Anda di halaman 1dari 19

2.

PENGERTIAN STROKE
1) Stroke adalah gangguan pada fungsi sistem saraf yang dikarenakan adanya gangguan
pada peredaran darah di dalam otak akibat pecahnya pembuluh darah atau karena
tersumbatnya pembuluh darah dalam otak. Otak semestinya mendapatkan pasokan
berupa oksigen dan nutrisi akan mengalami gangguan dikarenakan kekurangan
pasokan oksigen ke otak sehingga terjadi kematian pada sel saraf otak (Pinzon, dkk.
2010)
2) Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis
yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah di bagian dari otak. Stroke
merupakan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak.
3) Stroke adalah kondisi gawat darurat yangperlu ditangani secepatnya, karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan kerusakan pada
jaringan otak (World Health Organization, 2015).
4) Stroke merupakan gangguan yang terjadi pada sistem saraf yang diakibatkan adanya
gangguan pada peredaran darah di otak. Menurut WHO stroke merupakan suatu
gejala-gejala defisit fungsi pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya penyakit
di pembuluh darah di dalam otak (Kemenkes Kesehatan RI, 2017).

3. INSIDEN DAN PREVALENSI STROKE


Stroke sebagai bagian dari penyakit kardioserebrovaskular yang digolongkan ke
dalam penyakit katastropik karena mempunyai dampak luas secara ckonomi dan sosial.
Stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Data
menunjukkan I dari 4 orang mengalami stroke, jangan sampai kita menjadi salah satu di
antaranya. karena sesungguhnya stroke dapat dicegah. Data Riskesdas 2013 prevalensi
stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 per
mil, tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil), terendah di Provinsi Papua
(4,1 per mil). Proporsi faktor risiko perilaku utama yang menjadi tantangan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular pada umumnya di Indonesia
berdasarkan data Riskesdas 2018 adalah:
5) Sekitar 87,9% penduduk usia 23 tahun, sering konsumsi makanan manis*)
6) Sekitar 91,5% penduduk usia 23 tahun, sering konsumsi minuman manis*)
7) Sekitar 72,7% penduduk usia 23 tahun, sering konsumsi makanan asin*)
8) Sekitar 86,7% penduduk usia 23 tahun, sering konsumsi makanan
berlemak/berkolesterol/gorengan*)
9) Sekitar 27,9% penduduk usia 23 tahun, sering konsumsi makanan daging/ayam/ikan
olahan dengan pengawet*) Sekitar 33,5% penduduk usia 210 tahun, kurang aktivitas
fisik
10) Sekitar 95,4% penduduk usia 25 tahun, kurang konsumsi buah/sayur ** )
Menurut Badan Penyclenggara Jaminan Sosial (BPJS) Keschatan tahun 2016 Stroke
menghabiskan biayapelayanan keschatan sebesar 1,43 triliun, tahun 2017 naik
menjadi 2,18 triliun dan tahun 2018 mencapai 2,56 triliun rupiah. Penyakit
kardioserebrovaskuler seperti stroke, penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan
mengubah perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat
dan obesitas,kurang aktivitas fisik dan penggunaan alkohol.
*) yang dimaksud sering konsumsi makanan manis, minuman manis, makanan asin,
makanan berlemak/berkolesterol/gorengan dan makanan daging/ayam/ikan olahan
dengan pengawet adalah 21 kali per hari dan 1-6 kali per minggu.
** ) yang dimaksud kurang konsumsi buah dan sayur per hari dalam seminggu adalah
tidak konsumsi, 1-2 porsi, 3-4 porsi.
Berdasarkan hasil dari data American Heart Association (AHA) pada tahun 2018,
di dapatkan bahwa penyebab kematian (16,8%), Stroke merupakan penyebab yang
utama kecacatan jangka panjang yang serius di USA. Pada tahun 2015, kematian
akibat stroke mencapai 11,8% daro total kematian di seluruh dunia, menjadi stroke
sebagai penyebabkematianglobal, Di Amerika Serikat, stroke merupakan salah satu
penyebab dari 19 kematian dengan waktu setiap 3 menit 45 detik dan stroke penyakit
nomor lima di antara semua penyebab kematian di Amerika Serikat, serta juga
menewaskan 133.000 orang per tahun. Di Amerika serikat, setiap tahunnya yaitu
795.000orang mengalami stroke baru atau berulang, di mana sekitar 610.000
merupakan serangan berulang (American Heart Asociation. 2018).

