Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Neuromuscular . Dalam makalah ini kami membahas tentang
Fungsi Otak Dalam Emosi . Ucapan terima kasih pun tidak lupakami ucapkan kepada pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata,kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa
untuk dapat mempelajari serta memahami tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.

Makassar,19 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................1

DAFTAR ISI .................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................3

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................3


B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................3
C. TUJUAN ............................................................................................................3
D. MANFAAT .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................4

A. PENGERTIAN EMOSI ......................................................................................4


B. FUNGSI EMOSI .................................................................................................4
C. GANGGUAN EMOSI ........................................................................................5
D. PEMERIKSAAN GANGGUAN EMOSI...........................................................6
E. TERAPI GANGGUAN EMOSI .........................................................................6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................7

A. KESIMPULAN ...................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang. Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, otak mengalami
berkembang juga. Otak depan berkembang dan membentuk otak besar (serebrum),
otak tengah berukuran lebih kecil dan menjadi penghubung antara otak depan dan
otak belakang, sedangkan otak belakang menjadi otak kecil dan sumsum lanjutan.
Otak besar merupakan saraf pusat utama yang mengendalikan kegiatan tubuh
kita, otak besar berfungsi sebagai pusat kesadaran dan pengendalian kesadaran,
termasuk didalamnya adalah semua emosi perasaan kita, selain itu otak besar
berfungsi juga sebagai pusat ingatan. (maka sebuah penggambaran yang pas ketika
disinetron kita melihat adegan sang tokoh mengalami kecelakaan lalu kemudian
kepalanya dibalut perban yangada bercak darahnya, sang tokoh tiba-tiba bangun dan
mengalami amnesia hal itu dimaksudkan karena otak besar sang tokoh mengalami
gangguan).
Di dalam struktur otak terdapat bagian yang berhubungan langsung dengan
emosi dan disebut dengan amygdala (almond: bahasa latin) karena bentuknya yang
mirip kacang almond. Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi. Otak
kita memiliki dua amygdalayang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
makhluk lain. Oleh sebab itu jika ada seseorang yang amygdala-nya diambil untuk
alasan medis ataupun karena sebab lain, maka orangtersebut mengalami gangguan
emosi dan bisa jadi tidak tertarik untuk berinteraksi dengan lain. Bisa jadi mereka
yang mengalami serangan stroke akan mengalami hal ini.
Tahukah anda, saat anda merasa sedih atau karena terharu anda akan menangis
sebab amygdala anda akan memacu jaringan otak dan juga struktur sarafnya untuk
mengeluarkan air mata, namun jika amygdalaanda mengalami kerusakan, bisa jadi
anda masih dapat berkomunikasi namun anda menjadi pasif dan respon kadar emosi
anda menjadi minim, anda bahkan tidak mampu lagi untuk menangis, kondisi
semacam ini disebut sebagai affective blindnness.
Saat dalam situasi ketakutan amygdala memicu dikeluarkannya
neurotransmitter norepinephrine untuk meningkatkan reaksi dari area utama otak
sehingga panca indra untuk lebih siaga amygdala juga mengirim pesan ke batang otak
sehingga memunculkan ekspresi takut, ketegangan, meningkatkan laju detak jantung
yang meninggikan tekanan darah dan membuat nafas menjadi lebih cepat dan
dangkal. Amygdala mengirim pesan ke semua bagian dari otak sehingga memicu
emsoi kita apakah hendak melawan atau berlari berari menghindar.
LeDoux mengindikasikan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca
indra terpecah menjadi dua jalur, satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo
cortex, sementara jalur yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus
ke amygdala terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex.
Rute antara thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang
dibandingkan rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke
amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu
nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih cepat
(sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali keseluruhan
informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex dibandingkan
ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut adalah prefrontal lobes.
Ketika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan, prefrontal lobes melakukan
penimbangan untung-rugi atas respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya
sangat terbatas, lawan atau lari. Sedangkan Pada manusia alternatif responnya bisa
lebih banyak, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti
amygdala, ketiadaan prefrontal lobesmembuat individu tidak memiliki aspek
emosional pada hidupnya.
Jika manusia hanya memiliki respon terbatas misalnya hilangnya rasa malu,
selalu melawan walaupun salah, menyalahkan orang lain dan mengabaikan sifat-sifat
kemanusiaan maka bisa dipastikan bahwa sistem otak orang tersebut mengalami
kerusakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan emosi ?
2. Apa saja fungsi emosi bagi manusia ?
3. Apa gangguan emosi pada manusia ?
4. Bagaimana pemeriksaan gangguan emosi pada manusia ?
5. Bagaimana terapi gangguan emosi pada manusia ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui pengertian emosi
2. Untuk mengetahui fungsi emosi bagi manusia
3. Untuk mengetahui gangguan emosi pada manusia
4. Untuk mengetahui pemeriksaan gangguan emosi pada manusia
5. Untuk mengetahui terapi gangguan emosi pada manusia

