Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMI DENGAN INDIKASI MIOMA UTERI A.

KONSEP DASAR
PENYAKIT I. Histerektomi 1. Pengertian Histerektomi adalah pengangkutan uterus melalui pembedahan,
paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh, endometriosis
atau tumor), untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki. (doengoes,2001) Histerektomi adalah
operasi ginekologi utama yang paling lazim dan prosedur pembedahan utama kedua yang terbanyak
digunakan, dapat dilakukan lewat perut atau vagina.(hacker/moore, 2001) 2. Indikasi A. Keadaan akut a.
Bencana kehamilan (misalnya, perdarahan yang hebat) b. Infeksi yang hebat (misalnya ruptural abses
ovarium-tubo) c. Komplikasi operatif (misalnya perforasi rahim) B. Penyakit benigna a. Leiomiomata,
simtomatik (misalnya perdarahan, tekanan), asimptomatik (> ukuran 12 minggu, mengacaukan evaluasi
adneksa) b. Endometriosis (endometriosis yag berbeda, tak memberi respon terhadap penekanan
hormonal atau pembedahan konservatif) c. Adenomiosis d. Infeksi kronik (misalnya, penyakit radang
pelvis yang berulang) e. Massa adneksa (misalnya, neoplasma ovarium) f. lainnya (definisi operator,
kriteria khusus) C. Kanker/penyakit pra-ganas yang bermakna a. Penyakit infasif pada organ reproduksi
b. Penyakit pra infasif yang bermakna pada rahim (CIN-3+ atau hiperplasia adenomatosa pada
endometrium dengan atipia sel)

2 c. Kanker pada organ yang bersebelahan atau jauh (gastrointestinal, genitourinarius atau kanker
payudara) 4) Rasa tak enak (tak ada perkiraan patologi jaringan) a. Nyeri pelvis yang kronis (laparoskopi
negatif dan dicoba terapi bukan bedah) b. Relaksasi pelvis (simtomatik) c. Perdarahan rahim yang
berulang (tidak memberi respon terhadap pengaturan hormon dan kuretasi-rahim ukuran normal) d.
Lainnya (definisi operator, kriteria khusus) 5) Keadaan yang meringankan (tidak diindikasikan secara
khusus tetapi barangkali dibenarkan membutuhkan peninjauan setara sebelum pembedahan) a.
Sterilisasi (keadaan yang meringankan) b. Profilaksis kanker (misalnya berulangnya CIN-2 setelah biopsi
kerucut atau hiperplasia adenomatosa yang terus berlanjut pada endometrium tanpa atipial) c. Lainnya,
pendaftaran keadaan yang mmeringankan. 3. Klasifikasi 1) Histerektomi total adalah pengangkatan
unterus, serviks, dan ovarium. (brunner & Suddarth, 2001) 2) Histerektomi sub total adalah
mempertahankan serviks. (Hacker/Moore, 2001) 3) Histerektomo ekstrafasial adalah membuang rahim
besrta lapisan fasial sebelah luarnya secara utuh. (Hacker/Moore, 2001) 4) Histerektomi intrafasial adalah
bahwa bagian tengah serviks dibuang dan lapisan fasial sebelah luar (endopelvis) di biarkan melekat
pada kandung kemih. (Hacker/Moore, 2001) 5) Histerektomi radikal (wertheim) adalah pengangkatan
uterus, adneksa, vagina proksimal, dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen. (Brunner &
Suddarth, 2001) 6) Histerektomi vaginal radikal (schauta) adalah pengangkatan vagina uterus, adneksa,
dan vagina proksimal. (Brunner & Suddarth, 2001)

