpaduan dan pemesraan antara istiadat-urf-dan syariat agama islam).
Garis matrilineal yang dianut adalah anak yang dilahirkan bernasab kepada ayahnya, bersuku
kepada ibunya dan bersako kepada mamaknya. Hubungan kekerabatan seperti ini, mungkin tidak
ada duanya di indonesia. Nilainya mengutamakan kebersamaan. Sistem matrilineal yang paling
nyata, telah menarik para pakar ilmu sosial, baik didalam dan luar negeri. Sistem kekerabatan
Minangkabau satu hal yang nyata, dan masih berlaku, walau telah perubahan terjadi di masa
global ini. Kekuatan yang mengikat sistem kekerabatan Minangkabau, terlihat dari berbagai arah
dan sudut pandang. Berpengaruh pada semua sisi kehidupan masyarakat Minagkabau. Kekuatan
kekerabatan itu misalnya, berpengaruh kuat di aspek jiwa dagang masyarakatnya, mobilitas
penduduknya, dengan kesukaan merantau ke negeri lain untuk mencari ilmu, mencari rezeki.
Sistem kekerabatan sedemikian itu pula, yang telah mendorong lajunya mobilitas horizontal
dalam bentuk imigrasi, dan mobilitas vertikal yang menuju kepada peningkatan kualitas.
            Dalam kaitan dengan kekerabatan dalam budaya (adat Minangkabau), mereka yang
menyimpang dari kebersamaan yang telah dipolakan, akan terkena risiko dalam berbagai
tingkatan. Dapat saja berupa dikucilkan dari pergaulan sebelum membayar denda penyesalan
pada negeri, sampai yang dikenai hukum buang sepanjang adat (buang sapah, buang habis). Bila
terkena hukuman adat yang terakhir ini, maka segala hak-haknya yang tumbuh karena hubungan
adat akan dicabut. Masuknya budaya luar, baik melalui sistem pemerintahan dan usaha-usaha
kehidupan, tentang perdagangan, sumber mata pencaharian, yang memungkinkan anak
kemenakan bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta atau uasaha-usaha yang nonagraris
lainnya, telah sekaligus dapat mengubah, setidaknya mempengaruhi
struktur tradisional kekeluargaan orang mingkabau. Semula, semua turunan berdiam di rumah
orang tua akan berpindah kerumah yang didirikan sendiri, juga bukan lagi diatas bagian tanah
pusaka kaum, tetapi diatas tanah yang dibeli dengan hasil pendapatan sendiri. Pada akhirnya,
kekuasaan Mamak kepala waris terhadap anggota kaumnya, didalam kaitan adat budaya
minangkabau, tidak sama lagi dengan sebelumnya. Peranan dan tanggung jawab seorang suami
kepada anak dan istrinya, juga mengalami pergeseran tajam. Semua suami, yang juga dadalah
mamak dalam kaumnya, hampir, bahkan sudah sepenuhnya mengurusi kepentingan keluarga
batihnya saja. Kekerabatan dimasa lalu, seperti sibuk mengurus sawah ladang kaum dari orang
tuanya, sudah tidak diperlukan lagi. Harta pusaka (collectief bezit), hampir semuanya sudah
habis terindividualisasikan kepada anggota kaum malah sudah dibuku-tanahkan (sertifikat) atas
nama mereka masing- masing. Perubahan-perubahan demikian, sekaligus merombak beberapa
sisi beban tanggung jawab, yang selama ini berada pada kewenangan Mamak, terutama urusan
kekerabatan, berpindah kepikulan ayah bunda. Sedikir atau banyak perubahan yang tumbuh
disebabkan pola kehidupan ini. Peran suami dari para kemenakan, atau yang disebut sumando di
Minangkabau, menjadi lebih dominan. Sepanjang urang sumando atau suami dari para
kemenakan, masih perlu di hormati di kaumnya, jaringan kekerabatan semula tidak mengalami
gangguan. Dia masih harus bertenggang rasa dengan mamak-mamak dalam kaum istrinya.
Tatanan kekerabatan masa lalu akan berombak total, apabila turunan mereka tidak lagi di didik
perlunya dalam kebersamaan. Kebersamaan kekerabatan akan kuat di kala tertanam masa lalu,
berbasa-basi, berbahasa yang indah, bertengganag rasa seperti yang suda-sudah. Perilaku nafsi-
nafsi atau individualistis dan berperangai nan ka lamak di awak secara materialisasi, sudah
tampak mengemuka. Makin kuat bila di tunjang oleh mapannya kehidupan keluarga inti atau
keluarga batih. Ketika itu, sudah di rasa berat memberikan bantuan pada kaum. Maka
kebersamaan mulai meredup.Sistem, kekerabatan, bersuku ke ibu, ternasuk juga menjadi pagar
bagi tidak terjadinya kawin sesuku. Sudah berkali-kali kasus perkawinan dari yang bersanak ibu
yakni yang ibu mereka bersaudara handling, dari salah satu nagari di luhak, meskipun
kejadiannya di rantau.
            Agama islam memang tidak melarang perkawinan demikian, akan tetapi tidak pula
menyarankankan untuk saling kawin mengawini di antara mereka yang sekaum sepusaka.
Agama islam juga tidak membolehkan sesuatu yang dampaknya akan berakibat pecah atau
kacaunya kesatuan sebuah kaum. Selain itu, ada beberapa astilah yang perlu di perbaiki
pemahamannya dalam perilaku. Seumpama sebutan, kok indah ameh di pinggang-dunsanak jadi
urang lain. Ini adalah sepenggal contoh pepatah bernuansa sarkatis. Betapa akibatnya, bila lelaki
Minang dalam keadaan tidak punya emas (tidak berpunya), seolah saudara-saudaranya akan
menghindar darinya, dan akan membiarkan diri melarat sendiri. Sikap yang dimuat pepatah
tersebut, perlu ditampatkan pada posisi yang benar. Secara prinsip, agama Islam menganut juga
sikap demikian. Pelajaran tentang salah satu Rukun Islam adalah kemampuan membayar zakat.
Kewajiban zakat menjadi Rukun syahnya seseorang menjadi muslim. Tanpa embel-embel
penjelasan seperti menunaikan haji ke Mekkah dengan catatan tambahan, sekali seumur hidup
jika ada kemampuan internal, ada kesempatan, dan ada kemungkinan secara internal dan
eksternal. Bila perilaku syarak dipahamkan secra sepotong-sepotong, maka mereka yang
membayar zakat saja yang boleh disebut muslim. Perlu disimak lebih dalam. Adanya ketentuan
dispensasi (rukhsah). Bagi yang belum mampu secara objektif, berhak menerima zakat sebagai
duafa, fakir atau miskin. Dipahamkan dari sini, bahwa Rukun zakat adalah pendorong
membentuk sikap individu agar giat berusaha, mampu membayar zakat, dan mencegah muslim
menjadi pengemis. Adat dan budaya minangkabau menghendaki setiap lelaki Minangkabau,
haruslah punya kemampuan, selain ilmu juga secara materi.diperlukan untuk membantu dan
menambah harta pusaka kaumnya, selain memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri.
Adat Minangkabau mendororng mereka untuk merantau, dan silahkan kembali setelah dirasa
berguna untuk kaum dan korong kampung. Namun, bagi yang belum terbuka kesempatan
menjadi lelaki mampu, secara hukum adat tetap terbuka peluang untuk menggarap harta pusaka
kaumnya. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ketentuan adat tidak pernah
membatasi. Hatrta kaum yang digarap untuk anak isteri seperti itu, disebut arato bao atau harta
bawaan, yang tunduk karena ketentuan bao kumbali-dapatan tingga. Pengolahan dan
pemanfaatan tanah ulayat kaum, sesuai hukum dalam islam.
