Disusun Oleh :
Hindayatus S
1930036
TINJAUAN PUSTAKA
(Muttaqin, 2008).
yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskemik
venosa. Dan biasanya kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
menyebabkan gangguan perfusi baik lokal atau global yang terjadi secara
2.1 Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di
dalam rongga tengkorak (kranium) yang di bungkus oleh selaput otak yang kuat.
otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram.
1. Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah
dan pendengaran.
dari lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam
2. Pelindung Otak
3. Bagian-Bagian Otak
Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang mengisi lebih
dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian yang menonjol
dari mata.
dari telinga.
b. Diencephalon
1) Talamus, berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
organ lain.
Terletak dalam fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari:
2) Pons, terletak di depan serebrum antara otak tengah dan medula dan
pengendalian terhadap :
otot. Otot antragonis harus mengalami relaksasi secara teratur dan otot
Sirkulasi darah otak menerima kira-kira 20% dari curah jantung atau 750 ml
permenit. Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan,
sementara mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. Aliran darah otak ini
unik, karena melawan arah grafitasi. Di mana darah arteri mengalir dari bawah
dan vena mengalir dari atas. Kurangnya penambahan aliran darah kolateral dapat
menyebabkan jaringan rusak irreversibel, ini berbeda dengan organ tubuh lainnya
yang cepat mentoleransi bila aliran darah menurun karena aliran kolateralnya
adekuat.
Darah arteri yang disuplai ke otak berasal dari dua arteri vertebral dan
vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke balakang dan naik pada
satu sisi tulang belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen
magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada bagian otak.
Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian
posterior.
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri
terbentuk di antara rangkaian arteri karotid internal dan vertebral. Lingkaran ini
disebut siklus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri karotid internal,
anterior dan arteri serebral bagian tengah, dan arteri penghubung anterior dan
anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada siklus willisi memberi rute
alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.
Anastomosis arterial sepanjang siklus willisi merupakan daerah yang sering
sumbatan aliran darah ke distal neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-sel
Aliran vena ke otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada
struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung
sinus dural yang luas., mempengaruhi vaskular yang terbentang dalam dura mater
yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa vena keluar dari otak
serebri bersifat unik, karena vena-vena ini tidak seperti vena-vena lain. Vena-vena
4. Etiologi
yaitu :
1) Trombosis serebri.
stroke. Thrombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang
2005).
2) Emboli selebri
3) Hemoragik
1. Definisi
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma7.
Stroke ini paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi
dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam
dan kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang
2. Gejala
kebingungan).
b) Sering terjadi mual, muntah, kejang dan penurunan kesadaran, yang bisa
yang berat.
kembali sadar dan sebagian fungsi otaknya kembali, karena tubuh akan
3. Anticonvulsant.
aneurisma vaskular dan trauma kepala. Karena perdarahan dapat massif dan
berlangsung sangat cepat, maka angka kematian sangat tinggi. Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik, tidak terdapat riwayat truma kepala. Tidak ada tanda-tanda
intraserebral, disamping karena jenis ini memang yang paling banyak terjadi pada
stroke perdarahan.
Pasien pada kasus ini diberikan terapi nootropik berupa piracetam.
Piracetam adalah jenis nootropik yang sering digunakan sebagai salah satu terapi
awal yang diberikan pada kasus stroke. Sebagai salah satu agen nootropik,
pasien dengan stroke akut dan diberikan segera setelah onset untuk meningkatkan
beberapa penyakit sistem saraf lainnya. Selain itu, pada pasien ini juga ditemukan
adanya hiperkolesterolemia. Kolesterol ada di setiap sel tubuh dan setiap sel
adalah kadar kolesterol darah yang tinggi (hiperkolesterolemia) dan tak terkendali.
dalam darah.
Kolesterol dikirim ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Dalam proses ini,
terjadinya stroke. Oleh karena itu, pada pasien ini juga diberikan terapi untuk
2. Gejala
menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit, biasanya sebelum
1. Sakit kapala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala
3. Penglihatan ganda.
4. Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum pecah.
Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada dokter
dengan segera.
Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala hebat yang
memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan kehilangan
kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena meninggal sebelum
sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma atau tidak sadar. Yang
lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka bisa merasa gelisah.
Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali menjadi mengantuk
dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit untuk bangun. Dalam
jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan leher kaku sama seperti
sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan rasa sakit di punggung
bawah. Frekwensi naik turun pada detak jantung dan bernafas seringkali terjadi,
kerusakan pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di bawah ini :
1. Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian tubuh (paling sering terjadi).
4. Gangguan hebat bisa terjadi dan menjadi permanen dalam hitungan menit
atau jam. Demam adalah hal yang biasa selama 5 sampai 10 hari pertama.
Subarachnoid hemorrhage bisa menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya :
seperti sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, dan muntah dan bisa
jaringan otak bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa mati,
koordinasi lemah.
seminggu.
Penatalaksanaan medis :
dipertimbangkan.
6. Patofisiologi
oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terlambat karena thrombus
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih
mungkin, akibat dari bekuan darah, udara, plaque, atheroma flakmen lemak.