3 II. Mioma Uteri 1. Pengertian Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot
uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma
ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999) Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya,
sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant.
(Manuaba, 1998) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus
uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma
uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum
pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan
ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari selsel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam
uteri. Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas : 1) Mioma sub mukosum Berada di bawah
endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt) 2) Mioma intramural Berada diantara serabut
miometrium. 3) Mioma subserosum Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke
permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, atau dapat pula menempel pada
ligamentum/omentum dan kemudian bebas disebut parasitik fibroid.
4 2. Anatomi dan Fisiologi Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari : a. Genetalia Eksterna (vulva) 1)
Tundun (Mons veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis. 2) Labia Mayora Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir
ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,
merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita
dewasa à panjang 7-8 cm, lebar 2 3 cm, tebal 1 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan. 3) Labia Minora Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar
(labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu
membentuk fourchette. 4) Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif.
Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata
tidak melebihi 2 cm. 5) Vestibulum (serambi) Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga

5 menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen. 6) Himen


(selaput dara) Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian
besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
Bentuk dari himen dari masingmasing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior. 7)
Perineum (kerampang) Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otototot berfungsi untuk menjaga kerja dari
sphincter ani b. Genetalia Interna 1) Vagina Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung
kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung)
vagina menjadi forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior, forniks sisistra. Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina : o Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi. o Alat hubungan seks. o Jalan lahir pada waktu persalinan. 2) Uterus Merupakan
Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang
dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung

6 kemih.vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka
interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng. Korpus uteri :
berbentuk segitiga Serviks uteri : berbentuk silinder Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas
kedua pangkal tuba. Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban
hingga 5 liter. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a) Peritonium Meliputi dinding rahim bagian luar.
Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen. b) Lapisan otot Susunan otot
rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan. c)
Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus

7 menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus
dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah: a. Ligamentum latum o Ligamentum
latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii. b. Ligamentum rotundum (teres uteri) o Terdiri dari otot
polos dan jaringan ikat. o Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi. c. Ligamentum
infundibulopelvikum o Menggantung dinding uterus ke dinding panggul. d. Ligamentum kardinale
Machenrod o Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri. o Tempat masuknya pembuluh darah
menuju uterus. e. Ligamentum sacro-uterinum o Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum. f. Ligamentum vesiko-uterinum o Merupakan jaringan ikat agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan. c. Tuba Fallopii Tuba fallopii
merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi
tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi. d.
Ovarium Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina
dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang
dan sebuah ovum

8 dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan
folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3
fungsi: a. Memproduksi ovum b. Memproduksi hormone estrogen c. Memproduksi progesterone Gambar
1 : Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Fisiologi sistem reproduksi wanita dapat dijelaskan sebagai
berikut : a. Hormon Reproduksi pada wanita 1) Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. 2) Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi
hormone LH. 3) Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum). 4) Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH b. Siklus
Menstruasi Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan
mengeluarkan darah dari alat kandungannya. 1) Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana
endometrium terlepas dari rahim dan adanya pendarahanselama 4 hari.

9 2) Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium secara
bertahap selama 4 hari 3) Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat. 4) Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya
penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium. 3. Etiologi Etiologi dari myoma uteri belum
jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai
peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen
dan menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen
dihasilkan oleh semua wanita. Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang
menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan
estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa.
( Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz
yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono,
1994) Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang
terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada
sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu : 1) Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan
myoma uteri menjadi kecil. 2) Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil. 3) Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

10 limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan. 4) Degenerasi membatu (calcireous degeneration) Ini terjadi
pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi.dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. 5) Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan
dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. 6) Degenerasi lemak Jarang terjadi
merupakan kelanjutan degenerasi hialin. (Sarwono, 2005) 4. Tanda dan Gejala 1) Perdarahan tidak
normal Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi Meluasnya permukaan endometrium dalam
proses menstruasi Gangguan kontraksi otot rahim Perdarahan berkepanjangan Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi
infeksi. 2) Penekanan rahim yang membesar Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat
terjadi : Terasa berat di abdomen bagian bawah Sukar miksi atau defekasi Terasa nyeri karena
tertekannya urat syaraf 3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan Kehamilan dengan
disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi : Kehamilan dapat mengalami keguguran
Persalinan prematurus