Jalinan Bahasa dan Kepercayaan di Minangkabau
            Dari sudut kebudayaan, serta berbagai sisi hubungan dan perilaku, terbentuk kaitan jalin
berkelin dan hubungan bahasa dan kepercayaan orang Minangkabau. Pembauran dengan makna
asimilasi adalah pamesraan antara dua unsur atau lebih dalam suatu wadah tertentu. Unsur yang
satu menjadi bagian dari unsur yang lain, demikian pula sebaliknya. Salah satu yang membentuk
pemesraan itu adalah bahasa dan kepercayaan dalam wadah kesusastraan di Minangkabau.
Penjiwaan dari kehidupan keseharian masyarakat Minangkabau, terasa ada asimilasi atau
pemesraan antara bahasa dan kepercayaan rakyat di Minangkabau. Perasaaan itu terbawakemana
saja. Ada di ranah, dan terpakai di rantau. Di mana bumi dipijak, disana adat bisa dipakai.
Kaidah hidup ini, sesungguhnya satu keniscayaan yang lahir dari keyakinan. Sebagai generasi
berbudaya Minangkabau, dimana saja. Inilah yang di maksud dengan kepercayaan yang akan
berasimilasi dengan bahasa dalam kesusastraan Minagkabau.
            Kesusastraan tidak hanya sekedar hasil seni bahasa belaka. Kesusastraan adalah juga
hasil pemikiran, pengalaman, perasaan, bahkan hasil dari kehidupan seseorang atau masyarakat
dan lingkungannya. Melalui hasil sastra dapat disimak kehidupan masyarakat pada suatu waktu,
dan kebudayaan satu suku bangsa atau suatu bangsa. Salah satu aspek yang amat memberi
bentuk memberi kehidupan masyarakat itu adalah hubungannya dengan sesama, dan
hubungannya dengan penciptanya. Pencipta yang maha khalik adalah yang berkuasa diluar
lahiriah kehidupan masyarakat itu. Hubungan-hubungan itu terlihat juga dalam kesusastraan.
Kesusastraan Minangkabau juga memberi jawaban pengaruh hubungan itu. Dalam kehidupan
masyarakat Minangkabau, selalu diparhatikan antara dua kekuatan, yang satu secara lahiriah
sikap dalam diri insan bernyawa, dan yang kedua adalah kekuatan keyakinan theis (agama) yang
mengatur nyawa itu. Kesusastraan lahir dan dibentuk oleh kedua unsur itu, yaitu unsur nyawa
yang memiliki rasa dan periksa, serta unsur agama yang membimbing rasa dan periksa, serta
unsuragama yang membimbing rasa dan periksa itu. Budaya kehidupn yang dibimbing oleh
keyakinan agama melahirkan sikap malu. Budaya mali, membentuk masyarakatnya hidup kehati-
hatian, serta ingat dan hemat dalam bertindak. Selanjutnya sikap-sikap budaya demikianlah yang
menumbuhkan dinamika dalam kehidupan.
            Kesusastraan yang kehilangan hakikatnya sebagai kerja mahluk yang mempunyai akal
dan rasa, seharusnya menjadi alat penghubung yang mesra dengan keridaan Khaliknya.
Keindahan akan tercipta, ketika hasrat timbul untuk mengembalikan keindahan yang abadi
dengan ajaran agama dan keagungan nama Illahi, ke dalam bentuk-bentuk karya sastra. Asimilasi
antara bahasa dan kepercayaan dan kesusastraan Minangkabau terasa kental sekali.
Mempersoalkan hubungan yang mesra antara bahasa sastra dan kepercayaan kepada yang ghaib,
yakni kekuasaan Allah SWT, menjadikan karya sastra itu indah abadi. Perlu rasanya kembali
menggali bersifat kebhinekaan suku-suku bangsa, amat memerlukan pemesraan antara agama
dan adat istiadat etnik, yang akan memperkuat ke tunggal-ikaan kebudayaan bangsa Indonesia.
Diantara mutiara terpendam yang dapat diselami adalah bahwa kesusastraan yang hakiki
membentuk kepribadian satu bangsa, amat terkait dengan keyakinan pencipta sastra dan
pendukungnya. Keduanya adalah makhluk bernyawa yang mengabdi kepada Illahi. Dalam
kesusastraan Minangkabau terdapat pengasimilasian antara bahasa dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan satu ungkapan, adaik basandi syarak, yang telah
menyumbangkan kemajuan di masa lalu, dam menjadi kekuatan besar untuk meraih keberhasilan
masa depan. Dalam kesusastraan Minangkabau pengasimilasian itu sudah berhasil diciptakan.
Kendatipun bentuknya sangat sederhana, dengan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa lagi
Mahakuasa. Walau di masa lalu, sebelum agama islam masuk, di dalam kehidupan masyarakat
Minangkabau masih banyak di padati kesesatan, yang tidak sesuai dengan syariat agama Islama
itu. Kepercayaan itu adalah fungsi jiwa manusia. Majunya ilmi pengetahuan, telah pula
menyebabkan perubahan-perubahan terhadap jiwa manusia yang kompleks, ikut pula mengubah
konsepsi manusia terhadapTuhannya. Namun, adalah suatu keniscayaan bahwa, konsepsi
kehidupa manusia bergantung pada alat-alat yang ada pada manusia itu sendiri. Pada Masyarakat
Minangkabau, fungsi jiwa di bangun oleh kepercayaan kapada Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa,
Yang Esa lagi ghaib, tampak jelas dalam setiap aspek kehidupan kebudayaannya dan riak
kehidupannya sastranya.
            Sifat umum masyarakat tradisional Minangkabau di masa ini masih terasa dan sukar
untuk melepaskan kepercayaan dalam kehidupan tradisi mereka. Terdapat keinginan untuk
menyimpan dan memeliharanya yang dalam hal ini tidak terkecuali hasil-hasil sastra
Minangkabau sendiri. Hal ini juga di rasa kebenarannya dalam pendapat Moh. Hatta, wakil
Presiden RI yang menyatakan, “…Pada dasarnya manusia itu bersifat konservatif, yaitu sukar
melepaskan perhiasan hidup lama, ingin menyimpan pusaka lama. Di antara pusaka lama itu,
banyak di antara kita yang ingin memeliharanya dalam keasliannya”.
            Pengukuhan adat brsendi syariat menjadi sangat penting. Jika hal ini dapat terwujud dan
terpelihara baik, maka akan banyak manfaatnya, dan telah turut menyalurkan nilai-nilai yang
berharga dari satu budaya daerah, hasil masa lampau ke dalam kebudayaan Indonesia modern,
sebagaimana telah dianjurkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Menggali Khazanah kebudayaan
lama Minangkabau, yang banyak tersimpan di dalam bahasa lisan, dan menaikkannya ke atas
permukaan kehidupan, menjadi bahasa tulisan, niscaya akan member sumbangan besar di dalam
memupuk kebudayaan nasional, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk melakukan
kompilasi dari nilai-nilai pusaka Minangkabau yang menjadi mutiara kehidupan berbudaya
dengan adat bersendi syariat, perlu dilakukan observasi mengenai pidato-pidato adat dan petuah
orang-orang tua, yang diucakan dalam upacara-upacara kekeluargaan masyarakat di
Minangkabau.
Rahasia Kesehatan Tradisional Cina
Dengan sejarah selama ribuan tahun, diet Cina tradisional menggabungkan elemen-elemen dari
ilmu pengetahuan alam, penelitian manusia, dan ilmu sosial. Cara tersebut menyaring berbagai
pengalaman mengenai pemeliharaan kesehatan dari sejumlah generasi rakyat Cina, dan
membedakannya dari diet-diet tradisional di seluruh dunia dengan dasar teorinya yang unik dan
kaya akan pengalaman klinis. Hal ini telah memberikan sumbangan yang besar kepada
kesejahteraan dan pemeliharaan kesehatan dari penduduk Cina. Seperti halnya organisme yang
lain, manusia adalah tidak berada diatas hukum alam mengenai kelahiran, pertumbuhan,
penuaan, dan kematian. Namun, upaya dapat dilakukan agar dapat meningkatkan pertumbuhan,
memperbaiki kondisi fisik, dan menghambat proses penuaan guna mencegah waktu kematian
dini. Kuncinya adalah melakukan pencegahan yang proaktif da penanganan yang tepat waktu.