D. MANFAAT MAKALAH
Agar pembaca dapat mengetahui fungsi otak dalam emosi
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EMOSI

Emosi adalah suatu keadaan berupa perasaan atau pikiran yang ditandai
dengan perubahan biologis yang dapat dilihat dari perilaku tertentu pada individu
(Makmun, 2013). Emosi adalah suatu suasana kompleks yang disertai dengan getaran
jiwa yang muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku pada individu (Achmad &
Mubiar, 2011).
Kata emosi ini tentunya sangat familiar dibenak kita, bahkan hampir setiap
hari kita mengucapkan atau mendengarkan kata tersebut. Emosi secara bahasa berarti
luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat. Emosi pada
umumnya berlangsung dalam waktu yang relatife singkat. Emosi pada umunya
berlangsung dalam waktu yang relatife singkat yang menjadikan emosi berbeda
dengan mood. Emosi juga dapat berarti keadaan dan reaksi psikologis serta fisiologis
seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, dan termasuk kemarahan.
Emosi adalah reaksi yang ditunjukkan dalam jangka masa yang pendek hasil
daripada interaksi individu terhadap rangsangan yang tertentu (Seung Lee Do dan
Schallert, 2004). Secara umum dapat dikatakan bahwa emosi memainkan peranan
yang aktif dalam mempengaruhi tingkah laku dan tindakan individu. Dalam
mendefinisi emosi, Ediger (1997) menekankan bahawa emosi merupakan aspek yang
penting dalam kesejahteraan individu dan kejayaan mereka dalam kehidupan.
Makna emosi banyak dikaji oleh para psikolog dan banyak mendapatkan
tempat dari pengkajian mereka, karena dianggap sebagai kajian yang penting dan
menarik dalam kehidupan manusia ini. Menurut Crow & Crow dalam Sunarto &
Hartono (2002: 149) memberikan pengertian emosi sebagai pengalaman afektif yang
disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik, dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Damasio (1999) seperti yang dikutip oleh Kosslyn & Rosenberg (2003:240)
berpendapat bahwa emosi adalah reaksi positif ataupun negatif terhadap objek
peristiwa, atau situasi-situasi yang diterima atau dirasakan individu. Emosi juga
disertai dengan perasaan subjektif Dikatakan mempunyai dinamika jika muncul
emosi-emosi dalam diri seseorang yang senantiasa berubah ubah, dimana antara
komponen-komponen emosi saling berkaitan satu sama lain. Jadi, pada suatu saat
komponen yang satu dapat menjadi akibat dari suatu peristiwa sebelumnya dan dapat
juga menjadi stimulus yang memulai suatu kejadian selanjutnya. Sementara itu Aliah
B. Purwakania membagi emosi menjadi dua macam yaitu :

1. Emosi Primer merupakan emosi dasar manusia yang dianggap terberi secara
biologis. Jadi, emosi ini telah terbentuk sejak awal kelahiran manusia. Emosi
primer tersebut, seperti gembira, sedih, marah, dan takut.
2. Emosi Sekunder merupakan emosi-emosi yang mengandung kesadaran diri
atau evaluasi diri sehingga pertumbuhannya tergantung pada perkembangan
kognitif atau intelektual seseorang. Berbagai emosi sekunder, seperti malu, iri
hati, dengki, sombong, angkuh, kagum, cinta, benci, sesal, mandiri, toleran,
impati, patuh, simpati.

B. FUNGSI EMOSI BAGI MANUSIA


Emosi memiliki fungsi-fungsi vital bagi manusia. Emosi yang dialami
manusia menjadikan manusia mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi
yang diterimanya. Misalnya ada yang mengganggu maka muncullah marah. Lalu
karena marah, seseorang mungkin akan bertindak mengusir si pengganggu.
Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia.
Masing-masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena
membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan.

1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.