4. ETIOLOGISTROKE
Terdapat beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke,
faktor risiko ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
a. Faktor keschatan yang meliputi: Hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi,
obesitas, sleep apnea, perah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya,
penyakit jantung: seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan. infeksi jantung,
atau aritmia,
b. Faktor gaya hidup yang meliputi: merokok, kurang olahraga atau aktivitas fisik,
konsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol.
c. Jenis Stroke:
1) Stroke iskemik.
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami penyempitan, schingga menyebabkan aliran darah ke otak
sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat
dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik. Contoh penyebab
stroke Iskemik: Hipertensi, Diabetes mellitus atau kencing manis, stenosis karotis.
hyperhomocystinemia, obesitas, gaya hidup: komsumsi alkohol dan pengguna obat
terlarang, sickle cell diseases.
penyakit jantung: atrial fibrilasi, gangguan katup, gagal jantung, stenosis mitral.

a) Stroke Trombotik: merupakan jenisstroke akibat penyumbatan pada pembuluh


darah yang menuju ke otak akibat adanya thrombus, maupun aterosklerosis yang
mengakibatkan suplai darah, oksigen, dan energi menuju ke otak berkurang atau
terhenti yang dapat menyebabkan kematian jaringan pada otak. (Sutrisno. 2010)
Penyebab stroke trombotik antara lain (Ganong. 2010):
(1) Arterosklerosis merupakan penyumbatan yang disebabkan
penumpukan plak, lemak dan kolesterol di dalam pembuluh darah di
dinding pembuluh darah (endotel).
(2) Trombus, merupakan penyumbatan yang diakibatkan oleh bekuan
darah yang menempel di dinding pembuluh darah.
(3) Embolus, merupakan penyumbatan yang disebabkan oleh benda asing
maupun semacamnya yang tersangkut pada sirkulasi darah khususnya
pembuluh darah di otak.
(4) Obat-obatan, beberapa obat dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah (example: antidepresan, antiparkinson, dekongestan
dil.)
(5) Gaya hidup, seperti merokok dapat menyebabkan elastisitas pembuluh
darah menjadi berkurang
(6) Psikologis, stres dapat menyebabkan sistem peredaran darah di dalam
tubuh menjadi tidak normal yang dapat di tambah olch faktor
penyumbatan darah.
(7) Hipotermia, kedinginan dapat menyebabkan menggigil schingga
merangsang aktivitas otot yang menghasilkan panas tubuh yang
kemudian dapat menyebabkan penyempitan.
b) Stroke Emboli: adalah jenis stroke akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah
otak seperti bekuan lemak, udara dan darah. Trombas yang terlepas dari jantung
dan tersumbat pada sistem arteri disebut emboli (Mutaqqin, 2012)
Penyebab stroke emboli:
1) Katup-katup jantung rusak
2) Fibrilasi atrium, dapat menimbulkan embolusembolus kecil yang terjadi
akibat adanya pengosong ventrikel pada darah yang awalnya terbentuk dari
gumpalan-gumpalan kecil.
3) Endokarditis, terjadi dikarenakan adanya infeksi dari berbagai macam bakteri
atau non bakteri yang menyebabkan terbentuknya suatu gumpalangumpalan
di endocardium.
4) Penyakit jantung tanpa aritmis/thrombus murni (stenosis mitral, miokarditis,
dan sebagainya)
5) Komplikasi pembedahan jantung
2) Stroke hemoragik.
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu olch beberapa kondisi yang
memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi yang tidak
terkendali, melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan dengan pengencer
darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dun
subarachnoid. Contoh penyebab stroke hemoragik yaitu: Hipertensi atau tekanan
darah tinggi, Koagulopati, Penggunaan obat pengencer darah, Vaskulitis. Keganasan
di otak, Malformasi atau gangguan pembuluh darah seperti: aneurisma, angioma
cavernosa.
a) Intracerebral Hemorrhage (ICH): perdarahan intracerebral merupakan perdarahan
yang terjadi pada jaringan otak, akibat robekan pembuluh darah di dalam jaringan
otak. (Mutaqqin. 2012)
b) Penyebab Intracerebral Hemorrhage yaitu hipertensi, trauma kepala akibat
kecelakaan, depresi tulang tengkorak akibat fraktur, cedera penetrasi peluru,
malformasi arteri venosa, aneurisma. Subarachnoid Hemorrhage (SAH) adalah
perdurahan yang terjadi di ruang subarachnoid di antara berada di lapisan
pelindung otak atau meningen, akibat pecahnya atau rusaknya pembuluh darah
(Harsono, 2016).
Penyebab ruptur aneurisme (robekan yang terjadi pada pembuluh darah
abnormal di otak) dan malformasi arteriovenosa (MAV) kondisi adanya
pertumbuhan abnormal pada pembuluh darah di otak.
d. Faktor lainnya yang meliputi:
a) Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
b) Dengan bertambahnya usia, sescorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.

5. PATOFISIOLOGI STROKE
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik).
Otak sangat sensitife terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada bagian
tubuh lain. misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme anacrobik jika
terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang cukup
banyak dibanding organ lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolisme
serebral. Iskemik jangka pendek dapat mengarah kepada penurunan sistem neurologis
sementara. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki olch jaringan otak atau infark dalam hitungan menit. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral
ke arah yang disuplai.
Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen dasar
pasien dan kemampuan mengkompensasi menentukan seberapa cepat perubahan yang
tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat terganggu oleh masalah perfusi
lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi
atau benti jantung. Dalam waktu yang singkat, pasien yang kehilangan kompensasi
autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan neurologis.
Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan olch sumbatan di arteri serebral
atau perdarahan intraserbral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik pada
jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dan karena adanya
pembengkakan di jaringan sekelilingnya.