Menurut materi yang dikarangan oleh Huang Di Nei Jing yang ditulis pada awal Musim Semi
dan Musim Gugur serta pada Zaman Negara-negara Berperang, “seorang yang bijaksana
menghindari penyakit sebelum terjadi dan menangani gangguan sebelum timbul penyakit”.
Dengan kata lain, orang yang sehat hendaknya mengambil langkah-langkah untuk mencegah
penyakit, dan jika seseorang mengalami sakit, maka dia harus memperoleh penanganan secepat
mungkin untuk menahan perkembangan penyakit. Seorang yang pandai menjaga kesehatan
seringkali melakukan tindakan pencegahan terhadap cedera yang tersembunyi yang kiranya
dapat mengarah kepada penyakit dan menghilangkan semua factor-faktor risiko yang
tersembunyi didalam atau diluar tubuh.
            Obat Cina menekankan kesatuan dari orang dan alam serta kesatuan dari semua system
jaringan tubuh. Berdasarkan konsep dari Yin, Yang, lima unsur, dan “keharmonisan manusia-
Nirwana”, memandang tubh manusia seakan-akan”memiliki kemampuan melawan qi (disebut
“chi’) buruk”. Qi buruk artinya adalah semua elemen eksternal yang menyebabkan penyakit,
seperti bakteri atau zat yang beracun dari lingkungan. Apabila qi yang bersifat vital berada
didalam tubuh (ketika system yang berada dalam tubuh berada dalam keadaan seimbang dan
memiliki kekebalan tubuh yang tinggi) dan menjadi lemah secara tidak dapat dihindarkan
sebagai akibat dari pengaruh dominasi qi buruk (tidak dapat melawan penyakit). Penekanannya
diletakan pada prinsip-prinsip mengenai pencegahan penyakit yang memungkinkan untuk
melakukan prndekatan yang fleksibel berkenaan dengan program pencegahan klien. Kesimpulan
dapat diambil mengenai dalam tubuh dari hasil pengamatan dan analisis terhadap penampilan
eksternal dari masing-masing individu. Leh karena itu, pengobatan dari Cina berusaha untuk
melakukan penyelidikan terhadap rahasia dari kehidupan.
            Peranan dari Pembersih, Pelengkap, Penguat, dan Penyeimbang pada diet Cina
tradisional. Sebagai dasar dari umur panjang, kesehatan berarti ketiadaan dari bahan-bahan dan
faktor-faktor yang berbahaya dalam tubuh. Kini, masyarakat dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu sehat yang berjumlah 5% dari semua penduduk, sakit yang berjumlah 15%, dan dengan
kondisi dibawah sehat lebih menonjol yaitu sekitar 80%. Kondisi yang berada dibawah sehat
berada dalm keadaan yang berbahaya yang dicirikan dengan munculnya luka yang tersembunyi
secara konstan yang berakibat pada timbulnya perasaan tidak enak yang signifikan. Penduduk
seperti itu perlu untuk membersihkan limpa kecil, perut, dan usus halus, melengkapi darah, Yin
dan Yang, serta memperkuat gizi yang masih dalam keadaan kekurangan sehingga dapat
mencapai tujuan pemeliharaan kesehatan yaitu keseimbangan. Tubuh manusia adalah seluruhnya
memiliki sifat organik, sehingga keadaan yang tidak seimbang antara Yin dan Yang dapat
mengarah kepada penyimpangan fungsi dari organ-organ tubuh pada bagian dalam. Bila satu
organ menglami kerusakan, organ lain akan terkena pengaruhnya yang selanjutnya berakibat
pada keadaan yang tidak seimbang pada tubuh manusia. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang
merugikan hendakalah disingkirkan terlebih dahulu dari dalam rubuh dengan cara memulihkan
keadaan keseimbangan dan menambah gizi. Seperti telah dinyatakan diatas, “tubuh mampu
untuk menolak qi buruk bila qi yang vital berada dalam tubuh”. Bila qi buruk memasuki tubuh,
qi yang bersifat vital secara aktif memeranginya; perjuangan selanjutnya mengganggu
keseimbangan antara Yin dan Yang dalam tubuh atau mengakibatkan organ-organ tubuh bagian
dalam mengalami penyimpangan dalam fungsinya, sehingga menyebabkan terganggunya
kegiatan dari qi dan darah, yang dapat tercermin dari sejumlah perubahan patologi. Bila qi yang
bersifat vital menang dan qi yang buruk berkurang, penyakit cenderung akan menjadi semakin
baik dan dapat disembuhkan. Bila qi yang vital keadaanya lemah dan qi buruk menjadi semakin
dominan, maka penyakit cenderung untuk menjadi semakin parah dan bahkan mengarah pada
timbulnya penyakit serta kematian.
Memelihara kesehatan yang baik dan “keharmonisan manusia-nirwana”
Bagi semua orang mudah untuk menjaga kesehatan mereka sehari-hari, sebab umumnya, bila
seseorang tidak memiliki suatu penyakit, dia dengan mudah dapat memperhatikan faktor-faktor
patologi yang tersembunyi dalam tubuh dan dirinya dapat dianggap sehat walafiat. Namun,
“sebuah bendungan yang besar pada akhirnya dapat menjadi hancur akibat dari adanya lubang-
lubang semut yang tidak berarti”. Tubuh adalah seperti halnya bendungan tersebut yang hanya
dapat diselamatkan dari bahaya dengan cara membersihkan diri sebelumnya dari berbagai risiko
yang tersembunyi. Namun, orang-orang sering kali baru mulai mengambil tindakan setelah
mereka didiagnosis mengandung penyakit. Seperti sering dikatakan, lapisan es stebal tiga kaki
tidak disebabkan oleh satu hari kerasnya musim dingin, agar tidak memiliki kesehatan yang
mempunyai kekuatan seperti es, seseorang harus memberi perhatian kepada perawatan kesehatan
pada interval waktu yang teratur. Dengan begitu seseorang akan dapat dengan mudah menangkis
serangan wabah penyakit. Bagaimana seharusnya orang bertindak agar dapat menjaga kesehatan
secara kesinambungan? Setiap orang perlu mengerti bahwa disebabkan oleh kehidupan kita
dalam alam dan bergantung kepada adanya interaksi antara Yin, Yang, dan lima unsur untuk
terjadinya keseimbangan antara dirinya dengan alam, maka perlu adanya pengaturan menurut
perbedaan musim, wilayah, dan daerah waktu sehingga dapat memenuhi kondisi pribadi dari
klien. Hanya dengan cara ini dapat direalisasikan “keharmonisan manusia-nirwana”

Yin, Yang, dan Lima Unsur, Kesatuan yang Kontradiktif dari Alam
Tubuh manusia secara keseluruhan adalah bersifat intergral yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Tidak ada yang dapat hidup tanpa keberadaan Yin dan Yang. Sebagaimana
sering dikatakan, “ Yin tidak akan tumbuh saecara tunggal, sedangkan Yang sendirian tidak bisa
hidup”. Dunia ini sesungguhnya sebagai suatu integrasi yang dihasilkan dari kesatuan yang
kontradiktif dari Yin dan Yang. Yin dan Yang mewakili unsur-unsur yang memiliki sifat yang
berlawanan, tetapi saling berhubungan. Baik orang ataupun alam tidak dapat dipisahkan dari
adanya lima unsur, yaitu logam, kayu, air, api, dan tanah. Unsur kayu adalah Yang, sebab
tumbuh dan berhubungan. Air adalah unsur Yin, sebab mengalir ke bawah. Api adalah sebagai
perlengkapan darib Yang, sebab menuju ke atas. Akan tetapi, Yin dan Yang adalah saling
tercampur baur. Sebagai contoh, permukaan air adalah Yang, tetapi dasarnya adalah Yin.hal ini
menjelaskan mengenai konsep yang integral dari kesatuan yang kontrakdiktif dari Yin, Yang,
dan lima unsur yang melakukan interaksi dengan orang dan alam untuk membentuk
keseimbangan dari keuntungan dan kerugian dengan melakukan pengembangan dan pembatasan
antara satu dengan lainnya. Dalam suatu keadaan yang seimbang, sebagai contoh, lima organ
tubuh bagian dalam (hati, jantung, limpa kecil, paru-paru, ginjal) saling bantu membantu antara
satu dengan lainnya untuk mewujudkan tubuh ynag kuat dengan umur yang panjang. Di sisi lain,
apabila terjadi kerusakan dari salah satu organ, maka akan berpengaruh kepada semua organ
lainnya.