Bayangkan tiba-tiba Anda bertemu dengan ular. Anda mungkin merasa
terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka Anda selamat dari
gigitan ular. Tiba-tiba saja Anda melompat. Bayangkan juga saat Anda
bertemu harimau di hutan, karena Anda takut maka Anda melarikan diri.
Tanpa berpikir apapun Anda lari begitu saja. Artinya, keadaan krisis bisa
dilewati karena Anda memiliki respon otomatis. Anda otomatis merespon ular
dengan melompat, dan merespon harimau dengan berlari. Bayangkan juga
Anda dimarahi oleh atasan Anda karena kerja Anda tidak beres. Anda merasa
takut. Jika tidak selesai maka Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu,
maka Anda berusaha menyelesaikan pekerjaan.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda
akan bersedih hati. Nah, adanya sedih membuat Anda menyesuaikan diri
dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan. Lalu misalnya Anda
sedang berlayar di lautan dengan kapal laut. Saat itu ada badai besar
menerjang. Kapal Anda digoncang kesana kemari. Boleh jadi karena emosi
cemas, Anda jadi lebih waspada. Anda lalu memakai pelampung, berpegangan
erat, atau melakukan tindakan keamanan lainnya.

3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu.


Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan
tertentu. Misalnya pada saat mengalami emosi cinta. Karena emosi itu, Anda
berbuat macam-macam hal untuk menarik perhatian yang Anda cintai. Anda
rela menembus hujan lebat karena ingin menunjukkan bahwa Anda selalu
menepati janji. Mungkin Anda juga rela menemaninya mendaki gunung,
padahal Anda takut ketinggian.

4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain

Anda marah. Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda
tidak ingin disepelekan. Mungkin Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul
orang yang membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan akan membalas
dendam padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda.

5. Meningkatkan ikatan sosial


Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada
emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun.
Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang,
kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin
erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya
emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu.

6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian


Dono bertemu dengan seorang dara bernama Evi. Wajahnya cantik.
Mereka berkenalan. Setelah berkenalan, emosi yang dialami Dono maupun
Evi pada saat kencan akan menjadi tolak ukur apakah kencan itu akan diingat
kuat, atau dilupakan. Jika Dono maupun Evi merasakan emosi suka yang kuat,
boleh jadi mereka akan beranjak ke kencan berikutnya. Jika mereka tidak
merasakan apa-apa, maka boleh jadi akan saling melupakan.

7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu


Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang
diliputi oleh emosi yang kuat. Misalnya pertama kali dicium pacar karena saat
itu Anda seperti melayang-layang di awan rasanya. Lalu misalnya saat Anda
ditinggal mati orangtua Anda. Anda mengingatnya kuat karena saat itu Anda
merasakan kesedihan yang sangat. Begitu juga saat Anda mengingat saat-saat
dimana Anda merasa sangat ketakutan. Misalnya diancam preman, diserang
anjing, atau yang lain.

C. GANGGUAN EMOSI PADA MANUSIA

Permasalahan kejiwaan atau gangguan kesehatan mental seringkali dikaitkan


dengan adanya faktor psikologis tertentu, seperti stres berkepanjangan. Namun
sebenarnya, terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada munculnya
gangguan kejiwaan, yaitu:

 Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kejiwaan (genetik).


 Gangguan fisik tertentu seperti kanker atau kerusakan organ, misalnya otak.
 Efek samping obat-obatan dan alkohol
 Lingkungan di sekitar pasien, termasuk faktor sosial dan budaya.

Masalah kejiwaan yang terjadi dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan suasana hati atau mood misalnya depresi dan mudah marah, gangguan
kepribadian, gangguan tidur, gangguan cemas, gangguan perilaku, gangguan
halusinasi, hingga psikosis
Jika gejala-gejala dari gangguan kejiwaan tersebut sudah mengganggu
aktivitas sehari-hari, maka penderita disarankan untuk memeriksakan kondisinya, agar
tindakan pengobatan dapat dilakukan segera.

D. PEMERIKSAAN GANGGUAN EMOSI

Pemeriksaan medis kejiwaan dapat dilaksanakan sebagai pemeriksaan rutin


atau darurat jika kondisi kejiwaan pasien memerlukan penanganan darurat.
Pemeriksaan kejiwaan rutin akan memeriksa kondisi kejiwaan pasien secara
menyeluruh dan rinci. Sedangkan pemeriksaan kejiwaan darurat, lebih berfokus pada
gejala, riwayat kelainan, dan perilaku pasien saat menjelang munculnya gangguan
kejiwaan.