6. MANIFESTASI KLINIS STROKE


Gejala stroke dapat diingat lebih mudah dengan kata FAST. Masing-masing
terdiri dari singkatan gejalanya:
a) F atau Face (wajah), Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Apakah ada sisi
sebelah wajah yang tertinggal? Apakah wajah atau matanya terlihat jereng atau tidak
simetris? Jika ya, orang tersebut mungkin saja sedang mengalami stroke.
b) A atau Arms (tangan), Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangan.
Apakah ia mengalami kesulitan untuk mengangkatsalah satu atau kedua tangannya?
Apakah salah satu atau kedua tangannya dapat ditekuk?
c) S atau Speech (perkataan). Mintalah orang tersebut untuk berbicara atau mengulangi
suatu kalimat. Apakah bicaranya terdengar tidak jelas atau pelo? Apakah ia kesulitan
atau tidak berbicara? Apakah ia memiliki kesulitan untuk memahami yang Anda
katakana
d) T atau Time (waktu). Jika ia memiliki seluruh gejala yang disebutkan di atas, orang
tersebut mungkin mengalami stroke. Ingat, stroke merupakan keadaan darurat. Anda
harus segera membawa orang tersebut ke rumah sakit. Ingat juga untuk mencatat
kapan orang tersebut mengalami gejalagejala tersebut.
Gejala stroke lainnya antara lain: Pingsan, Kehilangan kesadaran, Kelumpuhan
tiba- tiba wajah, tangan atau kaki. terutama pada sisi sebelah tubuh, Kesulitan melihat
dengan salah satu atau kedua mata, Kesulitan berjalan, Gangguan koordinasi atau
kescimbangan, Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidak mampuan untuk
mengendalikan emosi.

7. GANGGUAN KHUSUS SETELAH STROKE


a. Hamiparesi dan Hemiplegia
Hemiparesis (kelemahan) atau hemiplegia (paralisi) adalah kelemahan dari satu
bagian tubuh bisa terjadi setelah stroke. Penurunan kemampuan ini biasanya
disebabkan olch stroke arteri serebral anterior atau media schingga mengakibatkan
infark pada bagian otak yang mengontrol gerakan saraf motorik dari korteks bagian
depan hemiplegia menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan lidah
juga pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama infark yang terjadi
pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan hemiplegia bagian kiri tubuh atau
sinistra dan sebaliknya karena jaringan saraf berjalan bersilangan dalam jalur piramid
dari otak ke saraf spinal yang menyebabkan atau biasanya mempengaruhi bagian
kortikal lain selain pada saraf motorik sebagai akibat hemiparesis atau hemiplegia
biasanya sering disertai olch manifestasi stroke lainnya seperti kehilangan sensoris
sebagian, kebutaan sebagian, tidak bisa melakukan gerakan tertentu (apraksia), tidak
bisa merasakan atau mengenali sesuatu (agnosia) dan gangguan komunikasi (afasia).
b. Afasia
Afasis adalah penurunan kemampuan berkomunikasi. Afasia bisa melibatkan
beberapa atau seluruh aspek dari komunikasi termasuk berbicara membaca menulis
dan memahami pembicaraan. Pusat primer bahasabiasanya terletak di bagian kiri dan
dipengaruhi olch stroke di bagiun kiri tengah arteri serebral. Beberapa tipe afasia
Afasia wernick (sensory atau penerima) mempengaruhi pemahaman berbicara sebagai
basil dari infark pada lobus temporal pada otak. Afasia Broca (ckspresi dan motorik)
mempengaruhi produksi bicara sebagai hasil dari infark pada lobus frontal pada otak.
Cabang dari Arteri serebral Tengah yang menyuplai kedua area tersebut afasia global
mempengaruhi komprehensi berbicara dan produksi bicara. Afasia Global
mempengaruhi baik komprehensi berbicara dan produksi bicara.