            Yin, Yang, lima unsur, serta proses Pembersihan, Penambahan, Penguatan Cina
Tradisional, kayu, api, tanah, logam, dan air, adalah sebagai bagian-bagian pokok dari suatu
bangunan yang berupa dunia. Bagian-bagian tersebut saling musim gugur, dan musim dingin
pada lingkungan alam, dan hati, jantung, limpa kecil, paru-paru, dan ginjal pada tubuh manusia.
Sesuai dengan hal tersebut, .kita perlu mengambil tindakan yang sesuai mengenai pembersihan
pada musin semi, pengisian pada musim panas, penguatan pada musim gugur, dan keseimbangan
pada musim dingin untuk dapat mencapai keseimbangan antara tubuh, ekologi, dan alam. Pada
dunia sekarang, pencemaran lingkungan amatlah hebat, tidak dapat dihindari jika hal ini
menyebabkan bahan-bahan berbahaya tesebut ini masuk kedalam makanan kita. Ketika bahan-
bahan yang berbahaya ini mengganggu tubuh, organ-organ yang pertama kali terkena pengaruh
adalah limpa kecil dan perut yang bertanggung jawab untuk melakukan pencernaan dan asimilasi
. organ-organ lainnya yang terkena pengaruh adalah organ-organ dasar untuk pertumbuhan
setelah melahirkan dan sumber qi dan darah. Seterusnya, akibat lanjut dari kerusakan terhadap
limpa kecil dan perut dapat menentukan kecukupan dari vitalitas yang dibawa sejak lahir ( qi dari
ginjal ). Tenaga yang diperlukan oleh tubuh dikirimkan ke seluruh tubuh setelah dilakukan
pencernaan dan asimilasi oleh limpa kecil dan perut, kemudian mengatur qi dan darah pada hati
dan paru-paru dan menambah vitalitas pada ginjal, sehingga mencegah permulaan dari timbulnya
penyakit. Bila seseorang memakai produk untuk perawatan kesehatan, maka perlu
dipertimbangkan mengenai pengaruh musiman dari perubahan iklim, bukan asal memakai
produk tersebut tanpa memperhatikan adanya perubahan tersebut.

Memelihara Kesehatan Anda dengan Produk Kesehatan Tianshi


Pembersihan pada musim semi-Tanah penuh dengan kehidupan pada musim semi. Qi dan darah
bersirkulasi secara lancar dalam tubuh manusia, dan semua organ bagian dalam serta jaringan
melakukan proses pemulihan dengan mudah. Ini adalah waktunya untuk pengembangan qi yang
vital dan untuk membersihkan bahan-bahan yang tidak diperlukan yang telah diambil selama
musim dingin. Kelima unsur didominasi oleh darah. Seseorang cenderung untuk meneteskan air
mata ketika berhadapan dengan angin yang menyebabkan mata menjadi terasa perih dan
menyebabkan rasa asam pada mulut. Seseorang cenderung mudah menjadi marah yang
menyebabkan luka pada hati dan kantong empedu. Oleh sebab itu, pelengkap esehatan yang
dipakai pada musim ini hendaklah yang dapat menghilangkan rasa panas pada hati dan kantung
empedu. Tujuan utamanya adalah untuk melestarikan dan mengatur hati serta membersihkannya
dari perasaa panas dengan tujuan tambahan adalah untuk meningkatkan gizi. Produk yang
disarankan untuk pembersih musim semi adalah chitosan dan tianshi beauty capsules untuk
membersihkan berbagai racun dari luar; tianshi high calsium drink, tianshi vitality softgel
capsules, tianshi beneficial capsules, tianshi vigor-rousing capsules, weight loss tea, tianshi
spirulina tablets, tianshi trishomo tanshinone leisure capsules, tianshi double-cellulose tablets,
untuk membersihkan kelebihan lemak pada sistem pembuluh darah jantung dan otak serta bagian
tubuh lainnya sehingga mengurangi beban dari hati dan kantong empedu.
Pengisian pada musim panas. Pada musim yang panas ini orang-orang sangat mudah
terkena qi buruk yang disebabkan oleh panas. Kelima unsur didominasi oleh api. Seseorang
cenderung kehabisan air ludah dan kleringat yang berpengaruh terhadap fungsi asimilasi dari
usus halus, dan mengakibatkan timbulnya peradangan oleh panas yang timbul dari jantung,
dengan muka ynag menjadi merah dan timbul rasa perih pada mulut dan lidah. Oleh sebab itu,
seseorang harus dapat meredam rasa panas pada jantung dan mengatur pikirannya. Pada kondisi
yang panas selama berlangsungnya musim panas ynag panjang, tubuh sangat banyak
mengeluarkan keringat dan memiliki selera makan yang kurang yang cenderung untuk melukai
jantung dan limpa kecil. Pada musim ini tidak cocok untuk memaka banyak pelengkap, tetapi
sangat pantas untuk mengatur vitalitas pada organ-organ limpa kecilb dan perut, sehingga
mengakibatkan sirkulasi qi dan darah menjadi lancar. Melakukan pengisian terhadap lmpa kecil
dan perut denagn qi akan berakibat pada timbulnya perasaan kuatdan bersemangat. Produk ynag
disarankan untuk memberikan pengisian selama musim panas yang panjang adalah mesin untuk
sirklasi qi dan darah, pakaian dalam, dan tianshi’s acupoint terasure untuk mengatur sirkulasi qi
dan darah seta untk mengendurkan otot-otot dan persendian; bahan pelengkap seng dan high
absorption calcium mengatur limpa kecil dan perut untuk merangsang nafsu makan; sejumlah
kecil kapsul minyak spirulina dan sea bukthorn untuk pengaturan limpa kecil dan perut guna
meningkatkan tenaga.
Penguatan pada musim gugur. Cuaca perlahan-lahan menjadi semakin dingin pada
musim ini yang didominasi oleh qi yang kering. Seseorang cenderung untuk merasakan
kekeringan pada mulut dan kerongkongan serta batukl-batuk dengan sedikit dahak yang
menimbulkan rasa sakit pada paru-paru. Oleh sebab itu, seseorang perlu untuk memperkuat Yin-
qi dan memberikan pelembab pada paru-paru. Jika fungsi tubuh menjadi normal setelah
melakukan pembersihan pada musim semi dan pengisian pada musim panas, sekarang adalah
waktunya untuk memberikan pelengkap berupa gizi yang sesuai untuk mengisi tubuh dengan qi
dan darah, mendorong pertumbuhan Yin dan Yang, serta membangun fisik yang kuat. Oleh
karena banyak makanan penambah gizi yang mengandung gula, lemak, protein, hormon, dan
sebagainya, secara berlebihan maka seseorang hendaklah membuat pilihan yang benar dan
memakai makanan peawat kesehatan atas dasar diet yang seimbang. Produk yang disarankan
“pelengkap pada musim gugur untuk memberikan kelembaban terhadap kekeringan” adalah
aweto, spirulina, high absorption calcium concentrate, dan pelengkap bahan seng untuk
menambah vitamin, unsur-unsur, mineral, enzim, dan sebagainya, yang masih kurang pada
makanan yang dikonsumsi seta untuk memperkuat paru-paru, hati, dan ginjal.