Perlu diingat bahwa pemeriksaan medis kejiwaan seringkali memakan waktu,


dan setiap pasien akan membutuhkan waktu berbeda-beda mulai dari proses
pemeriksaan hingga diagnosis penyakit kejiwaan selesai dilakukan. Baik pasien
maupun keluarga pasien sebaiknya tidak meminta pemeriksaan kejiwaan dipercepat,
agar hasil diagnosis yang diperoleh adalah hasil yang akurat.

1. Indikasi Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Pemeriksaan medis kejiwaan bertujuan untuk mendeteksi adanya


gangguan mental dan perilaku pada seseorang. Ini dilakukan karena tidak semua
gangguan kejiwaan dapat dideteksi dengan mudah. Bahkan, terkadang seseorang
yang mengalami masalah kejiwaan tidak menampakkan gejala sama sekali atau
sulit dibedakan dari perilaku orang normal. Salah satu ciri yang menandakan
seseorang menderita penyakit kejiwaan adalah gejala psikis yang terjadi terus-
menerus.

Contohnya, ketika seseorang mengalami kesedihan ketika ada keluarga


atau orang terdekat yang meninggal, wajar jika merasa sedih dan berduka. Namun,
jika perasaan sedih ini terjadi berkepanjangan atau dirasakan cukup berat hingga
menyebabkan keluhan tertentu seperti muncul ide bunuh diri, tidak bisa tidur, dan
sulit menjalani aktivitas sehari-hari, maka bisa dikatakan seseorang sudah
menunjukkan adanya gejala gangguan kejiwaan.
Selain pada contoh kasus di atas, pemeriksaan medis kejiwaan juga bisa
dilakukan pada atas alasan lain, yaitu saat diminta pihak berwajib atau pengadilan
untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap seorang tersangka pelaku tindak
kriminal. Pemeriksaan kejiwaan ini untuk membantu proses hukum dalam
memastikan apakah orang tersebut sehat secara kejiwaan untuk menjalani
peradilan.

2. Peringatan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tidak ada peringatan atau kontraindikasi khusus yang menyebabkan


pasien tidak bisa menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Jika pasien setuju untuk
menjalani pemeriksaan kejiwaan dan memberi persetujuan (informed consent)
untuk dilakukannya pemeriksaan, maka dokter dapat memulai pemeriksaan. Akan
tetapi, jika pasien dianggap dapat membahayakan dirinya sendiri atau petugas
pemeriksa, keluarga dan petugas dapat melakukan langkah-langkah pengamanan
untuk menjaga keselamatan selama pemeriksaan.

Selama keselamatan diri pasien dan petugas tidak dapat dijaga akibat
perilaku pasien, pemeriksaan medis kejiwaan sangat dianjurkan untuk dilakukan
di rumah sakit. Saat menjalani pemeriksaan, pasien perlu menceritakan
permasalahan yang dihadapi dan menjawab pertanyaan dokter dengan jujur. Hal
ini penting guna membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan langkah
penanganan yang tepat.

3. Persiapan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum menjalani


pemeriksaan medis kejiwaan. Jika diperlukan, dokter atau psikolog akan turut
mewawancarai keluarga pasien agar hasil pemeriksaan yang dijalani lebih akurat.
Keluarga pasien juga akan diminta pertimbangannya untuk memilih pengobatan
yang akan dijalani pasien setelah hasil pemeriksaan kejiwaan diketahui.
Pertimbangan keluarga atau wali pasien untuk hal tersebut diperlukan, jika pasien
tidak mampu (tidak kompeten) untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko dari
pengobatan yang akan diberikan setelah pemeriksaan selesai.

Sebelum menjalani pemeriksaan, ada baiknya juga pasien atau keluarga


mencatat keluhan dan riwayat masalah yang dihadapi, seperti dari kapan gejala
mulai dirasakan, hal-hal apa saja yang memicu atau memperberat gejala yang
dikeluhkan, dan emosi apa saja yang dirasakan oleh pasien selama ini.

4. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Dokter dan psikolog akan melakukan pemeriksaan medis kejiwaan pasien


melalui berbagai metode. Akan tetapi, metode yang paling utama dilakukan di
dalam pemeriksaan medis kejiwaan adalah wawancara dan observasi, baik dengan
pasien ataupun dengan keluarga pasien. Meskipun demikian, pemeriksaan
tambahan lainnya seperti tes darah atau urine mungkin juga akan dilakukan untuk
mendukung atau mengonfirmasi diagnosis.

5. Pemeriksaan Medis Kejiwaan Melalui Wawancara

Saat menjalani pemeriksaan medis kejiwaan, pasien akan diminta


informasi tentang riwayat dan kondisinya secara umum oleh psikiater saat
dilakukan wawancara. Jika pasien tidak dapat memberikan informasi, maka
wawancara bisa dilakukan terhadap keluarga atau orang terdekat pasien. Informasi
yang dapat diminta oleh psikiater kepada pasien dan keluarga, antara lain adalah:

 Identitas pasien, tujuannya adalah untuk mengetahui data-data pribadi


pasien dan juga untuk pendekatan personal psikiater kepada pasien. Data
yang akan diminta meliputi nama, pekerjaan, status perkawinan, riwayat
pendidikan, dan hal lain seputar latar belakang sosial dan budaya pasien.
 Maksud utama pasien menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi alasan utama pasien menjalani pemeriksaan
medis kejiwaan. Identifikasi ini seringkali dilakukan dalam bentuk
pertanyaan umum oleh psikiater yang memancing pasien untuk bercerita
secara rinci, terkait keluhannya kepada psikiater.
 Pemeriksaan penyakit jiwa yang sedang diderita. Ini adalah pemeriksaan
yang paling utama untuk menentukan diagnosis gangguan mental yang
sedang diderita. Psikiater akan meminta pasien atau keluarga untuk
menceritakan gejala dan riwayat gangguan mental yang diderita serinci
mungkin. Selain gejala mental, dokter juga perlu menilai apakah ada gejala
fisik yang dirasakan pasien.
 Pemeriksaan riwayat kesehatan pasien. Psikiater akan menanyakan
penyakit-penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien. Psikiater juga
dapat menanyakan riwayat tindakan medis yang pernah pasien jalani,
terutama riwayat operasi.
 Pemeriksaan obat-obatan dan alergi. Untuk melengkapi informasi kondisi
kesehatan pasien, perlu juga diketahui obat-obatan yang dikonsumsi
dan alergi yang diderita oleh pasien.
 Riwayat gangguan mental di keluarga. Jika ada anggota keluarga dekat
yang pernah menderita gangguan mental atau masalah kejiwaan,
hendaknya pasien atau keluarga memberitahukan informasi ini kepada
psikiater.
 Lingkungan dan riwayat sosial pasien. Pemeriksaan ini mencakup
pengumpulan informasi terkait kondisi sosial pasien, mencakup riwayat
pendidikan, lingkungan pekerjaan, jumlah anak, dan riwayat kriminal
pasien. Kebiasaan pasien juga harus diinformasikan, terutama kebiasaan
yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental pasien, seperti kebiasaan
merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi NAPZA.
 Riwayat perkembangan pasien. Informasi ini penting jika pasien pernah
menderita komplikasi pada saat lahir atau terlahir prematur.

Selain dari wawancara, psikiater juga akan melakukan pemeriksaan medis


kejiwaan dengan melakukan pengamatan yang saksama dan teliti untuk
mengevaluasi kondisi mental pasien.

6. Observasi Status Mental

Pemeriksaan kondisi mental pasien melalui observasi status mental


dimulai dari pengamatan kondisi personal pasien pada saat awal wawancara
dilaksanakan. Hal-hal yang diamati pada pemeriksaan ini, antara lain:

