1. Pengertian
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
2. Etiologi
terhadap stroke.Faktor risiko ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang
a. Usia
b. Jenis kelamin
memiliki angka resiko yang lebih tinggi dari pada orang kaukasia
2019).
b. Kadar Kolestrol
d. Life style
maupun usia lanjut (Ummaroh, 2019). Salah satu contoh life style
kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah zat
e. Stres
dan pembuluh darah tidak lentur dan tersumbat, maka hal ini
2019).
f. Penyakit Kardiovaskuler
(Darmawan, 2019).
g. Diabetes mellitus
h. Merokok
(Ummaroh, 2019).
i. Alkoholik
2019).
3. Klasifikasi
b. Stroke Hemoragik
gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Goyena &
Fallis, 2019)
4. Manifestasi klinis
a. Kehilangan motorik
b. Kehilangan komunikasi
c. Gangguan persepsi
2016)
3) Defisit intelektual
4) Kehilangan memori/pelupa
5. Patofisiologi
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat (Priadi, 2018).
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan
lambat atau terjadi turbulensi (Adityo, 2016). Thrombus dapat pecah dari
(Darmawan, 2019).
lebih besar daripada area infark itu sendiri edema dapat berkurang dalam
perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Head CT Scan
c. Ultrasonografi Dopller.
1. Farmakologis
dapat dibuktikan
intraarterial.
alteroma.
2. Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
a. Terapi Wicara
b. Fisioterapi
yang lama
sisi sakit\
c. Akupuntur
(Hartini, 2021).
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
jawab pasien.
b. Primer
1) Airway
karena aspirasi).
2) Breathing
3) Circulation
4) Disability
5) Exposure
hipotermi.
c. Sekunder
c. Melakukan anamnesa
obatan.
2. Diagnose keperawatan
neuromuskul
3. Intervensi keperawatan
Gelisah menurun
5. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
membaik
6. Ajarkan Teknik non farmakologis untuk
membaik
Kolaborasi
Tekanan darah
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
membaik
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Tidur 1. Mengetahui peubahan pola aktiftas dan
selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi pola aktifitas pola tidur 2. Mengetahui hambatan dan factor
Keluhan sering 3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan 5. Mendukung / merelasasi sebelum tidur
nonfarmakologi lainnya
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi 1. Untuk mengetahui penyebab dari intoleransi
selama 3 x 24 jam, 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 2. Untuk menghindari dari nyeri pada lokasi
Toleransi aktifitas melakukan aktivitas 3. Lingkungan yang nyaman dan aman dapat
Frekuensi nadi 3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah 4. Untuk menghindari terjadinya perluasan
bagian atas 4. Anjurkan tirah baring toleransi aktivitas dan mencegah keletihan
meningkat Kolaborasi
meningkat
Perasaan lemah
menurun
Tekanan darah
membaik
Frekuensi nadi
membaik
Risiko Setelah dilakukan Pemantauan tekanan interkranial 1. Untuk memantau tekanan darah pasien
serebral selama 3 x 24 jam, 1. Monitor Tekanan Darah 3. Untuk memantau frekuensi napas
efektif Risiko Perfusi serebral 3. Monitor Pernapasan 5. Perubahan kepala pada satu sisi dapat
efektif dengan kriteria 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran menimbulkan penekanan pada vena
menurun 7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan ini bertujuan untuk melihat atau memantau
Tekanan darah
sistolik membaik
Tekanan darah
diastolik membaik
diri selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi jenis bantuan yang di butuhkan 2. meningkat kemampuan pasien dalam
meningkat 5. fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan 5. untuk memudahkan pasien membersihkan
kebersihan diri 7. berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian 6. agar kulit bersih dan lembab
Terapeutik
sesuai kebutuhan
Edukasi
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi 1. Nyeri dapat menyebabkan gangguan dalam
fisik selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya keluhan nyeri atau fisik 2. Mengidentifikasi kemungknan kerusakan
menurun
C. Kajian islami tentang penyakit
“Dia–lah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang
Penyayang. Dial–ah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang
نَُو
ز ن وَ َ ولَ مُ الَموَر ا
َ َِّ ٰو مر مق ال َ وَم ُ و ُ ْ وَرمم اُ ظَ م و َقنوِ َمَو ما ََ َۙن
َ َ ۤ وَ َُما َقمْو م لر ا مقما مق مر ال موق َ ا
َرمر م لَُ م٨
َ
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang
proses penyembuhan.
Dari segi medis, terapi zikir dengan pernafasan yang teratur dapat
marah dan depresi. Terapi zikir untuk penderita stroke harus dilakukan
berdoa. Berikhtiar di sini yaitu berobat ke dokter, minum obat dan mau
Allah), walhamdulillah (dan segala puji bagi Allah), wa laa ilaaha illallah
(dan tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah), wallahu akbar (dan
Allah Mahabesar)”.
Pasien Stroke
akuatik dengan responden pasien stroke usia 40-75 tahun terbukti secara
Practice (MP) dan Mental Practice Mirror Therapy (MPMT) pada pasien
stroke. (TA Caires, et. al., 2019 dalam Azizah and Jenie, 2020)
otot isometrik di tungkai bawah. (Young Lee So, et. al. 2018 dalam
Komlikasi
Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
Infark miokard
Jangka Panjang
Nyeri Akut
Gangguan
pola tidur
Risiko
perfusi
serebral
Intoleransi
aktivitas
Defisit Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Adityo. (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II. Jurnal Medula, 5(2),
114–118. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1520
Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). Stroke Non Hemoragik. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Priadi, S. (2018b). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
perintis padang tahun 2018. 1–104.