Keseimbangan pada musim dingin. Pada musim yang dingin ini, seseorang cnderung
untuk mnjadi lemah oleh karena kedinginan yang membuat gangguan terhadap ginajl. Disamping
itu juga cenderung menjadi semakin kurang aktif sementara mengkonsumsi lebih banyak
makanan yang dapat berakibat pada kelebihan zat lemak dalam tubuh yang tergabung dengan
sirkulasi qi dan darah yang lambat, sehingga menyebabkan seseorang menjadi terkena penyakit
saluran darah jantung dan saluran darah otak. Walaupun sekarang tubuh berfungsi secara normal
setelah dilakukan pembersihan pada musim semi, pengisian pada musim panas, dan penguatan
pada musim gugur, seseorang tidak boleh melepaskan penjagaan terhadap diri sendiri hanya
dengan memakai sikap pncegahan terhadap penyakit maka seseorang akan dapat menjaga
tubuhnya sendiri tetap aman dari serangan qi yang berbahaya dari luar. Suatu kombinasi ynag
berkoordinasi dari produk “pembersih, pengisi, dan penguat” disarankan untuk dipakai sebagai
“pencegahan pada musim dingin”, yaitu high absorption calcium concentrate, aweto, spirulina,
chitosan, dan pelengkap seng untuk mengatur kekebalan pada kedua arah; Huo Li Kang
(Antioksidan Plus), Wei Kang (remaja dan kesehatan) dan Yi Kang (Sistem Jantung)untuk
mengatur lemak pada darah; mesin sirkulasi qi dan darah dan poin akupuntur diatur
meningkatkan sirkulasi qi dan darah; langkah-langkah untuk menyingkirkan kedinginan dan
memperkuat fisik untuk menjalani musim dingin yang aman.
Berdasarkan atas pengertian mengenai hubungan antara lima unsur dan alam, penyakit
yang potensial dapat dianalisis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada
tubuh seseorang berada diberbagai tempat seperti perubahan lokasi, musim, qi yang berbahaya,
organ bagian dalam dan rasa. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, seseoang dapat
meramalkan masa depannya dan mencegah penyakit dari sejak dini. Dengan melakukan
pencegahan, seseorang dapat memperkuat fisik dan hidup dengan umur panjang. Itulah masa
depan yang unik dari diet Cina tradisional. Secara ringkas, “pembersihan,pengisisan, penguatan
dan keseimbangan” merupakan diet untuk memperbaiki fisik. Seseorang membersihkan zat-zat
yang berlebihan keluar tubh, mengatur keseimbangan tubuh dan pikiran, serta menambah bahan
gizi secara benar untuk mencapai tujuan dari perawatan kesehatan secara preventif, perbaikan
kondisi fisik, dan umur panjang. Itulah rahasia mengenai pelestarian Cina.
Membangun Masyarakat Berbudaya
Pada tahun  1995, dalam acara Festival Istiqlal II, Anwar Ibrahim menyampaikan ceramahnya
yang di antara nya mengenalkan suatu konsep kenegaraan yang ia sebut sebagai masyarakat
madani. Lambat launtema tersebut menjadi santer dalam pembahasan para pemikir muslim
Indonesia, beberapa ormas bahkan partai-partai politik yang berlandaskan islam juga mulai
menjadikan konsep ini sebagai frame politik dan haluan pergerakannya. Sesungguhnya definisi
konsep “masyarakat madani” ini belum final, belum permanen dan masih debatable.Banyak
definisi yang berkembang, baik yang di dasari dari pemahaman terminology bahasanya,
historitas munculnya, maupun urgenitas di dalamnya, sehingga jikalau definisinya belum paten,
maka tentunya konsepnya pun masih mentah, dan upaya aplikasinya juga masih
diragukan.Namun sayangnya, sementara opini yang sudah berkembang, begitu mengemaskan
dengan apiktema dan konsep ini.Masyarakat dunia pun seakanyakinkonsep  “masyarakat
madani”  adalah solusi konkret dari problem atika bermasyarakat dan bernegara.Bahkan tidak
segan mengadakan upaya taqrib, yang terkesan memaksakan, yaitu penyamaan makna
“masyarakat madani” dalam pandangan islam, mupun istilah civil society ala barat. Di satu sisi
beberapa ulama mengatakan, konsep ”hadhaarah islamiyah” merupakan konsep islam yang
paling murni, sesuai dengan firman allah “…Limanhaadiril masjidil haram”, dan menganggap
tema “madani” merupkan  istilah yang berasal dari barat. Bagaimana sebetul nya pandangan
paraulama terhadap wacana “masyarakat madani“ ini? Apakah benar“ masyarakat madani “
adalah juga sama dengan makna civil society dalam tema barat? Atau justru “hadhraah
islamiyah” lah yang merupakan konsep murni islam dan yang paling ideal? Oleh karena itu,
dalam laporan utama sinar kali ini, kami mencoba untuk menelisik dan menganalisis apa
sebenarnya yang terjadi dengan konsep ”masyarakat madani” ini, bersumber dari artikel-artikel,
buku-buku, serta wawancara dari berbagai pakar dan para cendekiawan. Historitas munculnya
istilah “masyarakat madani”.Banyak pendapat ulama yang bermunculan sekitar historitas
munculnya istilah masyarakat madani ini, baik ditinjau dari historitas munculnya pada zaman
nabi maupun fase perkembangannya di Indonesia.
Prof.Dr. Din Syamsuddin dalam bukunya “Etika agama dalam membangun masyarakat madani”,
menyebut kan bahwa masyarakat madani, tediri atas dua suku kata, yaitu “ummah” dan
“madinah”, dua kata kunci yang memiliki eksistensi social kualitatif serta memiliki keutamaan-
keutamaan tertentu yang nantinya  menjadi nilai-nilai dasar dan instrumental bagi terbentuknya
masyarakat madani. Kata “ummah” misalnya, yang biasanya dirangkaikan dengan sifat dan
kualitas tertentu  seperti dalam istilah-istilah ummah islamiyah, ummah wasathan, ummah
muhammadiyah, khoiruummah, dan lain lain, merupakan  pranata social utama yang dibangun
oleh Nabi Muhammad SAW, selepas beliau hijrah ke Madinah, Dalam bahasa Arab, terminology
“ummah” menunjukkan pengertian komunitas keagamaan tertentu  atau yang memiliki
keyakinan keagamaan yang sama, dan secara umum terminology  “ummah” dalam Alquran
menunjukan suatu komunitas yang mepunyai basis solidaritas tertentu atas dasar komitmen
keagamaan, etnis, dan moralitas. Sedangkan dalam perspektif sejarah, “ummah” yang dibangun
oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah dimaksudkan untuk membina solidaritas di kalangan
para pemeluk Islam, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar pada waktit, dan khusus bagi kaum
Muhajirin, konsep “ummah” merupakan system social alternative penganti system social
tradisional, system kekabilahan, dan kesukaan yang mereka tinggalkan , lantaran memeluk
Islam. Dengan demikian sebagai system alternative, konsep “ummah’ bersifat lintas ke
sukuanatakultural.Hal di atas menunjukan bahwa konsep “ummah” sesunnguhnya lebih
mengandung konotasi social, dibandingkan konotasi politik.Sedangkan istilah-istilah yang sering
dipahami sebagai cita-cita sosial Islam dan memiliki konotasi politik adalah “khilafah”,
“dawlah”, dan “hukumah”. Istilah pertama, “khilafah” misalnya, disebutkan Sembilan kali dalam
Alquran, tetapi ke semuanya bukan dalam system politik, melainkan dalam konteks misi
kehadiran manusia di muka bumi sebagai seorang khalifah.Oleh karena itu, penisbatan
konsep“khalifah” dengan institusi politik tidak mempunyai landasan teologis.Begitu pula istilah
“dawlah”, yang di artikan sebagai negara (nation state) dan sering dipahami sebagai konsep
masyarakat madani yang harus di tegakan, tidak terdapat dalam Alquran. Alquran hanya
menyebutkan sekali kata kerja yang berhubungan dengan kata “dawlah”, yaitu “nudawilu” (QS
3:140) yang berarti “kami pergilirkan”. Kata “hukumah” yang diartikan pemerintah juga tidak
terdapat dalam Alquran. Alquran memang banyak menyebut bentuk-bentuk deriatif dari akar
kata “hukumah” yaitu “hakama”, tetapi dalam pengertian dan konteks yang berbeda. Ayat-ayat
Alquran yang dipakai untuk menunjukan adanya pemerintahan islam, seperti yang terdapat
dalam teori “hakimiyan” (divine sovereignty, atau pemerintah ilahi) adalah ayat-ayat 44, 45, dan
47 dari surat Al-maidah. Namun perlu dicatat bahwa pengeritan kata-kata “yahkumu” dalam
ayat-ayat tersebut tidak menunjukan konsep pemerintahan. Kata “ummah” pun disebut sebanyak
54 kali dalam Alquran, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Penyebutan Alquran dan
Hadist menunjukan kepada masyarakat madani.Sebagai masyarakat madani, konsep umat islam
di tegaskan atas dasar solidaritas keagamaan dan merupakan manipestasi dari keprihatinan moral
terhadap eksistensi dan kelestarian masyarakat yang berorientasi kepada nilai-nilai islam.