 Penampilan pasien. Psikiater akan melakukan pengamatan mulai dari saat


pasien masuk ke ruang pemeriksaan. Hal-hal yang dievaluasi dalam
observasi ini seperti apakah pasien rileks atau gelisah, postur tubuh, cara
berjalan, dan pakaian pasien. Dokter akan menilai apakah pakaian dan
penampilan pasien secara umum sesuai dengan situasi, usia, dan jenis
kelamin pasien.
 Sikap pasien kepada psikiater. Seperti ekspresi wajah pada saat
pemeriksaan, kontak mata pasien kepada psikiater, apakah pasien melihat
ke satu titik tertentu seperti langit-langit atau lantai selama pemeriksaan,
dan apakah pasien mau diajak bekerja sama selama pemeriksaan
(kooperatif) atau tidak.
 Mood dan afek pasien. Terutama suasana perasaan dan emosi pasien
sehari-hari. Apakah pasien merasa sedih, cemas, marah, atau senang
selama hari-hari biasa Afek pasien dapat dilihat dari gelagat dan raut
wajah yang diekspresikan pasien ketika menjalani pemeriksaan.
Kesesuaian terhadap mood bisa terlihat dari apakah saat mengaku merasa
senang, pasien terlihat tersenyum, murung, atau tidak menunjukkan
ekspresi sama sekali.
 Pola bicara. Pola bicara dapat dilihat dari volume suara dan intonasi pasien
selama wawancara, kualitas dan kuantitas pembicaraan, kecepatan
berbicara, serta bagaimana pasien merespons pertanyaan wawancara,
apakah pasien hanya menjawab sekadarnya atau bercerita panjang lebar.
 Proses berpikir. Proses berpikir pasien dapat dievaluasi dari bagaimana
pasien bercerita selama wawancara dilakukan. Hal-hal yang akan diperiksa
dari proses berpikir pasien yaitu hubungan antara pembicaraan, apakah
pasien sering mengganti topik pembicaraan, atau apakah pasien berbicara
dengan kata-lata yang tidak lazim dan tidak bisa dimengerti. Persepsi dan
daya tanggap pasien terhadap kenyataan atau apakah pasien memiliki
halusinasi atau waham (delusi) juga akan diperiksa.
 Konten atau isi pikiran. Pemeriksaan konten pikiran pasien dapat dilihat
dari:
 Orientasi pasien, terutama apakah pasien mengenal siapa dirinya,
mengetahui kapan dan di mana dia berada.
 Kesadaran pasien.
 Kemampuan pasien dalam menulis, membaca, dan mengingat.
 Kemampuan berpikir abstrak, seperti persamaan dan perbedaan antara dua
benda.
 Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien pada waktu wawancara.
 Keinginan membunuh.
 Keinginan bunuh diri.
 Fobia
 Obsesi, terutama pada penderita gangguan obsesif kompulsif (OCD/
Obsessive Compulsive Disorder)
 Pemahaman diri sendiri (insight). Dokter akan mengevaluasi apakah
pasien memahami tingkat keparahan atau sadar akan gangguan mental
yang sedang dideritanya. Sikap pasien terhadap gangguan mental yang
sedang dideritanya juga akan diperiksa, termasuk sikapnya kepada petugas
kesehatan yang berupaya menangani masalah kejiwaan tersebut.
 Pertimbangan (judgement). Pasien akan diperiksa terkait kemampuannya
menimbang suatu perkara dan membuat keputusan berdasarkan
pertimbangan tersebut. Umumnya psikiater akan menilai fungsi penilaian
pasien dengan membuat suatu skenario berbentuk cerita, yang akan
melibatkan pasien untuk membuat suatu keputusan di dalam skenario
tersebut.
 Impulsivitas. Pasien akan diperiksa terkait impulsivitasnya dan
kemampuan mengontrol impulsivitas tersebut. Psikiater juga akan menilai
apakah pasien dapat menahan dorongan (impuls) lewat wawancara.
 Keandalan (reliability). Psikiater atau psikolog akan menilai apakah pasien
dapat dipercaya atau diandalkan, berdasarkan informasi yang telah
diperoleh dari observasi dan wawancara yang telah dijalani.

7. Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes

Jika diperlukan, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan


penunjang agar dapat membantu psikiater menentukan diagnosis. Pemeriksaan
penunjang ini dapat berupa pemeriksaan darah dan urine di laboratorium atau
dengan pencitraan, misalnya CT scan dan MRI otak.

Selain menjalani pemeriksaan medis kejiwaan lewat wawancara dan


observasi dengan psikiater, pasien juga kemungkinan akan diminta untuk
menjalani pemeriksaan lebih lanjut yaitu psikotes. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengevaluasi lebih dalam fungsi mental dan hal spesifik terkait kejiwaan
pasien, seperti tipe kepribadian, tingkat kecerdasan (IQ), dan kecerdasan
emosional (EQ) pasien.

Psikotes umumnya dilakukan dalam bentuk pengisian kuesioner atau


lembaran yang berisi pertanyaan atau instruksi tertentu. Pasien umumnya akan
diminta untuk mengisi kuesioner ini dalam waktu tertentu dan membaca atau
menerima arahan tertentu dari psikiater sebelum memulai psikotes. Saat menjalani
psikotes, pasien dihimbau untuk mengisi dengan jujur, hal ini penting agar
psikiater dapat mengevaluasi dan mendiagnosis kondisi pasien dengan benar.