c. Disartria
Disartria adalah kondisi artikulasi yang diucapkan tidak sempurna yang
menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Ini adalah hal yang penting untuk
membedakan antara disartria dan afasia, pasien dengan Disartria paham dengan
bahasa yang diucapkan seseorang tetapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata
dan tidak jelas dalam pengucapannya tidak ada bukti bahwa terdapat gangguan dalam
kemampuan struktur ataupembentukan kalimat pasien dengan disartria dapat
memahami bahasa verbal dan dapat membaca dan menulis (kecuali terdapat
kelumpuhan tangan yang dominan tidak memiliki tangan atau cedera tangan).
d. Disfagia
Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa fungsi dari
saraf kranial (SK). Mulut harus terbuka (SK V), lidah harus tertutup (SK VII) dan
lidah harus bergerak (SK XII), Mulut harus bisa merasakan jumlah dan kualitas
gumpalan makanan yang ditelan (SK V dan SK VII) dan harus bisa mengirimkan
pesan kepusat menelan (SK V dan IX). Selama aktivitas menelan lidah menggerakkan
gumpalan makanan ke arah orofaring faring akan terangkat dan glotis menutup,
Gerakan otot faringal akan mengirim makanan dari faring ke esofagus kemudian
dengan gerakan peristaltik mendorong makanan ke dalam perut. Stroke yang terjadi
di daerah vertebrobasilar mengakibatkan terjadinya disfagia.
e. Apraksia
Apraksia adalah kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik kompleks. Hal ini
bisa berakibat terjadinya stroke di beberapa bagian di otak pasien dengan apraksia
tidak bisa melakukan beberapa keterampilan seperti berpakaian walaupun mereka
tidak lumpuh. Pasien dengan apraksia mungkin bisa merasakan atau
mengonseptualisasikan isi pesan yang dikirim ke otak titik namun, pola atau skema
motorik penting untuk mengantarkan pesan impuls tidak dapat diperbaiki. Olch sebab
itu, akurasi dari "instruksi" dari otak tidak sampai ke bagian tangan dan kaki.
Schingga memiliki rentangdari gangguan yang sangat sederhana sampai yang
kompleks sebagai contoh pasien mungkin memiliki tingkat kesulitan menulis yang
lebih rendah dibandingkan berbicara atau sebaliknya.

f. Perubahan penglihatan
Penglihatan merupakan proses yang kompleks dan dikontrol oleh beberapa bagian
dalam otak. Stroke Pada lobus parietal atau temporal bisa mengganggu jaringan
penglihatan dari saluran optik ke korteks oksipital dan mengganggu ketajaman
penglihatan. Persepsi kedalaman dan penglihatan pada garis horizontal dan vertikal
bisa juga terganggu. Pada pasien dengan hemiplegia dapat menyebabkan masalah
pada penampilan motorik dalam cara berjalan dan berdiri pasien mungkin merasakan
atau tidak merasakan kesulitan dalam hal persepsi tetapi hal tersebut bisa
menyebabkan mercka rentan kecelakaan dan perilaku mereka akan tampak anch.
gangguan penglihatan akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mempelajari
kembali keterampilan motorik

g. Hemianopia Homonimus
Kchilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang Pandang
dari setiap mata jadi pasien hanya bisa melihat setengah dari penglihatan normal
contoh pasien mungkin bisa melihat dengan jelas pada garis tengah pada satu bagian
mata tapi tidak dapat melihat bagian tersebut pada mata yang lain pasien tidak dapat
melihat melewati garis tengah tanpa memutar kepala ke sisi bagian tersebut.

h. Sindrom Horner
Paralisis simpatik ke mata yang menyebabkan tenggelamnya bola mata, ptosis
bagian atas kelopakmata, bagian bawah kelopak mata sedikit terangkat, pupil
mengecil dan air mata berkurang.

i. Agnosia
Gangguan pada kemampuan mengenali benda melalui indra. Tipe yang paling
sering terjadi adalah agnosia pada indra penglihatan dan pendengaran.

j. Negleksi Unilateral
Ketidakmampuan seseorang untuk merespons stimulus pada bagian kontralateral
dari bagian infark serebral.

k. Penurunan Sensorik
Kondisi hemiparesis, parastesia bisa digambarkan sebagai rasa nyeri,
rasaterbakar, yang persisten, perasaan keberatan, kebas, kesemutan dan rasa tertusuk.

l. Perubahan Perilaku
Berbagai macam dari bagian-bagian otak yang membantu kontrol perilaku dan
emosi.
m. Inkontinenzia
kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, schingga pengidap bisa mengeluarkan
urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan, tetapi inkontinenzia urine juga
merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu. (Black,M.Joyce. 2014).

8. KOMPLIKASI STROKE
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar
komplikasi tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul,
antara lain:
a. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di
tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein
thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, schingga
aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko
untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan
obat antikoagulan.
b. Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu
menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel). Dokter
bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan
yang menumpuk tersebut.
c. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE


Diagnosis stroke dilakukan anamnesis, pemeriksaan keadaan umum dan
pemeriksaan neurologis secepat mungkin, untuk segera mendapatkan diagnosis pasti
stroke. Untuk menegakkan diagnosis stroke perlu dilakukan anamnesis (untuk
mendapatkan gejala-gejala klinis akibat stroke), dan pemeriksaun neurologis (untuk
mendapatkan kelainan neurologis akibat stroke).
Gejala-gejala klinis stroke yang sering terjadi, yang perlu ditanyakan, adalah
(salah satu atau bersama-sama); o tiba-tiba perot, kelumpuhan satu sisi anggota gerak.
e) tiba-tiba semutan, gringgingan di muka, satu sisi anggota gerak.
f) tiba-tiba bingung, sulit bicara atau bicaranya sulit dimengerti.
g) tiba-tiba terjadi gangguan penglihatan satu atau ke dua mata
h) tiba-tiba sulit untuk berjalan, sempoyongan, kehilangan keseimbangan
atau koordinasi
i) tiba-tiba nyeri ke pala yang sangat, tanpa diketahui sebab
j) tiba-tiba terjadi penurunan kesadaran atau tidak sadar (koma).

Gejala-gejala klinis tersebut sangat tergantung dari jenis patologis stroke, sisi otak
dan bagian otak yang terganggu, dan bagaimana severitas dari gangguan otak tersebut.
Pola gangguan neurlogis pada penderita stroke akut, sesuai dengan letak lesinya. adalah
sebagai berikut:

k) Lesi di hemisfer kiri (dominan), dengan gejala-gejala; afasi.


hemiparesis kanan, hemiastesia kanan, hemianopsia homonymous
kanan,dan gangguan gerakan bola mata kanan.
l) Lesi di hemisfer kanan (nondominan), dengan gejala-gejala:
hemiparesis kiri, hemiastesia kiri. hemianopsia homonymous kiri, dan
gangguan gerakan bola mata kiri.
m) Lesi di subkortikal atau batang otak, dengan gejala-gejala: hemiplegia
berat dan hemiastesis berat, disartria, termasuk dysarhtria-clumsy
hand, hemiparesis-ataksia, dan tidak ada gangguan kognisi, bahasa
dan penglihatan.
n) Lesi di batang otak, dengan gejala-gejala; tetrapelgia dan tetraastesia
total, crossed signs (signs on same sideof face and other side of body),
dysconjugate gaze, nygstagmus, ataxia, disartria, dan dysphagia.
o) Lesi di serebelum, dengan gejala-gejala ataksia tungkai ipsilateral dan
ataksia gait.

Membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark), dapat
dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan baku
emas). Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan, dapat
dipakai Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan
validitasnya (grade I). ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktusant
serangan, penurunan kesadaran pada waktu saat serangan dan refelks Babinski. Apabila
ada tiga atau dua variabel tersebut. maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan.
Apabila ada nyeri kepala atau penurunan kesadaran pada saat serangan, maka jenis
patologis stroke adalah stroke perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada
ketiga variabel tersebut pada saat serangan. Pemeriksaan CT-Scan adalah mutlak
dilakukan apabila akan dilakukan pengobatan dengan pengobata trombolitik (rtPA
intravenus). Kalau keadaan memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan MRI. Dengan
pemeriksaan MRI dapat dilihat lesi kecil (yang tidak terlihat dengan pemeriksaan CT-
Scan) di kortikal, subkortikal, batang otak dan serebelum. Juga dapat terlihat lesi teritori
vaskuler dan iskemik akut lebih awal. Setelah dilakukan pemeriksaan CT-Scan atm
ASGM. untuk mengetahui severitas stroke dan prognosis stroke dilakukan pemeriksaan
Skala Stroke Gadjah Mada (SSGM), yang diuji reliabilitas dan validitasnya (grade)

Pemeriksaan-pemeriksaan lain:

p) Pemeriksaan jantung Pemeriksaan kardiovaskuler klinis dan


pemeriksaan 12-lead ECG harus dikerjakan pada semua penderita
stroke. Biasanya dilakukan selama 48 jam sejak kejadian stroke,
Kelainan jantung sering terjadi pada penderita stroke dan penderita
dengan kondisi gangguan jantung akut harus segera ditanggulangi.
Sebagai contoh penderita infark miokard akut dapat menyebabkan
stroke. sebaliknya stroke dapat pula menyebabkan infark miokard
akut. Sebagai tambahan, aritmia kordis dapat terjadi pada penderita-
penderita stroke iskemik akut. Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk
terjadi stroke, dapat terdeteksi awal. Monitor jantung sering dilakukan
setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia jantung serius.
q) Pemeriksaan tekanan darah: Pemeriksaan tekanan darah adalah wajib
dilakukan rutin setiap hari, karena hipertensi adalah faktor risiko
utama terjadi stroke.
r) Pemeriksaan paru: Pemeriksaan klinis paru dan foto rontgen toraks
adalah pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan
s) Pemeriksaan laboratorium darah: Beberapa pemeriksaan rutin darah
dikerjakan untuk mengidentifikasi kelainan sistemik yang dapat
menycbabkan terjadi stroke atau untuk melakukan pengobatan
spesifik pada stroke. Pemeriksaan tersebut adalah kadar gula darah,
elektrolit, haemoglobin, angka critosit, angka leukosit, KED, angka
platelet, waktu protrombinactivated partial thrombopalstin time,
fungsi hepar dan fungsi ginjal. Pemeriksaan analisis gas darah
dilakukan apabila dicurigai ada hipoksia. Pemeriksaan cairan otak
dilakukan apabila dicurigai stroke perdarahan subarakhnoid dan pada
pemeriksaan CT-Scan tidak terlihat ada perdarahan subarakhnoid.
Pada penderita tertentu dilakukan pemeriksaan tambahan, sebagai
berikut; protein C, cardiolipin antibodies, homocystein dan
vasculitisscreening (ANA, lupus AC).
t) Pemeriksaan EEG: Pemeriksaan EEG dilakukan apabila terjadi
kejang, dan kejang pada penderita stroke adalah kontraindikasi
pemberian ItPA o Vascular imaging: Doppler-and
duplexsonographyof extracranial and intracranial arteries digunakan
untuk mengidentifikasi oklusi atau stenosis arteria. Juga dipakai untuk
monitor efek pengobatan thrombolitik dan dapat menolong
menentukan prognosis, Kalau memungkinkan dapat juga dilakukan
pemeriksaan magnetic resonance angiography dan CT angiography
untuk memeriksa oklusi atau stenosis arteria, Untuk memonitor
kardioemboli dilakukan pemeriksaan transthoracic and
transoesophageal echocardiogramhry. Biasanya dilakukan setelah 24
jam serangan stroke. Semua pemeriksaan klinis, pemeriksaan
radiologis dan pemeriksaan laboratorium darah direkomendasi olch
European Stroke Initiative (EUSI). Recommendations 20033 dan
Guidelines for Early Management of Patient With Ischemic Stroke. A
Scientific Statement From the Stroke Council of the American Stroke
Association, 2003. (grade I)"

10. PENDIDIKAN KESEHATAN STROKE


Keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan keberhasilan terapi penyakit yang
menyertai stroke baik sebelum stroke atau sudah terjadi stroke. Hal ini tentu pula
diagnosis penyakitpenyakit yang menyertai stroke harus ditegakkan dengan betul dan
benar. Sesuni dengan sifat serangan stroke, yang terjadi sangat akut, memerlukan
tindakan terapi yang juga sangat cepat, untuk menghindari cacat permanen akibat stroke,
diperlukan pula penegakan diagnosis stroke dengan cepat pula. Paradigma baru untuk
menentukan pengambilan keputusan klinis (contoh: menegakkan diagnosis, terapi)
haruslah sesuai dengan Evidencebased Medicine and Nursing. Terapi suatu penyakit
sangat tergantung dengan diagnosis penyakit tersebut, tidak terkecuali stroke. Terapi
stroke juga sangat tergantung dari patologis stroke. Sampai saat ini gold standard
patologis stroke ditegakkan dengan pemeriksaan CT-Scan (Computerized Tomodraphy
Scan) atau dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Upaya yang telah dilakukan Kementerian Keschatan dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit kardioserebrovaskular di antaranya adalah yang pertama upaya
promotif-dengan mengampanyckan perilaku CERDIK, yaitu
u) (C) Cek keschatan secara berkala.
v) (E) Enyahkan asap rokok.
w) (R) Rajin beraktivitas fisik.
x) (D) Diet sehat dengan kalori seimbang.
y) (1) Istirahat cukup dan
z) (K) Kelola stress
- Upaya ke dua adalah upaya preventif dengan mendorong masyarakat untuk
meningkatkan kewaspadaan diri-melalui pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan
kolesterol secara rutin atau minimal I kali dalam setahun di Posbindu PTM atau
Fasilitas Pelayanan Keschatan bagi yang belum mempunyai faktor risiko PTM, tetapi
yang sudah mempunyai faktor risiko PTM diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala 1 bulan sekali: Upaya yang ketiga upaya kuratif dengan
penguatan pelayanan keschatan
- Upaya yang keempat rehabilitatie untuk mencegah disabilitas atau serangan ulang.

Kementerian Keschatan berharap, semoga kita semua dapat menjadi agen


perubahan dalam perilaku hidup sehat, terutama dalam pencegahan dan pengendalian
faktor risiko penyakit tidak menular, schingga masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang schat dan berkualitas.

11. PENATALAKSANAAN
a. Stroke Trombotik dan stroke embolik
Penatalaksanaan Stroke Trombotik dan stroke embolik antara lain (Harsono, 2016
& PERDOSSI, 2016).
a) Penatalaksanaan Keperawatan
 Bedrest total dengan posisi kepala head up 15?-30?
 Berikan terapi oksigen 2-3 L/menit dengan naal kanul Pasang infus IV sesuai
kebutuhan
 Monitor ketat kelainan-kelainan neurologis yang timbul
 Berikan posisi miring kanan dan kiri per 2 jam dan observasi pasca
pemberian posisi
b) Penatalaksanaan Medis
 Pemberian alteplase dengan dosis 0.6-0.9 mg/kkBB dengan onset <6
jamebagai trombolisis intravena Trombektomi mekanik dengan oklusi karotis
interna atau pembuluh darah intracranial dengan onset <8 jam sebagai terapi
endovascular
 Pemberian obat-obatan seperti nicardipin. ACE inhibitor, Beta Bloker,
Diuretik, calcium antagonist sebagai manajemen hipertensi.
 Pemberian obat-obatan seperti anti diabetic oral maupun insulin sebagai
manajemen gula darah. Pemberia obat-obatan antikuagulan seperti
dabigatran, warfarin dil.
 Pemberian obat-obatan neuroprotektor seperti citicholin, piracetan,
pentoxyfiline, dil. Intracerebral Hemorrhage (ICH):

b. Intracerebral Hemorrhage (ICH)


Penatalaksanaan Intracerebral Hemorrhage (ICH) (PERDOSSI.2011;
Satyanegara.2013)
a) Penatalaksanaan Keperawatan
 Bedrest total dengan posisi kepala head up 150-30"
 Berikan terapi oksigen 2-3L/menit dengan nasal kanul
 Pasang infus IV sesuai kebutuhan
 Monitor ketat kelainan-kelainan neurologis yang timbul
 Melakukan kontrol dan monitor tekanan darah agar dapat mencegah risiko
perdarahan ulang
b) Penatalaksanaan Medis
 Antifibrilotik untuk mencegah perdarahan ulang seperti asam tranexamat
dengan dosis 250-500mg dua kali per hari melalui IV
 Diuretik/anti edema, yang diberikan berupa Manitol 20% untuk mengurangi
TIK (0,25-2g/kgBB selama 30-60. IV) menit dan furoemide untuk
mengurangi cairanberlebih di tubuh dan menurunkan tekanan darah dengan
dosis 20-40 mg melalui IV
 Nimodipine, untuk memperbaiki defisit neurologis akibat vasospasme,
Dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke -3 atau secara oral 60 mg/6 jam
selama 21 hari
 Antikonvulsan, yaitu feniton untuk mengatasi kejang dengan dosis 15-20
mg/kgBB/hari
 Tindakan operasi yang dapat dilakukan untuk mengetahui ICH yaitu tindakan
kraniotomi berupa Colling/Wrapping Aneurisma dan Clipping Aneurima,
untuk mengurangi perdarahan berulang.
 Terapi tambahan diberikan haloperidol (dosis110mg/6jam melalui IM), jika
paien sangat gelisah.

c. Subarachnoid Hemorrhage (SAH)


Penatalaksanaan Subarachnoid Hemorrhage (ICH) (PERDOSSI.2011;
Satyanegara.2013)
a) Penatalaksanaan Keperawatan
 Bedrest total dengan posisi kepala head up 15?-30
 Berikan terapi oksigen 2-3L/menit dengan nasal kanul
 Pasang infus IV sesuai kebutuhan
 Monitor ketat kelainan-kelainan neurologis yang timbul
 Melakukan kontrol dan monitor tekanan darah agar dapat mencegah risiko
perdarahan ulang
b) Penatalaksanaan Medis
 Antifibrilotik untuk mencegah perdarahan ulang seperti asam tranexamat
dengan dosis 250-500mg dua kali per hari melalui IV
 Diuretik/anti edema, yang diberikan berupa Manitol 20% untuk mengurangi
TIK (0,25-2g/kgBB selama 30-60, IV) menit dan furoemide untuk
mengurangi cairan berlebih di tubuh dan menurunkan tekanan darah dengan
dosis 20-40 mg melalui IV
 Nimodipine, untuk memperbaiki defisit neurologis akibat vasospasme.
Dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke -3 atau secara oral 60 mg/6 jam
selama 21 hari Antikonvulsan, yaitu feniton untuk mengatasi kejang dengan
dosis 15-20 mg/kgBB/hari
 Tindakan operasi yangdapat dilakukan untuk mengetahui SAH yaitu tindakan
kraniotomi berupa Coiling/Wrapping Aneurisma dan Clipping Aneurima,
untukmengurangi perdarahan berulang.
 Terapi tambahan untuk pasien gelisah diberikan haloperidol
(dosis1-10mg/6jam melalui IM).

12. ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan, Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap iniakan menentukan
diagnosis keperawatan (Nikmatul & Saiful, 2016).
- Anamnese: anamnese adalah komunikasi secara langsung dengan pasien
(autoanamnesis) maupun tidak langsung (alloanamnesis) dengan keluarganya
untuk menggali informasi tentang status keschatan pasien. Anamnesis dilakukan
dengan meliputi: identitaspasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga. Perhatikan anamnesis
keluhan utama
a) Penurunan Kesadaran
1) Kapan terjadinya?
2) Lamanya penurunan kesadaran?
3) Bisa di bangunkan atau tidak?
4) Melakukan aktivitas atau tidak?
b) Kelemahan Motorik
1) Kapan terjadinya ?
2) Melakukan aktivitas atau tidak?
3) Mulai kapan?
c) Muntah
1) Frekuensinya?
2) Sifat muntah?
3) Langsung atau ada mual terlebih dahulu?
4) Jenis dan warna muntah?
5) Bila berubah posisi dari berbaring ke duduk?
d) Kejang
1) Frekuensi dan kejang?
2) Sesudah kejang?
3) Sadar atau tidak sadar?
4) Kapan terjadi?
5) Riwayat kejang?
6) Sifat kejang (klonik atau tonik)?
e) Nyeri kepala
f) Afasia
g) Riwayat penyakit sekarang
h) Riwayat penyakit dahulu (stroke sebelumnya. hipertensi, DM, jantung, ginjal,
trauma kepala)
i) Riwayat penyakit keluarga (hipertensi, jantung, DM)

- Pengkajian Fisik
a) Status Neurologis
Keterangan pengisian
b) Nervus Cranialis
- Pemeriksaan Penunjang

b. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
3) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
4) Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stres psikologis.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
6) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
perseptual kognitif.
7) Risiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler/perseptual.
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
Keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat

c. Intervensi Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral
Kriteria Hasil: tingkat kesadaran membaik, tandatanda vital stabil tidak ada tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
a) Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
b) Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah. Rasional: autoregulasi
mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
c) Pertahankan keadaan tirah baring.
d) Rasional: aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra
Kranial (TIK).
e) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
(netral). Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkandrainase
dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
f) Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya
dapat mencegah pembekuan.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.


Kriteria Hasil: mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan
dan fungsi bagian tubuh yang terkena. mendemonstrasikan perilaku yang
memungkinkan aktivitas.
a) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas Rasional: mengidentifikasi
kelemahan/kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan.
b) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) Rasional: menurunkan
risiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
c) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ckstremitas Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi.
membantu mencegah kontraktur.
d) Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
e) Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi
lebih terganggu.Konsultasikan dengan ahli fisioterapistara aktif. latihan
resistif, dan ambulasi pasien. Rasional program khusus dapat dikembangkan
untuk menemukan kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut
dalam keseimbangan, koordinasi. dan kekuatan.

3) Kerusakan Komunikasi Verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuscular


a) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi. Rasional: Perubahan
dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari derajat gangguan
serebral.
b) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana. Rasional: melakukan
penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik.
c) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik.
d) Ajarkan klien teknik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat). Rasional:
bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang
dimaksud.
e) Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara. Rasional: untuk
mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.

4) Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stres psikologis.


Kriteria Hasil: tingkat kesadaran dan fungsi perseptual, mengakui perubahan
dalam kemampuan.
a) Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, rasa
persendian. Rasional: penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan
perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.
b) Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh. Rasional: adanya
agnosia (kchilanganpemahaman terhadap pendengaran, penglihatan, atau
sensasiyang lain)
c) Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu benda
untuk menyentuh dan meruba. Rasional: membantu melatih kembali jaras
sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan interpretasi stimulasi.
d) Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi
bagian tubuh tertentu.
Rasional: penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam
mengintegrasikan kembali sisi yang sakit.
e) Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang
pendek.
Rasional: pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian
atau masalah pemahaman.

5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan


kekuatan dan ketahanan. kehilangan kontrol/koordinasi otot
Kriteria hasil: klien bersih dan klien dapat melakukan kegiatan personal
higiene secara minimal.
a) Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan diri.
Rasional: Jika klien tidak mampu perawatan diri perawat dan keluarga
membantu dalam perawatan diri
b) Bantu klien dalam personal higiene.
Rasional: Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi rasa nyamanpadaklien
c) Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien setiap hari.
Rasional: Memberi kesan yang indah dan klien tetap terlihat rapi.
d) Libatkan keluarga dalam melakukan personal higiene. Rasional: dukungan
keluarga sangat dibutuhkan dalam program peningkatan aktivitas klien.
e) Konsultasikan dengan ahli fisioterapiahli terapi okupasi.
Rasional: memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan
rencana terapi diagnosis keperawatan keenam.
6) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
perseptual kognitif.
Kriteria Hasil: berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang terjadi, mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam
situasi.
a) Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuannya.
Rasional: penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam
mengembankan perencanaan asuhan/pilihan intervensi.
b) Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik. Rasional:
membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian
kehidupan.
c) Berikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan
minat/partisipasi dalam kegiatan rehabilitasi.
Rasional: mengisyaratkan kemampuan adaptasi untuk mengubah dan
memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.
d) Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya sendiri.
Rasional: membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggaan
diri dan meningkatkan proses rehabilitasi.
e) Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/atau konseling sesuai kebutuhan.
Rasional: dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu
untuk perasaan/merasa menjadi orang yang produktif.

7) Risiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan


neuromuskuler/perseptual.
Kriteria Hasil: mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi
individual dengan aspirasi tercegah. mempertahankan berat badan yang
diinginkan.
a) Tinjau ulang patologikemampuan menclan pasien secara individual. Rasional:
intervensi nutrisi/pilihan rute makan ditentukan oich faktor-faktorini.
b) Letakkan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan Rasional:
menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan menurunkan
risiko terjadinya aspirasi.
c) Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan.
Rasional: menguatkan otot fasiel dan otot menelan dan menurunkan risiko
terjadinya aspirasi.
d) Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.
e) Rasional: meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan
perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan
f) Berikan cairan melalui intra vena dan/atau makanan melalui selang. Rasional:
memberikan cairun pengganti dan juga makanan jika pasien tidak mampu
untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

8) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan


Keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi,kurang mengingat
Kriteria Hasil: berpartisipasi dalam proses belajar
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien.
b) Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor penyebab, serta perawatan.
c) Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik dan
meningkatkan pengetahuan keluarga klien.
d) Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan hal-halyang
belum jelas.
Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan anaknya.
e) Beri feed back atau umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oich
keluarga atau klien.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau
keluarga.
f) Sarankan pasien menurunkan/membatasi stimulasi lingkungan terutama
selama kegiatan berpikir Rasional: stimulasi yang beragam dapat
memperbesar gangguan proses berpikir.

Anda mungkin juga menyukai