Meskipun begitu, konsep “ummah” ini juga sesuai dengan misi islam sebagai agama
“rohmatanlil’alamin” yang mengandung nilai-nilai universal dan shaleh atau relevan terhadap
kondisi dan zaman.
Dengan begitu, “ummahislamiyah” yang kala itu dibangun nabi Muhammad  di madinah
merupakan model yang ideal, tidak saja ideal pada masanya (abadke -7) namun juga sangat
relevan dengan abad moderen dewasa ini (abadke – 21), meskipun tentu nyaperlu di kondisikan
sesuai dengan perkembangan dan modernitas yang terjadi di saat ini. Namun, ‘allakulihal konsep
”madina” yang berangkat dari istilah “ummah” yang berarti kota, berhubungan danmempunyai
akar kata yang sama dengan kata “tamaddun” yang berarti peradaban. Peradaban pengertian ini
membawa suatu persepsi ideal bahwa “madinah” adalah lambang peradaban yang
kosmopolit.Bukan suatu kebetulan bahwa kata “madinah” juga merupakan kata benda tempatd
ari kata “ din” (agama). Koleasi demikian menunjukkan bahwa cita-cita ideal agama (islam)
adalah  terwujudnya suatu masyarakat cosmopolitan yang berperadaban tinggi, sebagai struktur
fisik dari umat islam. Bisa disimpulkan dari Prof. Dr. Din Syamsuddin bahwa tema “masyarakat
madani” berasal dari dua istilah bahasa arab yaitu” ummah” dan “madinah” yang kemudian
menjadi konsep masyarakat islam ideal, berpacu pada konsep “ummah islamiyah” yang di
terapkan nabi Muhammad SAW, di madinah (dulu bernamaYatsrib) bagi kaum muhajirin dan
anshar. Meskipun beliau juga mengolerasikan “madinah” dengan istilah “tamaddun” peradaban,
ataupun ismulmasdar dari kata “ diyn” yaitu “ madinatan” sebagai perluasan makna dari kata
madinah, yang akhirnya menimbulkan pemahaman  yang konfrehensif yaitu konsep
bermasyarakat yang saling menolong dan menghargai, sangat menjunjung tinggi akhlak dan
etika, dan mempunyai peradaban yang maju, tentunya tetap berlandasan pada Alquran dan As-
sunnah.
            Sememtara Ahmad Musyaffa, Lc., direktur SINAI, ketika di wawancarai krusinar,
mengatakan bahwa pada dasarnya arti kata madani secara etimologi adalah madinah, dan artian
sekelompok kumpulan orang yang berpendidikan dan mempunyai konsep pemahaman terhadap
orientasi hidup yang obvious dan baik. Tentunya dalam pemaknaan seperti itu pelu di dukung
juga dengan adanya sebuah norma-norma yang berdasarkan hokum, moralitas, dan dikukuhkan
dengan keimanan. Sedangkan, mengenai fase masuk dan berkembangnya istilah “masyarakat
madani” di Indonesia, Abdurrahim Ghozali seorang cendikiawan musli yang juga editor buku
“Etika Agama dan Membangun Masyarakat Madani” dalam kata pengantarnya mengatakan
bahwa masyarakat madani atau civil society secara umum bisa diartikan sebagai suatu
masyarakat atau institusi sosial yang memiliki ciri-ciri antara lain kemandirian, toleransi,
keswadayaan, kerelaan menolong satu sama lain, dan menjunjung tinggi norma, serta etika yang
disepakatinya secara bersama-sama. Di Indonesia, secara historis, upaya untuk merintis lahirnya
institusi semacam ini sudah muncul sejak masyarakat kita mulai bersentuhan dengan pandidikan
modern, berkenalan dengan sistem kapitalisme global, dan modernisasi. Pada saat itulah,
kesadaran masyarakat untuk mendirikan organissasi-organisasi modernmulai tumbuh pada
permulaan abad ke-20. Dengan demikian, nerdirinya Budi Utomo (1908), Serikat Dagang Islam
(1911), Muhammadiyah (1912), dan lain-lain, pada batas-batas tertentu bisa dijadikan indicator
bagi tubuhnya civil society di Indonesia yang pada saat itu masih berada di bawah kolonialisme
Belanda. Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, semangat civil society seakin berkembang dan
mencapai puncaknya pada tahun 1950-an ketika organisasi-organisasipolitik dan kemasyarakatan
berkembang pesat dan pemerintahan baru di bawah Soekarno bertekad untuk membangun negara
modern sistem demokrasi parlementer. Untuk mewujudkan tekad itu, tahun 1955 pemilu pertama
yang ternyata paling demokratis – digelar sebagai wahana untuk memilih anggota parlemen dan
konstituante yang nantinya bertugas menyusun undang-undang dasar Negara yang tetap. Akan
tetapi, sebelum tekad itu terwujud, setahun setelah pemilu Soekarno menyerukan dikuburnay
partai-partai yang dianggapnya menjadi penyebab sikut-sikutan. Seruan ini lalu di susul dengan
dekrit presiden tahun 1959 yang menandai kembali UUD 1945 yang disusun secara darurat itu,
lalu aksi pembubaran parleman hasil pemilu (Februari 1960), dan pembubaran Masyumi serta
partai-partai sosialis yang dianggap menentang kebijakan Soekarno, sehingga harapan akan
hadirnya civil society atau masyarakat madani musnah, yang selanjutnya sistem pemerintahan
kala itu menjadi demokrasi terpimpin, dengan presiden seumur hidup, yang sama halnya denagn
sistem otoriter, di bawah kehendak presiden. Pada zaman orde baru konsep civil society atau
masyarakat madani, juga mendapat tantangan yang besar lantaran banyaknya batasan-batasan
berpolitik serta menjangkitnya virus Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (KKN) semakin
memperburuk nasib bangsa. Hingga datangnya krisis multi dimensi yang menyerang bangsa
Indonesia di akhir tahun 97-an.

Tema “Hadharah Islamiyah”


Lain halnya dengan pendapat Doktor Muhammad Abdul Hamid, salah seorang dosen Universitas
Al-Azhar. “Pada dasarnya, semua tatanan sosial kemasyarakatan didalam Islam dinamakan
hadhar,. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa didalam fikih Islam terdapat dua golongan
masyarakat yaitu Ahlu’l hadhar (penduduk kota dan Ahlu’l Badiyah (penduduk pedesaan).