E. TERAPI GANGGUAN EMOSI

Psikoterapi merupakan pengobatan yang dilakukan oleh psikiater atau


psikolog dengan cara membangun komunikasi dua arah terhadap seseorang yang
memiliki gangguan emosional. Psikoterapi akan membuat penderita belajar
mengenali kondisi, suasana hati, perasaan, pikiran, dan perilaku yang sedang
dihadapi. Sehingga penderita memahami cara mengendalikan diri dan merespon
situasi yang sulit dengan lebih baik

Seseorang yang membutuhkan psikoterapi mungkin menunjukkan


kesedihan yang luar biasa, perasaan yang mengganjal dan tak bisa dijelaskan,
ketakutan, kegelisahan, kebingungan, bahkan merasa hidupnya tak lagi berdaya.
Masalah yang dihadapi pun terasa tak kunjung usai meski pun telah mendapatkan
bantuan serta dukungan dari keluarga dan kerabat terdekat dalam mengatasinya.

Pada pasien yang menderita gangguan kesehatan mental yang cukup berat,
kombinasi antara terapi dan obat sangat efektif dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Adapun jenis terapi yang bisa dilakukan diantaranya:

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif merupakan psikoterapi yang menelaah kaitan


antara pola pikir dan kepercayaan dapat berpengaruh terhadap perasaan dan
perilaku seseorang. Pasien biasanya akan dibantu untuk melatih perilaku dan pola
pikirnya dalam menghadapi berbagai situasi yang berat. Tujuannya agar pasien
mampu belajar mengenali pola pikir negatif, mengevaluasi kebenarannya dan
berpikir lebih positif.

2. Terapi psikoanalitik

Psikiater atau psikolog akan mendorong pasien untuk mengatakan apa


pun yang ada dalam pikiran. Umumnya, masalah yang muncul dikarenakan
adanya konflik yang tidak terselesaikan dengan baik, tanpa disadari dapat
mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku maupun tutur kata. Dengan terapi
psikoanalitik, pasien dapat memahami arti terselubung dari berbagai hal yang
dilakukannya dalam menghadapi situasi tertentu, yang kerap kali tidak
disadari alasannya, sehingga pasien tersebut mampu mengatasi perasaannya
secara lebih baik dengan mengungkapkan pengalaman yang pernah dilaluinya.

3. Terapi kognitif analitik

Terapi ini merupakan gabungan antara terapi psikoanalitik dengan


terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, pskiater akan membantu pasien
mengetahui penyebab masalah terkait dari perilaku pasien. Psikater juga akan
membantu pasien untuk memahami kejadian yang terjadi sebelumnya dan
membantu pasien mengeksplorasi bahwa hal tersebut bukanlah suatu masalah
yang perlu ditakuti ke depannya.

4. Terapi interpersonal

Psikoterapi interpersonal bermanfaat dalam mengatasi masalah yang


melibatkan hubungan dengan orang lain seperti keluarga, teman dan rekan
kerja. Psikoterapi interpersonal dapat memperbaiki keterlibatan perasaan
dengan mencari solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi antara diri
sendiri dengan orang lain di sekitarnya.

5. Terapi humanistik

Terapi ini akan mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap


dirinya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam menghargai diri
sendiri.

6. Terapi sistemik
Terapi ini dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga lainnya.
Tujuannya agar masalah yang dihadapi dapat diatasi bersama, mengingat bahwa
keluarga adalah penopang yang baik untuk membantu pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :Aswaja Pressindo.


https://www.alodokter.com/ketahui-apa-itu-pemeriksaan-medis-kejiwaan diakses 19 Mei
2019

https://www.kompasiana.com/www.nuradisetyo.com/5529db4df17e615732d623f8/antara-
emosi-dan-otak-kita diakses 19 Mei 2019

https://www.researchgate.net/publication/325334158_Otak_Emosi_dan_Otak_Sosial_

diakses 19 Mei 2019

Fondasi_Perspektif_Neurosains_dalam_Perkembangan_Sosial_dan_Emosi diakses 19 Mei


2019

https://www.alodokter.com/psikoterapi-untuk-mengatasi-gangguan-kesehatan-mental diakses
19 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai