Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN FISIOTERAPI

PADA KASUS PARKINSON

DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

DISUSUN OLEH :

1. AFIFAH KHANSA’ (P27226016100)


2. ANINDYA YUSRIA H (P27226016105)
3. ARLOY ARDA PRADANA (P27226016107)
4. AULIA FARHAH F. A (P27226016108)
5. AULIA ULFATI (P27226016109)
6. DINA SETYORINI (P27226016115)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

KARANGANYAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat

progresif dan terutama ditandai oleh gejala motorik seperti tremor,

bradikinesia, kekakuan, dan ketidakstabilan postural. Penyakit Parkinson

merupakan penyakit neurodegeneratif kedua yang paling lazim setelah

penyakit Alzheimer, dan mempunyai risiko enam kali lipat untuk

berkembang menjadi demensia. Penyakit parkinson paling banyak terjadi

pada usia lanjut dan jarang terjadi dibawah usia 30 tahun, mulai muncul

biasanya pada usia 40-70 tahun.

Prevalensi penyakit parkinson mencapai 160 kasus dalam 100.000

populasi dengan insiden sekitar 20 kasus dalam 100.000 populasi. Data

yang ada di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penyakit parkinson

mempengaruhi sekitar 1 juta penduduk amerika dan 60.000 diantaranya

didiagnosis menderita penyakit parkinson setiap tahunnya. Di indonesia

insiden penyakit parkinson diperkirakan sebanyak 10 orang setiap

tahunnya dan estimasi sementara terdapat sekitar 200.000-400.000

penderita dimana laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan

perbandingan 3:2.

Pengobatan penyakit Parkinson saat ini bertujuan mengurangi

gejala motorik dan memperlambat progresivitas penyakit. Tanpa terapi

gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas.


Maka dari itu diperlukan peran rehabilitasi medik terutama fisioterapi pada

penyakit Parkinson bertujuan untuk mencegah hal itu terjadi. Sehingga

pada makalah ini akan membahas peran fisioterapi pada penyakit

Parkinson.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah ini adalah “bagaimana manajemen

fisioterapi pada kasus Parkinson di Rumah Sakit Haji Surabaya?”

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen

fisioterapi pada kasus parkinson di Rumah Sakit Haji Surabaya.

D. MANFAAT

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dan memperluas pengetahuan tentang manajemen

fisioterapi pada kasus Parkinson.

2. Bagi pembaca

Sebagai informasi tambahan mengenai alternatif pilihan dalam melakukan

tindakan fisioterapi pada kondisi Parkinson.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Penyakit parkinso merupakan proses degeneratif yang melibatkan

neuron dopaminergik dalam substansia nigra. Substansia nigra berada

pada daerah ganglia basalis yang memproduksi dan menyimpan

neurotransmitter dopamine. daerah ini memainkan peran penting dalam

sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi

gerakan motorik volunteer sehingga karakteristik dari penyakit Parkinson

ini adalah gejala yang terdiri dari bradikinesia, rigiditas, tremor dan

ketidakstabilan postur tubuh dalam menjaga keseimbangan (Silitonga,

2007).

Parkinson adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya

tremor saat istirahat, rigiditas dan hilangnya refleks postural akibat

penurunan kadar dopamine dengan berbagai sebab.

B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Parkinson umum terjadi di Amerika Serikat. Penyakit ini

terjadi pada satu dari setiap seratus orang yang berusia lebih dari 60 tahun

dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Berdasarkan data dari WHO, persentase kejadian penyakit Parkinson di

Asia menunjukkan terdapat 1.5 hingga 8.7 kasus pertahun di Cina dan

Taiwan, sedangkan di Singapura, Wakayama dan Jepang terdapat 6.7


hingga 8.3 kasus pertahun dengan kisaran umur 60 sampai 69 tahun dan

jarang ditemukan pada umur kurang dari 50 tahun (Muangpaisan, 2009).

Penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang di

Indonesia dari total jumlah penduduk 238.452.952 (Novianti et al, 2010).

Dan total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia

menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan

prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Hanifah, 2013).

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, penyakit parkinson dibagi menjadi 4

jenis yaitu (Hendrik, 2013) :

a. Idiopati (primer) merupakan penyakit parkinson secara genetik.

b. Simptomatik (sekunder) merupakan penyakit parkinson akibat infeksi,

obat, toksin, vaskular, trauma, hipotiroidea, tumor, hidrosefalus

tekanan normal, hidrosefalus obstruktif.

c. Parkinson plus (multiple system degenerasion) merupakan

parkinsonism primer dengan gejala-gejala tambahan. Termasuk

demensia lewy bodies, progresif supranuklear palsi, atrofi multi

sistem, degenerasi striatonigral, degenerasi olivopontoserebelar,

sindrom Shy-Drager, degenerasi kortikobasal, kompleks parkinson

demensia ALS (Guam), neuroakantositosis.

d. Parkinsonism herediter, terdiri dari penyakit wilson, penyakit

huntington, penyakit Lewy bodies.

D. ETIOLOGI
Etiologi penyakit parkinson belum diketahui, atau idiopatik.

Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non

-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang

sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, serta

terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat. Penyakit Parkinson

disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansia nigra. Suatu

kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki

(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan

-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu

belum jelas benar (Ginsberg, 2008).

E. PATOFISIOLOGI

Penyakit Parkinson terjadi karena adanya penurunan kadar

dopamine yang massif akibat kematian neuron di substansia nigra pars

kompakta. Respon motorik yang abnormal disebabkan oleh karena

penurunan yang sifatnya progresif lebih dari 60% pada neuron

dopaminergik substransia nigra yang merupakan faktor dasar munculnya

penyakit Parkinson. Jika jumlah neuron dopaminergik mengalami

penurunan hingga lebih dari 70% maka gejala penyakit Parkinson akan

mulai muncul. Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar dopamine

maka nucleus subtalamikus akan over-stimulasi terhadap globus palidus

internus (GPi). Kemudian GPi akan menginhibisi thalamus secara

berlebihan. Kedua hal tersebut yang menyebabkan terjadinya under-

stimulation pada korteks motorik (Koutoudis, 2010).


Berkurangnya neuron dopaminergik terutama di substansia nigra

menjadi penyebab dari penyakit parkinson. Dopamin merupakan salah

satu neurotransmitter utama diotak yang memainkan banyak fungsi

berbeda di susunan saraf. Terdapat 3 kelompok neuron utama yang

mensintesis dopamin yaitu substansia nigra (SN), area tegmentum ventral

(VTA) dan nukleus hipotalamus, sedang kelompok neuron yang lebih

kecil lagi adalah bulbusolfaktorius dan retina.

Neuron dari SN berproyeksi ke sriatum dan merupakan jalur paling masif

meliputi 80% dari seluruh sistem dopaminergik otak. Proyeksi dari VTA

memiliki 2 jalur yaitu jalur mesolimbik yang menuju sistem limbik yang

berperan pada regulasi emosi, motivasi serta jalur mesokortikal yang

menuju korteks prefrontal. Neuron dopaminergik hipotalamus membentuk

jalur tuberinfundibular yang memiki fungsi mensupresi ekspresi prolaktin

(Hauser, 2003).

F. MANIFESTASI KLINIS

Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non

spesifik, yang didapat dari anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan

pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan

ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik

(ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita parkinson (Hendrik,

2013):

a. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit parkinson dan

bermula pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang

sama. Kemudian sisi yang lain juga akan turut terkena. Kepala, bibir

dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Frekuensi

tremor berkisar antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul pada

keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas digerakan. Tremor

akan bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada waktu tidur.

b. Rigiditas

Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya

terdeteksi pada gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi

menyeluruh dan lebih berat dan memberikan tahanan jika persendian

digerakan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai reaksi terhadap

regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat

rigiditas ialah hilang gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas

disebabkan oleh meningkatnya aktivitas motor neuron alfa.

c. Bradikinesia

Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi

sulit. Ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (muka

topeng). Gerakan-gerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu

duduk juga menjadi sangat kurang. Bicara menjadi lambat dan

monoton dan volume suara berkurang (hipofonia).

d. Hilangnya refleks postural


Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun

pada awal stadium penyakit parkinson gejala ini belum ada. Hanya

37% penderita penyakit parkinson yang sudah berlangsung selama 5

tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan

integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls

dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan

mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan

penderita mudah jatuh.

e. Wajah Parkinson

Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya

ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan

mata berkurang, disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah

sering keluar dari mulut.

f. Mikrografia

Bila tangan yang dominan terlibat, maka tulisan secara graduasi

menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala

dini.

g. Sikap Parkinson

Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada

penyakit parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita

dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan,

punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila

berjalan.
h. Bicara

Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah

dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang

monoton dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit parkinson.

Pada beberapa kasus suara berkurang sampai berbentuk suara bisikan

yang lamban.

i. Disfungsi otonom

Disfungsi otonom pada pasien penyakit parkinson memperlihatkan

beberapa gejala seperti disfungsi kardiovaskular (hipotensi ortostatik,

aritmia jantung), gastrointestinal (gangguan dismotilitas lambung,

gangguan pencernaan, sembelit dan regurgitasi), saluran kemih

(frekuensi, urgensi atau inkontinensia), seksual (impotensi atau

hypersexual drive), termoregulator (berkeringat berlebihan atau

intoleransi panas atau dingin). Prevalensi disfungsi otonom ini berkisar

14-18%. Patofisiologi disfungsi otonom pada penyakit parkinson

diakui akibat degenerasi dan disfungsi nukleus yang mengatur fungsi

otonom, seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan pusat

medullary lainnya seperti medulla ventrolateral, rostral medulla,

medulla ventromedial dan nukleus rafe kaudal.

j. Gerakan bola mata

Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi

menjadi sulit, gerak bola mata menjadi terganggu.

k. Tanda Myerson
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang.

Pasien Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap

ketokan. Disebut juga sebagai tanda “Myerson”.

l. Demensia

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual

progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional,

sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan

aktifitas sehari-hari. Kelainan ini berkembang sebagai konsekuensi

patologi penyakit parkinson disebut kompleks parkinsonism demensia.

Demensia pada penyakit parkinson mungkin baru akan terlihat pada

stadium lanjut, namun pasien penyakit parkinson telah memperlihatkan

perlambatan fungsi kognitif dan gangguan fungsi eksekutif pada

stadium awal. Gangguan fungsi kognitif pada penyakit parkinson yang

meliputi gangguan bahasa, fungsi visuospasial, memori jangka panjang

dan fungsi eksekutif ditemukan lebih berat dibandingkan dengan

proses penuaan normal. Persentase gangguan kognitif diperkirakan

20%.

m. Depresi

Sekitar 40% penderita penyakit parkinson terdapat gejala depresi. Hal

ini dapat disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan

keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan

harga diri dan merasa dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi

yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapat dijelaskan


bahwa pada penderita parkinson terjadi degenerasi neuron

dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron norepineprin yang

letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron

asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit parkinson didasarkan pada riwayat medis dan

pemeriksaan neurologis melalui wawancara dan mengamati pasien secara

langsung menggunakan Unified Parkinson's Disease Skala Rating. Sebuah

radiotracer untuk mesin pemindaian SPECT yang disebut DaTSCAN

dibuat oleh General Electric untuk mendiagnosis penyakit parkinson,

tetapi hanya dipasarkan di Eropa. Oleh karena itu, penyakit ini sulit untuk

didiagnosis secara akurat, terutama pada tahap awal (Sunaryati, 2011).

Diagnosis penyakit parkinson berdasarkan gejala klinis dilihat dari

gejala motorik utama yaitu tremor pada waktu istirahat, rigiditas,

bradikinesia dan hilangnya refleks postural. Kriteria yang dipakai di

Indonesia adalah kriteria Hughes (1992) yaitu (Silitonga, 2007):

 Possible: bila ditemukan 1 dari gejala-gejala utama

 Probable: bila ditemukan 2 dari gejala-gejala utama

 Definite: bila ditemukan 3 dari gejala-gejala utama

Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan stadium

klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu (Silitonga, 2007):


 Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,

terdapat gejala yang mengganggu tetapi belum menimbulkan kecacatan,

biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul

dapat dikenali orang terdekat (teman).

 Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,

sikap/cara berjalan terganggu.

 Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai

terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.

 Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya

untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri

sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.

 Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak

mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

Penyakit parkinson adalah diagnosis klinis. Tidak terdapat biomarker

laboratorium dan temuan rutin pada Magnetic Resonance Imaging

(MRI) ataupun computed tomography (CT) scan. Tomografi emisi

positron (PET) dan single-photon emisi CT (SPECT) mungkin

menunjukkan temuan yang konsisten dengan penyakit parkinson, dan

pengujian penciuman dapat memberikan bukti menunjuk ke arah

penyakit parkinson, namun studi ini tidak secara rutin diperlukan

(Hauser, 2015).

H. PEMERIKSAAN

I. PENATALAKSANAAN
BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Hauser RA, Lyons KE. 2003. Parkinson Disease Questions and Answer.
USA, Merit. Publishing International : 49-59
2. Koutoudis, Ted K. 2010. Parkinson’s Disease,
http://www.emedicinehealth.com/parkinson_disease/article_em.htm.
diakses pada tanggal 19 Maret 2020
3. Hanifah M.2013. Pengaruh Ekstrak Biji Korobenguk Hasil Soxhletasi
Terhadap Gejala Penyakit Parkinson.
4. Silitonga R. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
Penderita penyakit parkinson di poliklinik saraf rs dr kariadi . Semarang:
Universitas Diponegoro
5. Ginsberg L. 2008. Lecture Notes: Neurologi. 8 ed. Jakarta: Erlangga
6. Hendrik, LN. 2013. Depresi berkorelasi dengan rendahnya kualitas hidup
penderita parkinson. Bali : Universitas Udayana.
7. Sunaryati, Titiek. 2011. Penyakit parkinson. Jurnal Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya..
8. Hauser, RA, 2015. Parkinson disease. Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1831191-overview#a6. [Accesed:
27 september 2015].
9.

Anda mungkin juga menyukai