Jika etiologi stroke maka hemoragik dan faktor pencetus adalah hipertensi.
menyebabkan hemoragik.
maka otak akan mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
didalam arteri yang membentuk sirkulasi Willisi : arteri kerotis interna dan
terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu dilihat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh
tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai
Patologinya terdapat:
Peningkatan Trombus/Embol
Tekanan Sistemik i
Aneurisma
Pola nafas
tidak efektif Hemiparase Kiri Hemiparase Kanan
Kurang
Resiko Resiko Resiko Pengetahuan
Jatuh Aspirasi Trauma
8. Manifestasi Klinis
Pada CVA non hemoragik gejala utamanya adalah timbulnya defisit
terjadi pada waktu istirahat atau bangun tidur pagi dan kesadaran biasanya
1) Kehilangan Motorik
CVA (Cerebro Vaskuler Accident) adalah penyakit otot neuron atas dan
misalnya :
2) Kehilangan komunikasi
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
3) Gangguan persepsi
1. Hemonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis.
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi atau ruang yang sakit tersebut.
sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan bagian
9 Faktor resiko
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah Stroke disebut
dengan Faktor Risiko Stroke. Faktor resiko medis penyakit tersebut di atas antara
lain disebabkan oleh:
1. Hipertensi,
2. Penyakit Jantung,
3. Diabetes Mellitus,
4. Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah),
5. Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
6. Riwayat Stroke dalam keluarga,
7. Migrain.
1. Usia lanjut
2. Obesitas
3. Merokok (pasif/ aktif)
4. Alkohol
5. Mendengkur
6. Narkoba
7. Kontrasepsi oral
8. Suku bangsa (negro/spanyol)
9. Jenis kelamin (pria)
10. Makanan tidak sehat (junk food, fast food)
11. Kurang olah raga
1. Angiografi serebral
2. Elektro encefalography
3. Sinar x tengkorak
berlawan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
4. Ultrasonography Doppler
5. CT-Scan
6. MRI
vertrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
8. Pemeriksaan lapboratorium
a. Infeksi pernafasan
d. Tromboflebitis
b. Dislokasi sendi
d. Epilepsi
e. Sakit kepala
f. Kraniotomi
g. Hidrosifalus
1. Penatalaksanaan umum
a. Posisi kepala dan badan diatas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus
hemodinamik stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
e. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik,
2) Penatalaksanan medis
a. Trombolitik (streptokinase)
dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemorrhagea (pentoxifilyn)
e. Antagonis serotonin(noftidrofuryl)
3) Penatalaksanaan khusus
1. Mengurangi kegemukan
2. Berhenti merokok
6. rajin berolahraga
7. mengubah gaya hidup
2. Pengkajian Keperawatan
a. Primary Survey
1. Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan yaitu memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau
tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan
jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Bagi pasien yang
dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka. Pasien yang
tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Obstruksi
jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien
tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000). Perlu di perhatikan dalam
pengkajian airway pada pasien antara lain :
a) Kepatenan jalan nafas pasien.
b) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
1) Adanya snoringataugurgling
2) Agitasi (hipoksia)
3) Penggunaanotot bantu pernafasan
4) Sianosis
c) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas
dan potensial penyebab obstruksi.
d) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
e) Gunakan berbagai alat bantu untuk mematenkan jalan nafas pasien
sesuai indikasi :
1) Chin lift/jaw thrust
2) Lakukan suction (jika tersedia)
3. Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi
pada klien stroke biasanya didapatkan renjatan (syok) hipovolemik, tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat hipertensi massif dengan tekanan
4. Disability
Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling
(Muttaqin, 2008). Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien stroke biasanya
mengalami koma, maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
b. Pemeriksaan Fisik
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda – tanda vital :
TD meningkat, nadi bervariasi.
1) B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan inspeksi
pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg.
3) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak
yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang
atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan
teknik steril. Inkontinesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
6) B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, serta mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
a. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya
refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
3. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
b. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.
Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
Pernafasan 16-20 kali permenit).
Intervensi :
1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan
TIK dan akibatnya
Rasional : Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
2) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
Rasional : Untuk mencegah perdarahan ulang
3) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap 2
Jam.
Rasional : Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini
dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
4) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal
tipis)
Rasional : Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena
dan memperbaiki sirkulasi serebral.
5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng
Rasional : Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan
kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mingkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan
lainnya.
6) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional : Memperbaiki sel yang masih viabel.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Jalan
nafas tetap efektif.
Kriteria hasil :
- Klien tidak sesak nafas
- Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan
- Tidak retraksi otot bantu pernafasan
- Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
Intervensi :
1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas.
Rasional : Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2) Rubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional : Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran pernafasan.
3) Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
Rasional : Air yang cukup dapat mengencerkan sekret
4) Observasi pola dan frekuensi nafas.
Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
5) Auskultasi suara nafas.
Rasional : Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
6) Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
Rasional : Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru.
3. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Klien
mampu mengontrol eliminasi urinnya.
Kriteria hasil :
- Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
- Tidak ada distensi bladder
Intervensi :
1) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi
kandung kemih yang berlebih.
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari.
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah
enuresis.
3) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus
dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal).
Rasional : Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.
4) Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal
yang telah direncanakan.
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung
volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih.
5) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc
per hari bila tidak ada kontraindikasi)
Rasional : Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.