Alqur’an menyampaiakan dan menguraikan kepada kita pemahaman tentang kata hadhar
maupun kata badiyah secara umum. Secara tekstual dalam Alquran kita temukan maksud dari
kata hadhar didalam firman Allah “… liman lam yakun ahluhu hadhiri al-Masjidil Haram…”
dengan demikian, secara militan bisa dikatakan bahwa antara kata hadharah dan madani
memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Barat dengan  perspektif kemasyarakatannya, tidak
akan mungkin menamakan kehidupan dikota-kota mereka dengan nama hadharah. Oleh karena
itu, mereka menamakannya dengan “madaniah”. Sebab dalm kehidupan sosial hadharah,
masyarakat hidup secara bahu membahu serta berada dibawah tuntutan akidah dan akhlak yang
satu. Sedangkan kehidupan social Barat berada di bawah naungan akidah dan akhlak yang
beragam. Bahkan memiliki akhlak yang jauh dari kebenaran. Dari konteks inilah tatanan
masyarakat Barat dinamakan madinah (Metropolitan). Menurut beliau juga, kata hadharah adalah
kata yang klasik dalam dunia Islam. Hadharah yang pertama kali didirikan dalam sejarah
manusia adalah hadharah yang berhubungan erat dengan Masjidil Haram berdasarkan Firman
Allah SWT, “Sesungguhnya rumah yang pertam kali dibuat untuk manusia adalah yang ada di
Meka yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi sekalian alam…” sehingga dikatakan sebuah
hadharah lantaran dibangun dibawah naungan akidah islamiyah. Bahkan Nabi Adam adalah
seorang Nabi yang bertauhid dan berada dibawah naungan akhlak Islam. Sementara itu, firman
Allah yang berbunyi “Demikianlah kewajiban orang-orang yang keluarganya tidak berada
disekitar Masjidil Haram….” Kita bisa merasakan bahwa kata hadhariy didalam ayat diatas bisa
memperkuat pemahaman ini. Penggunaan kata Hadharah terhadap Madaniyyah Barat atau yang
lainnya adalah hal yang baru di zaman sekarang. Hal ini juga merupakan siasat orang-orang
Barat untuk mengelabui pemahaman kita terhadap kata hadharah dan menggunakan kata
hadharah itu sendiri sesuai dengan perspektif mereka. Seharusnya kita cukup bangga bahwa
kebudayaan yang ada di Barat ternyata berasal dari Islam. Perbedaan antara hadharah Islamiyyah
dan Madaniyyah Barat adalah hadharah Islamiyyah berdasarkan wahyu yang turun dari langit,
sementara Madaniyyah Barat bersumber dari undang-undang dan norma-norma buatan manusia.
            Dari penjelasan Dr. Muhammad Abdul Hamid bisa digarisbawahi, bahwa istilah
hadharah sangat berbeda sekali dengan istilah madinah, baik itu secara makna, terminologi
bahsanya, maupun secara background yang melatarbelakanginya. Bahkan beliau mengatakan
bahwa “madinah” adalah istilah yang cocok bagi kebudayaan barat dan seakan sengaja
disusupkan kepada agama Islam, supaya umat Islam lebih meniru kehidupan yang serba
“madaniyyah” ataupun modern, dan tidak lagi menghiraukan syariat islam serta akhlak dalam
aplikasinya. Istilah yang tepat adalah “ummah hadhariyyah” yang sesuai dengan ayat
Alquran”…. Liman lam yakun ahluhu hadhiri al-Masjidl Haram….” Oleh karena hadharah
Islamiyyah adalah komunitas yang berlandaskan kepada Alquran dan As-sunnah yang murni
yang didalamnya terdapat unsur ukhuwah dan saling tolong-menolong, serta merupakan konsep
yang tsaabit sebagaimana nabi-nabi terdahulu menjadi hidup mereka.
            Meskipun sebenarnya “madaniyyah” bisa menjadi konsep yang realistis ndan aplikatif
bagi kaum muslimin, tatkala “madaniyyah-nya” bersifat “islamiyyah”, yakni menjadikan wahyu
Allah sebagai asas hokum dan panduan hidup manusia, bukan hidup dalam undang-undang yang
dibuat oleh manusia, serta jauh dari syariah ilahiyah. Dengan demikian, sifat “madaniyyah”
disini bisa bersifat relatif, menjadi “madaniyyah” yang positif tatkala bersumber pada sumber
yang positif dan benar, yakni Alquran dan As-sunnah, dan menjadi madaniyah yang negatif
ketika bersumber pada hokum wad’iyah manusia an sich, mengagungkan modernism yang
memberhalakan materialisme dan hawa nafsu, sehingga konsep “madani” tidak jauh beda dengan
civil society yang santer dimasyarakat barat yang berasal dari warisan Yunani.
Civil Society dan Historitas Perkembangannya
Civil society yang juga bisa diartikan sebagai konsep masyarakat sipil, secara substansional
sudah ada sejak zaman Aristoteles, yakni suatu masyarakat yang dipimpin dan tunduk pada
hokum. Penguasa, rakyat, dan siapapun, menurut Aristoteles, harus taat dan patuh pada hokum
yang telah dibuat secara bersama-sama. Bagi Aristoteles, siapapun bisa memimpin Negara secara
bergiliran dengan syarat ia bisa memimpin dengan adil. Keadilan baru bisa ditegakkan apabila
setiap tindakan didasarkan pada hokum. Jadi, hokum merupakan ikatan moral yang bisa
membimbing manusia agar senantiasa berbuat adil. Dalam khazanah pemikiran politik,
perkembangan istilah civil society bisa dirunut sejak Cicero yang pertama kali menggunakan
istilah societies civilis dalam filsafat politiknya. Pada tahun 1690, John Locke menulis buku
Civilian Government yang berisi penekanan pada peran masyarakat dalam menghadapi
kekuasaan mutlak para raja dan hak-hak istimewa para bangsawan. Misi John Locke adalah
bagaimana membangun pemikiran otoritas masyarakat untuk merealisasikan kemerdekaannya
dari hegemoni elite yang memonopoli kekuasaan dan kekayaan. Caranya, menurut filosofi
Inggris itu, melalui demokrasi parlementer. Disini, parlemen dianggap sebagai lembaga yang
mewakili rakyat dalam menghadapi hegemoni kekuasaan.
            Setelah John Locke di Inggris, di Prancis muncul Jean Jaques Rousseu, penulis buku
Monumental the social Contract (1762) yang membahas pemikiran mengenai otoritas rakyat dan
perjanjian politik yang harus dilaksanakan antara anggota masyarakat dan kekuasaan.
Sebagaimana john Locke, Rousseau ingin mengajak segenap anggota masyarakat untuk berperan
dalam menentukan masa depannya seraya melawan monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh
hanya sekelompok elite. Pemikiran inilah yang kemudian mendorong lahirnya revolusi Prancis
tahun 1789 dengan semboyan kemerdekaan, persamaan, persaudaraan yang menumbuhkan
kesadaran baru akan hak-hak politik setiap warga Negara.
