PENGERTIAN STROKE
1) Stroke adalah gangguan pada fungsi sistem saraf yang dikarenakan adanya gangguan
pada peredaran darah di dalam otak akibat pecahnya pembuluh darah atau karena
tersumbatnya pembuluh darah dalam otak. Otak semestinya mendapatkan pasokan
berupa oksigen dan nutrisi akan mengalami gangguan dikarenakan kekurangan
pasokan oksigen ke otak sehingga terjadi kematian pada sel saraf otak (Pinzon, dkk.
2010)
2) Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis
yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah di bagian dari otak. Stroke
merupakan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak.
3) Stroke adalah kondisi gawat darurat yangperlu ditangani secepatnya, karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan kerusakan pada
jaringan otak (World Health Organization, 2015).
4) Stroke merupakan gangguan yang terjadi pada sistem saraf yang diakibatkan adanya
gangguan pada peredaran darah di otak. Menurut WHO stroke merupakan suatu
gejala-gejala defisit fungsi pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya penyakit
di pembuluh darah di dalam otak (Kemenkes Kesehatan RI, 2017).
4. ETIOLOGISTROKE
Terdapat beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke,
faktor risiko ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
a. Faktor keschatan yang meliputi: Hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi,
obesitas, sleep apnea, perah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya,
penyakit jantung: seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan. infeksi jantung,
atau aritmia,
b. Faktor gaya hidup yang meliputi: merokok, kurang olahraga atau aktivitas fisik,
konsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol.
c. Jenis Stroke:
1) Stroke iskemik.
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami penyempitan, schingga menyebabkan aliran darah ke otak
sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat
dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik. Contoh penyebab
stroke Iskemik: Hipertensi, Diabetes mellitus atau kencing manis, stenosis karotis.
hyperhomocystinemia, obesitas, gaya hidup: komsumsi alkohol dan pengguna obat
terlarang, sickle cell diseases.
penyakit jantung: atrial fibrilasi, gangguan katup, gagal jantung, stenosis mitral.
5. PATOFISIOLOGI STROKE
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik).
Otak sangat sensitife terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada bagian
tubuh lain. misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme anacrobik jika
terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang cukup
banyak dibanding organ lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolisme
serebral. Iskemik jangka pendek dapat mengarah kepada penurunan sistem neurologis
sementara. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki olch jaringan otak atau infark dalam hitungan menit. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral
ke arah yang disuplai.
Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen dasar
pasien dan kemampuan mengkompensasi menentukan seberapa cepat perubahan yang
tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat terganggu oleh masalah perfusi
lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi
atau benti jantung. Dalam waktu yang singkat, pasien yang kehilangan kompensasi
autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan neurologis.
Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan olch sumbatan di arteri serebral
atau perdarahan intraserbral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik pada
jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dan karena adanya
pembengkakan di jaringan sekelilingnya.
c. Disartria
Disartria adalah kondisi artikulasi yang diucapkan tidak sempurna yang
menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Ini adalah hal yang penting untuk
membedakan antara disartria dan afasia, pasien dengan Disartria paham dengan
bahasa yang diucapkan seseorang tetapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata
dan tidak jelas dalam pengucapannya tidak ada bukti bahwa terdapat gangguan dalam
kemampuan struktur ataupembentukan kalimat pasien dengan disartria dapat
memahami bahasa verbal dan dapat membaca dan menulis (kecuali terdapat
kelumpuhan tangan yang dominan tidak memiliki tangan atau cedera tangan).
d. Disfagia
Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa fungsi dari
saraf kranial (SK). Mulut harus terbuka (SK V), lidah harus tertutup (SK VII) dan
lidah harus bergerak (SK XII), Mulut harus bisa merasakan jumlah dan kualitas
gumpalan makanan yang ditelan (SK V dan SK VII) dan harus bisa mengirimkan
pesan kepusat menelan (SK V dan IX). Selama aktivitas menelan lidah menggerakkan
gumpalan makanan ke arah orofaring faring akan terangkat dan glotis menutup,
Gerakan otot faringal akan mengirim makanan dari faring ke esofagus kemudian
dengan gerakan peristaltik mendorong makanan ke dalam perut. Stroke yang terjadi
di daerah vertebrobasilar mengakibatkan terjadinya disfagia.
e. Apraksia
Apraksia adalah kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik kompleks. Hal ini
bisa berakibat terjadinya stroke di beberapa bagian di otak pasien dengan apraksia
tidak bisa melakukan beberapa keterampilan seperti berpakaian walaupun mereka
tidak lumpuh. Pasien dengan apraksia mungkin bisa merasakan atau
mengonseptualisasikan isi pesan yang dikirim ke otak titik namun, pola atau skema
motorik penting untuk mengantarkan pesan impuls tidak dapat diperbaiki. Olch sebab
itu, akurasi dari "instruksi" dari otak tidak sampai ke bagian tangan dan kaki.
Schingga memiliki rentangdari gangguan yang sangat sederhana sampai yang
kompleks sebagai contoh pasien mungkin memiliki tingkat kesulitan menulis yang
lebih rendah dibandingkan berbicara atau sebaliknya.
f. Perubahan penglihatan
Penglihatan merupakan proses yang kompleks dan dikontrol oleh beberapa bagian
dalam otak. Stroke Pada lobus parietal atau temporal bisa mengganggu jaringan
penglihatan dari saluran optik ke korteks oksipital dan mengganggu ketajaman
penglihatan. Persepsi kedalaman dan penglihatan pada garis horizontal dan vertikal
bisa juga terganggu. Pada pasien dengan hemiplegia dapat menyebabkan masalah
pada penampilan motorik dalam cara berjalan dan berdiri pasien mungkin merasakan
atau tidak merasakan kesulitan dalam hal persepsi tetapi hal tersebut bisa
menyebabkan mercka rentan kecelakaan dan perilaku mereka akan tampak anch.
gangguan penglihatan akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mempelajari
kembali keterampilan motorik
g. Hemianopia Homonimus
Kchilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang Pandang
dari setiap mata jadi pasien hanya bisa melihat setengah dari penglihatan normal
contoh pasien mungkin bisa melihat dengan jelas pada garis tengah pada satu bagian
mata tapi tidak dapat melihat bagian tersebut pada mata yang lain pasien tidak dapat
melihat melewati garis tengah tanpa memutar kepala ke sisi bagian tersebut.
h. Sindrom Horner
Paralisis simpatik ke mata yang menyebabkan tenggelamnya bola mata, ptosis
bagian atas kelopakmata, bagian bawah kelopak mata sedikit terangkat, pupil
mengecil dan air mata berkurang.
i. Agnosia
Gangguan pada kemampuan mengenali benda melalui indra. Tipe yang paling
sering terjadi adalah agnosia pada indra penglihatan dan pendengaran.
j. Negleksi Unilateral
Ketidakmampuan seseorang untuk merespons stimulus pada bagian kontralateral
dari bagian infark serebral.
k. Penurunan Sensorik
Kondisi hemiparesis, parastesia bisa digambarkan sebagai rasa nyeri,
rasaterbakar, yang persisten, perasaan keberatan, kebas, kesemutan dan rasa tertusuk.
l. Perubahan Perilaku
Berbagai macam dari bagian-bagian otak yang membantu kontrol perilaku dan
emosi.
m. Inkontinenzia
kondisi hilangnya kontrol kandung kemih, schingga pengidap bisa mengeluarkan
urine tanpa disadari. Bukan hanya memalukan, tetapi inkontinenzia urine juga
merupakan tanda kondisi kesehatan tertentu. (Black,M.Joyce. 2014).
8. KOMPLIKASI STROKE
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar
komplikasi tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul,
antara lain:
a. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di
tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein
thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, schingga
aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko
untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan
obat antikoagulan.
b. Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu
menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel). Dokter
bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan
yang menumpuk tersebut.
c. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi.
Gejala-gejala klinis tersebut sangat tergantung dari jenis patologis stroke, sisi otak
dan bagian otak yang terganggu, dan bagaimana severitas dari gangguan otak tersebut.
Pola gangguan neurlogis pada penderita stroke akut, sesuai dengan letak lesinya. adalah
sebagai berikut:
Membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark), dapat
dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan baku
emas). Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan, dapat
dipakai Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan
validitasnya (grade I). ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktusant
serangan, penurunan kesadaran pada waktu saat serangan dan refelks Babinski. Apabila
ada tiga atau dua variabel tersebut. maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan.
Apabila ada nyeri kepala atau penurunan kesadaran pada saat serangan, maka jenis
patologis stroke adalah stroke perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada
ketiga variabel tersebut pada saat serangan. Pemeriksaan CT-Scan adalah mutlak
dilakukan apabila akan dilakukan pengobatan dengan pengobata trombolitik (rtPA
intravenus). Kalau keadaan memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan MRI. Dengan
pemeriksaan MRI dapat dilihat lesi kecil (yang tidak terlihat dengan pemeriksaan CT-
Scan) di kortikal, subkortikal, batang otak dan serebelum. Juga dapat terlihat lesi teritori
vaskuler dan iskemik akut lebih awal. Setelah dilakukan pemeriksaan CT-Scan atm
ASGM. untuk mengetahui severitas stroke dan prognosis stroke dilakukan pemeriksaan
Skala Stroke Gadjah Mada (SSGM), yang diuji reliabilitas dan validitasnya (grade)
Pemeriksaan-pemeriksaan lain:
11. PENATALAKSANAAN
a. Stroke Trombotik dan stroke embolik
Penatalaksanaan Stroke Trombotik dan stroke embolik antara lain (Harsono, 2016
& PERDOSSI, 2016).
a) Penatalaksanaan Keperawatan
Bedrest total dengan posisi kepala head up 15?-30?
Berikan terapi oksigen 2-3 L/menit dengan naal kanul Pasang infus IV sesuai
kebutuhan
Monitor ketat kelainan-kelainan neurologis yang timbul
Berikan posisi miring kanan dan kiri per 2 jam dan observasi pasca
pemberian posisi
b) Penatalaksanaan Medis
Pemberian alteplase dengan dosis 0.6-0.9 mg/kkBB dengan onset <6
jamebagai trombolisis intravena Trombektomi mekanik dengan oklusi karotis
interna atau pembuluh darah intracranial dengan onset <8 jam sebagai terapi
endovascular
Pemberian obat-obatan seperti nicardipin. ACE inhibitor, Beta Bloker,
Diuretik, calcium antagonist sebagai manajemen hipertensi.
Pemberian obat-obatan seperti anti diabetic oral maupun insulin sebagai
manajemen gula darah. Pemberia obat-obatan antikuagulan seperti
dabigatran, warfarin dil.
Pemberian obat-obatan neuroprotektor seperti citicholin, piracetan,
pentoxyfiline, dil. Intracerebral Hemorrhage (ICH):
- Pengkajian Fisik
a) Status Neurologis
Keterangan pengisian
b) Nervus Cranialis
- Pemeriksaan Penunjang
b. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
3) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
4) Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stres psikologis.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
6) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
perseptual kognitif.
7) Risiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler/perseptual.
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
Keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat
c. Intervensi Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral
Kriteria Hasil: tingkat kesadaran membaik, tandatanda vital stabil tidak ada tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
a) Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
b) Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah. Rasional: autoregulasi
mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
c) Pertahankan keadaan tirah baring.
d) Rasional: aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra
Kranial (TIK).
e) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
(netral). Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkandrainase
dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
f) Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya
dapat mencegah pembekuan.