• Terdiagnosis : 1.236.825
Penderita • Diagnosis + gejala : 2.136.825
stroke
• Prevalensi tertinggi Sulut (10,8%)
Bagi peneliti
Manfaat yang dapat diperoleh oleh peneliti adalah salah
satu syarat mendapatkan gelar S1 Kedokteran dan dapat
mengetahui hubungan glukosa darah sewaktu dengan derajat
keparahan dan luaran pada penderita stroke iskemik.
Bagi masyarakat
Manfaat yang dapat diperoleh masyarakat secara tidak
langsung mengetahui bagaimana pengaruh kadar glukosa
darah sewaktu terhadap derajat keparahan dan luaran stroke
iskemik agar terciptanya prilaku preventif untuk menjaga kadar
glukosa .
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Stroke
Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adannya gangguan fungsi
neurologis selebral fokal atau global yang berkembang secara cepat dan
berlangsung selama minimal 24 jam, menyebabkan kematian dan hanya
disebabkan oleh kelaianan vaskular (Eleftheriou, 2012).
Penurunan kesadaran
Ganggan bahasa
Pengendalian glukosa dalam tubuh dikendalikan oleh otak dan perifer yang saling
bekerjasama
Pemeriksaan glukosa penting untuk diagnosis dan manajemen dari berbagai
penyakit yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat.
Sampel pemeriksaan standar yang digunakan pemeriksaan adalah plasma vena,
selain itu dapat melalui kapiler darah, sampel cairan serebrospinal, caira pelura &
urin.
Pemeriksaan glukosa puasa
• Setelah puasa minimal 8 jam
• Nilai normal pemeriksaan ini adalah <110 mg/dL sedang adalah 110-125
mg/dL, dan nilai <126mg/dL dinyatakan hiperglikemia
Hormon
stress : Kadar gula dalam
Kortisol & darah naik
Katekolamin
2.1.3 Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dibawah
40mg/dL.
Terjadi akibat ketidakseimbangan pemakaian glukosa dan
produksi laju penggunaan glukosa > pembentukan glukosa
Keadaan yang dapat memicu : puasa, penggunaan obat,
hiperinsulin, autoimun, penyakit hepar, dan gagal jantung
Stroke Iskemik
Keterangan :
N = Besar sampel
Zα = Deviat baku alfa
Zβ = Deviat baku beta
P = Proporsi total
Q =1–P
P1 = Proporsi efek pada kelompok dengan faktor resiko
P2 = Proporsi efek pada kelompok tanpa faktor resiko
P1 – P2 = Selisih proporsioal minimal yang bermakna
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1- P
Zα = 1,96 Q1 = 1 – P1
Zβ = 0,84 = 1 – 0,809
P1 = 0,809 = 0, 191
RR = P1/P2 P = (P1 + P2)/2
1,91 = 0,809 =(0,809+ 0,424)/2
P2 = 0,809:1,91 = 0,617
P2 = 0,424 Q =1–P
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,617
= 1 – 0,424 = 0,383
= 0,576 2
𝑍𝑎 2𝑃𝑄+𝑍𝛽 𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
N = 𝑃1−𝑃2
2
1,96 2(0,617)(0,383)+0,84 (0,809)(0,191)+(0,424)(0,567)
= 0,809−0,424
2
1,96 2(0,617)(0,383)+0,84 (0,809)(0,191)+(0,424)(0,567)
= 0,809−0,424
RP = a / (a+b) : c / (c+d)
Berhubungan jika nilai rasio prevalensi >1 dan niai P < 0,005 dan nilai
interval kepercayaan tidak mencakup angka 1.
3.10 Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti akan berusaha memperhatikan hak-hak subyek
penelitian yang meliputi :
1. Anonimity (tanpa nama).
Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak mencantumkan nama
responden.
2. Confidentially.
Peneliti akan menjamin rahasia responden sebagai subyek penelitian.