Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN APB (ANTEPARTUM BLEEDING)


disusun guna memenuhi tugas P3N stase KMB di ruang perawatan
Sakura RS dr. Soebandi Jember

oleh:
Dicky Andriansyah, S.Kep
NIM 112311101027

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./fax (0331) 323450
Phone/Fak: (0331) 323450

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Antepartum


Bleeding (APB) di RSD dr Soebandi Jember yang telah disetujui dan disahkan
pada:
Tanggal

Juni 2016

Tempat: Poli Hamil

Jember,

Juni 2016

Mahasiswa

Dicky Andriansyah, S.Kep


NIM 112311101027
Mengetahui,
Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

................................................

................................................

A.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN APB (ANTEPARTUM BLEEDING)
oleh Dcky Andriansyah, S.Kep.

A. Kasus
APB (Antepartum Bleeding)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu. Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus
genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah
kehamilan 20 minggu. (Hapsari, 2012)
Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang
terjadi antara kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan
serius jika terjadi pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain.
Walaupun demikian plasenta menjadi organ defenitif jauh lebih dini dari
kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini . Meskipun
perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan
vaginal setelah minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius .

perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua
penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu;
a. Plasenta previa
Pada keaadaan normal plasenta berimplantasi atau terletak di bagian
fundus uterus. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutup sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Hanafiah W. 2011)

b. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian
dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian,
dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius namun jarang
terjadi. Plasenta berfungsi memberikan nutrisi serta oksigen pada
janin yang dikandung, dan merupakan organ yang tumbuh di dalam
rahim selama masa kehamilan. (Biescher, NA, Mackay, EV. 2013)

2. Penyebab
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
a. Bersumber dari kelainan plasenta
1) Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum
uteri internal). Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
a) Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi
plasenta.
b) Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup
oleh plasenta.
c) Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
a) Endometrium yang kurang baik
b) Chorion leave yang peresisten
c) Korpus luteum yang berreaksi lambat
2) Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu. Solusi plasenta dapat
diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klinik antara
lain :
a) Solusi plasenta ringan

Tanpa rasa sakit

Pendarahan kurang 500cc

Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian

Fibrinogen diatas 250 mg %

b) Solusi plasenta sedang

Bagian janin masih teraba

Perdarahan antara 500 1000 cc

Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian

c) Solusi plasenta berat

Abdomen nyeri-palpasi janin sukar

Janin telah meninggal

Plasenta lepas diatas 2/3 bagian

Terjadi gangguan pembekuan darah

b. Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu


berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina (erosion, polip,
varises yang pecah).
3. Patofisiologi
Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadangkadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan.
Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta
belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya
baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus

menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya,
hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
4. Tanda & Gejala
Plasenta previa
a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
c. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan
gejala
d. Perdarahan berwarna merah segar
e. Letak janin abnormal
Solusi plasenta
a. Perdarahan disertai rasa sakit
b. Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d. Abdomen menjadi tegang
b. Perdarahan berwarna kehitaman
c. Sakit perut terus menerus
(Biescher, NA, Mackay, EV. 2013)
5. Komplikasi
Plasenta previa
a. Prolaps tali pusat
b. Prolaps plasenta
b. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
c. Robekan-robekan jalan lahir
d. Perdarahan post partum
e. Infeksi karena perdarahan yang banyak

f. Bayi prematuritas atau kelahiran mati


(Hanafiah W. 2011)
Solusi plasenta
a. Langsung
1)

Perdarahan

2)

Infeksi

3)

Emboli dan obstetrik syok

b. Komplikasi tidak langsung


1)

Couvelair

uterus

kontraksi

tak

baik,

menyebabkan

pendarahan post partum


2)

Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post

partum
3)

Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia

4)

Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofise dll.

6. Penanganan
Plasenta previa
a. Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan
suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal)
b. Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih
hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau
berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan
istirahat.

Berikan

obat-obatan

spasmolitika,

progestin

atau

progesterone observasi teliti.


c. Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor
transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
janin terhindar dari premature.
d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan
plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas operasi
dan tranfuse darah ada.

e. Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.


Solusio plasenta
a. Terapi konsrvatif
Prinsip :
1) Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan
2) Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra uterin bertambah
lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri
yang robek.
3) Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
a) Morphin suntikan subkutan
b) Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan
pentazol.
c) Tranfuse darah
b. Terapi aktif
(Biescher, NA, Mackay, EV. 2013)
Prinsip :
Melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan dan perdarahan
segera berhenti. (Hapsari, 2012)
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
a. Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin dan dan
diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
b. Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti
dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks.
c. Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun
sampai hodge III-IV :
1) Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau forceps.
2) Janin meninggal : lakukan embriotomi
(Legt, 2014)
Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
a. Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil

b. Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak,


pembukaan masih kecil.
b. Solusio plasenta dengan panggul sempit.
c. Solusio plasenta dengan letak lintang
Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
a. Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia kalau
persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
b. Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.
c. Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi
fungsi reproduksi ingin dipertahankan.
(Irene M. Boback, ea tl. 2012)
Pada hipofibrinogenemia berikan :
a. Darah segar beberapa botol
b. Plasma darah
c. Fibrinogen

C. Pohon Masalah
Berdasarkan sumber
kelainan plasenta

Plasenta

Solusio

Plasenta yang
bertumbuh di
segmen bawah
uterus akibat
penurunan
vaskularisasi

Pendarahan
pada
pembuluh
darah

Plasenta dpt
melebar dan
menipis sehingga
menutupi ostium

Otot uterus
mergang:
otot tidak
mampu

Berdasarkan bukan dari


sumber kelainan plasenta

Kelainan serviks
dan vagina
(erosin, polip,
varices yang
pecah)

Riwayat trauma,
HT,
multiparitas, tali
pusat yang
pendek, pend

Plasenta

Antepartum Bleeding (APB)

Kurang
pengetah
uan
Defisit
Pengetahu

Dianjurkan
mengurangi
aktivitas untuk
mencegah
kontraksi segmen
Berkurangnya
pemenuhan
kebutuhan
Defisit Perawatan

Endometrium
yang tipis
memudahkan
trofoblas
menginvasi
Retensio plasenta
(plasenta akreta
dan inkreta

Resiko

Segmen bawah
uterus melebar
sejak trimester III
Plasenta yang
berimplantasi
mengalami
laserasi
Terjadi
perdarahan
intervilus: darah
keluar merah
segar dari vagina
Resiko Infeksi

Solusio plasenta
sedang - berat

Darah
masuk ke
selaput
ketuban :
Keluar
Darah
menembus
selaput
ketuban:
masuk ke
Darah
terekstravasa
si diantara
serabut
uterus

Kelainan letak
plasenta

Laserasi
Perdarahan
terus

Beresiko
melahirkan

Resiko
kekurangan
cairan

Resiko
gangguan
hubungan ibu

Adanya
perdarahan
yang ccukup
Muncul
ketakutan/
kecemasan

Ansietas

Volume cairan
intravaskuler menurun

Eritrosit menurun
Hb menurun <12
PK: Anemia

Mekanisme
hipovolemi: TD,
Nadi menurun

Resiko Syok

Permukaan
uterus
berwarna
biru/ungu
Terasa sangat
tegang dan
nyeri
Nyeri Akut

Tidak mampu melakukan


tugas perawatan dalam
keluarga
Harga Diri
Bedrest dan
pembatasan
aktivitas
Gangguan
manajemen

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Data Subjektif
1. Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
2. Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu
3. Riwayat kesehatan yang lalu
4. Riwayat kehamilan
a) Haid terakhir
b) Keluhan
c) Imunisasi
5. Riwayat keluarga
a) Riwayat penyakit ringan
b) Penyakit berat
c) Keadaan psikososial
d) Dukungan keluarga
e) Pandangan terhadap kehamilan
6. Riwayat persalinan
7. Riwayat menstruasi
a) Haid pertama
b) Sirkulasi haid
c) Lamanya haid
d) Banyaknya darah haid
e) Nyeri
f) Haid terakhir
8. Riwayat perkawinan
a) Status perkawinan
b) Kawin pertama
c) Lama kawin
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
1) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
2) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
3) Laju pertumbuhan rambut berkurang.
a. Wajah
1) Mata : pucat, anemis
2) Hidung
3) Gigi dan mulut
b. Leher
c. Buah dada / payudara

d.

e.
b.
a.

b.

1) Peningkatan pigmentasi areola putting susu


2) Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
1) Volume darah meningkat
2) Peningkatan frekuensi nadi
3) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
4) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
5) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
6) Diafragma meningga.
7) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
Abdomen
Palpasi abdomen :
1) Menentukan letak janin
2) Menentukan tinggi fundus uteri
Vagina
1) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick )
2) Hipertropi epithelium
System musculoskeletal
1) Persendian tulang pinggul yang mengendur
2) Gaya berjalan yang canggung
3) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal

Khusus
a. Tinggi fundus uteri
b. Posisi dan persentasi janin
c. Panggul dan janin lahir
d. Denyut jantung janin
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan inspekulo
b. Pemeriksaan radio isotopic
c. Ultrasonografi
d. Pemeriksaan dalam
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan behubungan dengan adanya perdarahan.
2. Resiko terjadi distress janin behubungan dengan terlepasnya placenta.
3. Risiko shock hipovolemik behubungan dengan adanya perdarahan.
4. Defisit perawatan diri behubungan dengan aktivitas yang terbatas.
5. Ansietas behubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan
yang bermasalah.

F. Rencana Tindakan Keperawatan


1.

Resiko kekurangan volume cairan behubungan dengan adanya

perdarahan.
a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan).
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d. Pantau kadar elektrolit darah.
e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk
dengan banyak minum.
g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
2.

Resiko terjadi distress janin behubungan dengan terlepasnya placenta.


a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin.
c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .

3.

Risiko shock hipovolemik behubungan dengan adanya perdarahan.


a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e. Pantau kadar elektrolit darah.
f. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk
dengan banyak minum.

4.

Defisit perawatan diri behubungan dengan aktivitas yang terbatas.


a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa
melakukan aktivitas yang berlebihan

c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus
bedrest
5.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan

yang bermasalah..
a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan
informasi tentang status janin, mendengar dengan penuh perhatian,
mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang,
hangat dan empati yang tepat.
b. Pertahankan hubungan saling percaya dengan komunikasi terbuka.
Hubungan rasa saling percaya terjalin antara perawat dan klien akan
membuat klien mudah mengungkapkan perasaannya dan mau
bekerja sama.
c. Jelaskan tentang proses perawatan dan prognosa penyakit secara
bertahap. Dengan mengerti tentang proses perawatan dan prognosa
penyakit akan memberikan rasa tenang.
(Hanafiah W. 2011)
G. Daftar Pustaka
Biescher, NA, Mackay, EV. 2013. Obstetrics and the Newborn, an Illustrated
Teexbook (12 nd Ed). Sidney: WB Saunders Comp
Hapsari, A.. 2012. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Hanafiah W. 2011. Ilmu Kebidanan Bagian Ilmu Kebidanan FKUI-RSCM.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Legt, Copper. 2014. Recent Advances in Obstetrics and Gynecology and
Gynecology. London: Churchill Livingstone
Irene M. Boback, ea tl. 2012. Maternity Nursing St Louis Baltimore. Fourth
Edition Mosby

Anda mungkin juga menyukai