            Oleh karena aksentuasinya yang begitu besar terhadap peran warga Negara, dalam
perkembangannya civil society pernah dipahami oleh para pemikir politik secara radikal sebagai
bentuk keinginan rakyat (sebagai pihak dikuasai) yang berhadap-hadapan dengan Negara (state)
yang menguasai. Kondisi inilah yang kemudian mendorong Hegel beraksi dan berseru bahwa
civil society harus tetap terkontrol oleh aturan main, hukum, dan administrasi yang melibatkan
Negara. Sayangnya, Hegel lau melupakan esensi civil society yang terletak pada kemandirian
warga Negara, karena ia mengangap negaralah sebagai terminal akhir segala keputusan dan
hukum. Hegel menganggap Negara sebagai pemilik ide universal yang bisa mengatasi segala-
galanya. Ibarat pendulum, secara historis, civil society tampaknya bisa ditarik dari ujung garis
yang satu ke ujung yang lainsecara ekstrem. Untuk menetralisasi kecenderungan dua ekstrem itu,
pada pemikir politik modern seperti, Alexis de’Tocqueville, mencoba mengembalikan makna
civil society pada prinsipnya semula, yakni tetap menempatkan kemandirian dan pluralitas
sebagai asasnya yang utama, namun tanpa mengabaikan peran Negara. Dengan mengambil
contoh berjalannya demokrasi di Amerika, de’Tecqueville yakin bahwa Negara sepanjang
mereka memiliki kemandirian, berpegang teguh pada pluralisme, dan memiliki kompetensi yang
cukup. Hadharah Islamiyah vis a vis masyarakat madani/ civil society. Sesungguhnya setelah
mengetahui historitas masing-masing istilah (hadharah Islamiyah, masyarakat madani, dan civil
society) kita sudah menarik benang merah antara batasan-batsan yang bersifat definitif,
historitas, dan aplikatif, sehingga sebenarnya kita tidak mungkin menyamakan ketiga istilah ini
dalam satu persprktif, bahkan sebenarnya sangat jelas sekali perbedaan antara masyarakat
madani dan civil society. Meskipun menurut Dr. Muhammad Abdul Hamid, istilah “madani”
muncul dari barat, seperti munculnya iastilah civil society, namun “madani” lebih bersifat
relative dan fleksibel, bergantung dari siapa dan bagaimana penggunaannya.dikarenakan istilah
“madani” lebih komprehensif dan positif dibandingkan civil society yang hanya menekankan
kepada peran masyarakat sipil terhadap roda pemerintahan lewat system parlementer. Oleh
karena “madani” sendiri jika diambil makna harfiah dan maknawiyah lebih condong kepada hal
yang bersifat “madiynah” kemoderenan (masyarakat cosmopolitan), “tamaddun” peradaban
(masyarakat yang berpeadaban dan beretika), serta “madiynatan” kata benda (ismul masdar) dari
“diyn” yang berarti agama, dengan kata lain masyarakat yang beragama. Namun, jika ingin lebih
murni lagi sesuai dengan apa yang tertera dalam Alquran, maka istilah hadharah islamiyah
menjadi alternatifr rf utama dalam konsep masyarakat yang ideal. Di samping sangat jelas
penafsiran arti hadharah dalam alqur’anyang selanjutnya lebih di konokasikan pada masjidil
haram sebagai tempat yang berkah “...inna awala baytin wudi’a lin-nasi lalladzy bibakkata
mubarokatan..” juga makna dari “hadhariyah” lebih spesifik dibandingkan makna “madaniyah”.
Oleh karena “hadhariyah” bersifat “hadir” realitas dan futuritis, dan juga mempunyai makna
“hadharah” peradaban, serta lebih kental unsurr ukhuwah dan insaniahnya. Murni tanpa ada
tendensi meterialistis maupun keduawian an sich. Kita masih bisa menerima istilah “madaniyah”
jika di landaskan pada pada alqur’an dan as-sunah, dan bukan pada hukum yang di buat manusia
( al-hukmu al-wad’iyah). Jika tidak , maka kita wajib menolak nya , seperti halnya civil society
yang pada asal muasalnya sudah paten berlandas pada hukum yang dibuat oleh manusia dalam
komunitas tertentu, dan kemudian lambat laun berubah menjadi sosialis, yaitu konsep
kepemilikan bersama, ataupun otoritas masyarakat, sehingga pemimpin hanya menjadi simbol
semata. Sungguh sejarah bergilirnya konsep civil society pada pemikiran politik sangatlah pahit.
Ini merupakan bukti bahwa hanya mereka yang hidup dalam syariah dan hukum Allah-lah yang
akan selamat.Komunitas tersebut akan selalu hidup dalam kedamaian,ketenangan,dan juga penuh
keberkahan. Syariah islam tidak akan lapuk oleh zaman , karena sifatnya yang relevan serta
universal, shoolih likuli makaan waz-zaman, maka marilah kita hidup dalam syariah islam yang
bersumber pada alqu’an dan sunnah, menaati segala perintah Allah dan menjauhi larangan nya,
karena Allah lah yang maha kuasa (al-aliym), dan maha di raja(al-malik) wallahu a’lam.
                Menciptakan masyarakat madani dalam lingkungan heterogen  ternyata belum
sepenuhnya mampu diterjemahkan dalam kehidupan nyata . bagi warga muhamadiyah
khususnya, tema ini masih menjadi perdebatan bagaimana membangun masyarakat madani
sebagai penjelmaan masyarakat islam yang sebenar benarnya. Pengamat studi islam, prof.
Ahmad jaenuri mengemukakan konsep masyarakat islam yang sebenar benarnya sulit terwujud,
karena warga muhammadiyah punya beragam pemahaman nya. Ia mencontohkan di era 1950-an,
usai kemerdekaan, sebagai  umat islam mempersiapkan membentuk masyarakat madani berarti
membentuk negara islam . namun , mereke yang sekuler berpandangan justru  bukan itu yang di
butuhkan. Sementara warga muhammadiyah mencoba melaksanakan ide itu dengan konsepsi
amar makruf nahi munkar dan sedikit bicara banyak bekerja.
            Ia kemudian membandingkan kosep ummah pada masa nabi. Di era itu, umat terbaik
ditandai dengan ciri memiliki komitmen ketauhidan, dan melaksanakan ajaran islam. Mereka
yang ingin kembali pada konsep itu akhirnya membentuk gerakan-gerakan ekslusif. Pengurus
wilayah muhammadiyan jawa timur, Dr muhadjir Effendi M.A.P, meragukan konsep masyarakat
madani atau islam yang sebenarnya tidak ada. Oleh karena makna kafah sangat multitafsir setiap
orang bisa menafsirkannya sesuai keyakinan dan pemahaman keagamaan. Dengan pemahaman
yang demikian, menurut rektor UMM ini, warga muhammadiyah harus toleran dan membuka
ruang diskusi seluas luasnya dan siap dengan adanya kemungkinan perbedaan. ‘saya juga tidak
yakin bahwa muhammadiyah itu lebih benar dari yang lain. Oleh karena itum setiap kali berdoa,
kita kan memohon agar diberi petunjuk bahwa yang benar itu benar dan diberi kemampuan
mengikutinya, “kata muhadjir. Ketua PP muhammadiyah, Dr sudibyo markus mengatakan,
konsep model masyarakat islam yang sebenar-benarnya perlu dirumuskan untuk mengukur
seberapa jauh kenbenaran gerakan yang dilKukan muhammadiyah. ‘muhammadiyah itu lahitr
dengan ide-ide besar, tapi sekarang terjebak dengan tradisi-tradisi kecil. Oleh karena itu, potensi
potensi yang ada perlu dikembalikan,’’ tandasnya.

BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
3.1.1             Agama Sangat penting dalam kehidupan sosial, sebab mempersatukan dan membantu
terlaksananya program-program sosial
3.1.2              Pengetahuan dan pemahaman mengenai psychosocial berperan penting dalam membangun
sebuah moralitas masyarakat/kehidupan sosial
3.1.3             Pendidikan agama dengan psychosocial tidak suatu kesatuan dari pendidikan agama

3.2 SARAN
Diharapkan bagi pembaca dapat lebih memahami pentingnya pengetahuan mengenai
Agama sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga kita sebagai calon tenaga
kesehatan memiliki bekal untuk menerapkannya di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

----------------------------------------------

 http://menarailmuku.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-agama-bag2.html
19 Juni 2013/11.30 WIB 
Diposkan oleh Mulki Hadi di 20.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai