Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH INTEGUMEN

DISUSUN OLEH:

1. Andi ikmal abdullah


2. Dian alvionita
3. Magfirah aslam
4. Utari Wijaya
D.III FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR2017/2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang Luka bakar. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas pelajaran Anatomi, guna mendapatkan nilai tugas harian. Adapun isi makalah
ini disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi
acuan dalam penyusunan tugas.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam proses
kegiatan belajar Anatomi dan sumber pengetahuan kepada pembaca dan mendapat ridho dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Saya selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman- teman, Bapak Pembimbing yang sangat kami
harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk
penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun
tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram
panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ). Dengan
memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada
saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka
tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya
gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi,
mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan,
mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat trauma listrik,
misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan
menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan
prinsip utama dari penanganan trauma termal ( American College of Surgeon
Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah organ kompleks yang memberikan
pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu
dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal
yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah
( Horne dan Swearingen, 2000 ).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Patofisiologi Luka Bakar ?
2. Apa Dampak Luka Bakar ?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk:

1. Untuk Mengenal Patofisiologi luka bakar


2. Untuk memahami apa itu luka bakar
3. Untuk mengetahui gejala dan penyebab luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan
organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi
(Moenadjat, 2003).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar
akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).

KLASIFIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

1. Berdasarkan penyebab:

a. Luka bakar karena api


b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:

a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta
hiperemis.

Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat
pertama akan sembuh tanpa bekas.

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa


reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri
karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:

1) Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,


apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.

2) Derajat II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti


folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih


dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada
lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar ringan/ minor

1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa


2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.

b. Luka bakar sedang (moderate burn)

1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar


derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar berat (major burn)


1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

ANATOMI FISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi
utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan,
pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan
demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan.

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang
terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

1. Lapisan epidermis, terdiri atas:

a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati
dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier
terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling
tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal
(banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian
basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk.

2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:

a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)

Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas
yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.

b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).

Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.

Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.

3. Jaringan subkutan atau hipodermis

Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Kelenjar Pada Kulit

Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh.
Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit.
Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia
mayora.
PATOFISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar
56.10C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang
disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler
ke dalam ruanga interstisial.

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi
dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.

Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka
bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.

Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh
jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal
dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah
pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga
timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang
abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai
sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
Kedalaman Dan
Bagian Kulit Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Gejala
Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar

Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan


(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat (supersensivit ketika ditekan waktu satu
matahari, terkena as), rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
api dengan mereda jika tanpa edema pengelupasan
intensitas rendah didinginkan kulit

Derajat Dua Epidermis dan Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan


(Partial- bagian dermis hiperestesia, luka berbintik- dalam waktu 2-
Thickness): tersira sensitif bintik merah, 3 minggu,
m air mendidih, terhadap epidermis pembentukan
terbakar oleh udara yang retak, parut dan
nyala api dingin permukaan luka depigmentasi,
basah, terdapat infeksi dapat
edema mengubahnya
menjadi
derajat-tiga

Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan


Thickness): terbak keseluruhan nyeri, syok, bakar berwarna eskar,
ar nyala api, dermis dan hematuria putih seperti diperlukan
terkena cairan kadang- (adanya darah bahan kulit atau pencangkokan,
dalam urin) dan
mendidih dalam kadang gosong, kulit pembentukan
kemungkinan
waktu yang lama, jaringan retak dengan parut dan
pula hemolisis
tersengat arus subkutan (destruksi sel
bagian lemak hilangnya
listrik darah merah), yang tampak, kontur serta
kemungkinan terdapat edema fungsi kulit,
terdapat luka hilangnya jari
masukdan tangan atau
keluar(pada ekstrenitas
luka bakar dapat terjadi
listrik)
Dampak luka bakar terhadap sistem tubuh.

Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang akut, berupa ;

1. Gangguan cairan dan elektrolit

Gangguan cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari mekanisme dimana
terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit dari intra vasculer ke ekstra
vasculer, akibat penguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Kondisi tersebut diperberat dengan terjadinya juga perpindahan cairan dari cairan
ekstraseluler pada daerah yang sehat/tidak terbakar ke tempat daerah yang trauma.
Sehingga gangguan metabolisme sel terjadi hampir seluruh tubuh, maka kondisi ini
kadang dapat lebih memperberat kondisi shock yang terjadi.

Perbedaan shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang menyebabkan
hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi shock hipovolemia juga
terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam jaringan yang sehat terjadi gangguan
metabolisme sel yang akan memperberat keadaan shock. Selain hal tersebut diatas
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan semakin
menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena kebocoran pada pembuluh darah ini,
mengakibatkan protein dalam plasma lolos melalui dinding kapiler sehingga dari
jumlah protein yang lolos ini akan keluar dari tubuh melalui luka-luka, sedangkan
sisinya bertahan diruanga ekstraseluler kurang lebih tiga minggu sebelum masuk
kembali ke pembuluh darah. Perbaikan permeabilitas kapiler terjadi berangsur-
angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap kembali. Dalam klinik
dikenal sebagai fase diuresis dan secara tuntas perbaikan permeabilitas normal
kembali 5-6 hari.

2. Gangguan sirkulasi dan hematologi.

Adanya penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler mengakibatkan


terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke volume berkurang dan resisten
perifer meninggi, tachikardia dan hipotensi. Trauma luka bakar mengakibatkan
hemolisis eritrosit sehingga terjadi penurunan eritrosit sebesar 10 % karena adanya
perubahan fisik / morfologi dalam darah yang terjadi 1-2 jam setelah luka bakar yang
diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat pula terjadi hemolisis yang lambat
setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan oleh fragilitas eritrosit yang bertambah.
Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah eritrosit
yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan perubahan morfologi
eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat tertahan dalam pembuluh darah dan
perdarahan-perdarahan dari jaringan yang granulasi. Terapi transfusi darah belum
diperlukan sampai 72 jamsetelah terbakar, pada fase awal terjadinya
hemokonsentrasi. bila terlalu dini pemberian darah akan menambah kepekatan
darah sedangkan plasma masih terus bocor. Jika kondisi hemokonsentarsi sudah
dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume intra vaskuler sudah diperbaiki juga,
transfusi perlu dipertimbangkan dengan pedoman pada hematokrit.

3. Gangguan hormonal dan metabolisme.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman baik fisik maupun
psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi tersbut akan meningkatkan
stimulus dari kerja hormon-hormon dan berakibat peningkatan metabolisme tubuh.
Di ruang perawatn pada umumnya klien luka bakar yang mampu melampaui fase
akut akan terjadi penurunan berat badan lebih cepat bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan metabolisme
tubuh untuk mengembalikan fungsi-fungsi tubuh yang terganggu akibat kerusakan
jaringan, berupa perbaikan sel –sel yang rusak. Bila sumber nutrisi / energi tidak
terpenuhi dari intake makanan dari luar maka tubuh secara alami akan melakukan
pembongkaran sumber-sumber energi cadangan yang terdapat dalam tubuh pada
jarinag tubuh yang sehat, ini tidak terlepas dari kerja hormon-hormon. Begitu juga
pada saat terjadinya kekurangan cairan tubuh.

Pada luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan
karena adanya katabolisme yang hebat akibat kekurangan intake nutrisi. Lamanya
katabolisme ini tergantung dari beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru
akan normal kembali setelah luka bakar yang dalam sudah ditutupi dengan tandur
kulit. Hipermetabolisme pada luka bakar akan meningkat sebanding dengan luasnya
luka bakar sampai dengan luas luka bakar 40-50 % dan selanjutnya pada luka bakar
yang lebih luas tidak sebanding.

Kerusakan kulit ,mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan


suhu tubuh akibat ketidakmampuan kulit mempertahankan pengauapn air sehingga
terjadi pendinginan permukaan tubuh. Hal ini akan merangsang untuk menghaslikan
panas agar suhu dalam tubuh dapat dipertahankan.

4.Gangguan imunologi.

Pada periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi meningkat, hal
ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit kuman-kuman, terperangkap
dalam kapiler (zona stasis), sehingga secara bertahap terjadin penurunan daya tahan
tubuh.

Pada luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi pembuluh
darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma da proses rekanalisasi akan lengkap
pada akhir minggu pertama sehingga netrofil dapat bergerak kembali. Pada luka
bakar II jaringan dibawah eschar / subschar membentuk jaringan granulasi yang kaya
dengan fibroblas dan kapiler-kapiler baru. Bila tidak terjadi infeksi proses ini mulai
pada akhir minggu kedua dan biasanya sudah lengkap pada minggu ketiga. Dalam
keadaan normal kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun
secara siklus sedangkan pada luka bakar flaktuasi tersebut amat berlebihan sehingga
pada saat terjadinya penurunan kemampuan netrofil dapat timbul sepsis luka bakar.

Gejala

Saat Anda atau keluarga menderita luka bakar, maka biasanya akan muncul gejala-gejala
berupa:

1. Terjadinya pembengkakan
2. Kulit menjadi hangus
3. Melepuhnya bagian yang terluka
4. Terkelupasnya kulit
5. Kulit menjadi merah
6. Timbul rasa panas dan perih pada kulit

Diagnosis

Anamnesis, alias tanya jawab secara singkat dan cepat antara Anda dan dokter, harus dilakukan
terlebih dahulu untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Sebenarnya, luka
bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman, mekanisme cedera, luasan, dan
keberadaan cedera lainnya. Namun, yang paling umum digunakan adalah pengelompokkan
berdasarkan kedalaman luka bakar yang biasanya ditentukan pada saat pemeriksaan. Biasanya
sangat sulit bagi tenaga medis untuk menentukan kedalaman luka bakar hanya dengan satu kali
pemeriksaan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang dalam beberapa hari setelahnya. Dan
jika penderita sudah amat parah, perlu pula dilakukan pemeriksaan dengan biopsy.

Berdasarkan lapisan kulit yang terkena serta kedalaman lukanya, derajat luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi :
– Tingkat I : Ini merupakan tingkat di mana jaringan yang rusak hanya epidermis. Pada kondisi
ini, kulit akan terasa nyeri, kemerahan, dan kering. Lama penyembuhannya kurang lebih 3-7
hari. Setelah itu, kulit Anda perlahan akan kembali seperti semula (normal).

– Tingkat II a : Pada tingkat ini, jaringan yang rusak meliputi sebagian dermis, folikel rambut &
kelenjar keringat utuh. Kulit yang terkena luka bakar akan terasa nyeri, basah, berwarna
merah/kuning, dan melepuh. Lama penyembuhannya kurang lebih 14-21 hari dan setelah
sembuh, bekas luka bakar akan tampak seperti kulit normal kembali atau pucat.

– Tingkat II b : Jaringan yang rusak pada tingkatan ini hanya meliputi bagian dermis dan
keseluruhan kelenjar keringat. Bagian kulit yang terkena luka bakar tingkat ini akan sama
kondisinya dengan Grade II a. Namun, masa penyembuhannya lebih lama, yaitu sekitar 21-28
hari. Setelah sembuh, kulit Anda akan terlihat pucat, mengilap, dan terkadang tumbuh bekas
luka di daerah tersebut.

– Tingkat III : Pada tingkatan ini, jaringan yang rusak sudah cukup parah, yaitu meliputi seluruh
bagian epidermis dan dermis, serta kemungkinan mengenai jaringan subkutan. Bagian kulit
yang terkena luka bakar tingkat ini akan sama kondisinya dengan Tingkat II a, hanya saja kulit
juga akan berwarna hitam/kecoklatan. Akan terbentuk sikatrik/ hipertrofi.

– Tingkat IV : Pada tingkatan ini, luka bakar sudah tergolong parah dan mengenai jaringan
lemak, otot, serta tulang. Tidak akan ada sensasi apapun yang dirasakan oleh kulit karena
pembuluh darah dan ujung saraf di bagian tersebut telah rusak.

Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah

a) a.Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh
(flash),kobaran api di tubuh (flam),dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya(logam panas, dan lain-lain)(Moenadjat,2005).

b) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakanuntuk keperluan rumah
tangga (Moenadjat,2005).

c) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus,api,dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.Kerusakan terutama
pada pembuluh darah,khusunya tunika intima,sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal.Sering kali kerusakanberada jauh dari lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat,2001).

d) Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injuryini sering
disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran
dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat,2001)

INTERVENSI

Meskipun dapat mengakibatkan perubahan pada pigmen kulit yang terbakar, namun
bila ditangani secara cepat, luka bakar pada tingkatan pertama akan jarang meninggalkan bekas
luka. Terjadinya kerusakan serta infeksi lebih lanjut pada tingkat ini pun dapat diminimalisir.
Sementara itu, luka bakar pada tingkat dua dan tingkat tiga sudah termasuk ke dalam kondisi
parah sehingga bisa saja menyebabkan masalah di jaringan dalam kulit, tulang, dan organ. Jika
berada pada kondisi ini, Anda mungkin memerlukan operasi, terapi fisik, atau perawatan
rehabilitasi.

Pasien yang mengalami luka bakar harus ditangani sesuai dengan kondisinya. Pasien
juga harus dirawat dengan melibatkan berbagai lingkungan perawatan serta disiplin ilmu, yang
antara lain mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, serta penanganan intensif di ruang perawatan. Tindakan yang akan diberikan
oleh dokter antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Selain itu, pasien dengan
luka bakar juga perlu diberikan obat-obatan topical yang bertujuan tidak untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi. Pemberian obat-obatan topical
secara tepat dan efektif akan dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis
yang seringkali masih menjadi penyebab kematian pasien.

Pertolongan pertama pada Pasien Luka Bakar


a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala.

b. Singkirkan perhiasan, baju, dan benda-benda lain yang membuat efek “torniket”, alias
penutupan seluruh aliran darah pada alat gerak. Sebab, jika aliran darah tertutup, jaringan yang
mengalami luka bakar akan segera mengalami pembengkakan dan melepuh.

c. Setelah menghilangkan sumber panas, rendam daerah luka bakar di dalam air atau siram
dengan air yang mengalir sekurang-kurangnya selama lima belas menit. Hal ini harus dilakukan,
sebab proses koagulasi protein sel di jaringan yang terekspos suhu tinggi akan terus
berlangsung bahkan setelah api dipadamkan sehingga kerusakan tetap meluas. Proses ini
bertujuan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin tersebut
pada jam pertama sehingga kerusakan menjadi lebih dangkal dan dapat diperkecil.

Namun, harus Anda ingat bahwa cara ini tidak dapat dipraktikkan untuk luka bakar pada
jaringan yang lebih luas. Sebab, hal ini dapat memicu terjadinya hipotermia pada pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar diklasifikasikan menjadi"Superficial Thickness", "Partial Thickness", “Partial

thickness deep” dan "Full Thickness" dimana pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana

luka bakar menyebabkan perlukaan

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan

yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan

medikamentosa.

B. Saran

Dalam proses pembelajaran tentang luka bakar/combustion kiranya ada yang kurang

berkenan dihati pembaca. Penulis harapkan saran demi kesempurnaan yang telah penulis

kerjakan demi kelancaran pembahasan makalah ini.

Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai bakar/combustion dalam proses
pembelajaran dan kelak dapat menjadi ilmu dalam memberikan asuhan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC

http://contoh-askep.blogspot.com/2008/07/luka-bakar.html

http://rastirainia.wordpress.com/2010/01/26/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan-luka-

bakar/

http://bestbuydoc.com/id/doc-file/9477/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-luka-bakar-

combustio-definisi-luka-bakar-adalah-suatu-trauma-yang-disebabkan-oleh-panas-arus-

listrik.html

Anda mungkin juga menyukai