11 Gangguan saat proses persalinan Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas Kala ke
tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan 5. Pathway Etiologi belum diketahui Faktor
keturunan Wanita nulipara dan kurang subur Reseptor astrogen lebih banyak Sel imatur uterus (otot
polos & jaringan ikat) Cemas Tumor fibromatosa Mioma submukosum - tumbuh bertangkai menjadi polip
- dilahirkan melalui serviks (myomgeburt) Mioma intramural - terdapat di dinding uterus diantara
miometriuum Mioma subserosum - tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum luteum menjadi mioma
intra ligamenter. Resiko tinggi kekurangan cairan - Nyeri - Infertilitas - Perdarahan abnormal
(menometroragia) - Abortus spontan, gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis.
Resiko tinggi infeksi

12 Pathways mioma uteri dengan histerektomi Histerektomi General anastesi Luka insisi hilangnya
Uterus ovarium Depresi Peristaltik Kerusakan Perdarahan Port de entri Estrogen Otot terganggu saraf
berkurang Menelan batuk pasase Nyeri syok Resti Infertil Perubahan Menurun hipovolomik infeksi
menstruasi fisik Aspirasi s secret Perut gg. aktiftas gg. Rasa gg. gambaran Produksi hormon menumpuk
kembung nyaman gg. keseimbangan diri kewanitaan cairan & elektrolit Apnoe Obstruksi malaise Libido
Jalan napas seksual Oksigen tergg. nafsu makan ` gg. pola seksual Bersihan jalan Napas tak efektif
Resti nutrisi kurang

13 6. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang 1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin :
turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun 2) USG : terlihat massa pada daerah uterus. 3) Vaginal
Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya. 4) Sitologi :
menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut., 5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan
yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6) Mendeteksi kelainan yang mungkin
terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. 7. Komplikasi 1) Pertumbuhan lemiosarkoma Myoma
dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, namun tiba-tiba menjadi besar
apabila hal itu terjadi setelah menopause. 2) Torsi (putaran tangkai) Ada saatnya tangkai pada myoma
uteri subserosum mengalami putaran. Jika proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut. 3) Nekrosis
dan infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat
nekrosis dan infeksi sekunder. 8. Penatalaksanaan Beberapa hal yang mempengaruhi terapi mioma uteri
adalah usia, keinginan mempunyai anak, keluhan dan gejala serta gangguan yang ditimbulkan. Adapun
terapi pada pasien mioma uteri meliputi terapi konservatif, pengobatan penunjang, pembedahan dan
radiologi. 1. Terapi konservatif Umumnya pasien mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan. Hal ini
terutama untuk pasien yang tidak ada keluhan atau mendekati menopause. Mioma uteri dengan ukuran
tidak lebih dari usia kehamilan tiga bulan akan

14 mengecil sendii pada menopause, namun perlu pengawasan yang ketat akan terjadinya degenerasi
benigna atau maligna. Tindakan konservatif terutama dilakukan untuk wanita yang masih mempunyai
anak dan ukuran mioma masih kecil. Tindakan konservatif tidak dilakukan bila terdapat gejala-gejala yang
merupakan indikasi pembedahan atau radiasi seperti nyeri abdomen atau pelvic distorsio abdomen
karena tumor-tumor besar dan pertumbuhan tumor yang cepat. 2. pengobatan penunjang Khusus
sebagai penunjang pengobatan bagi pasien dengan anemi karena hiperminore dapat diberikan ferum,
tranfusi darah, diet kaya protein, kalsium. 3. Pembedahan Pada pasien mioma uteri dapat dilakukan
tindakan pembedahan antara lain miomektomi dan histerektomi. a. Miomektomi. Yaitu operasi
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengnngkatan uterus. Tindakan ini dapat dilakukan pada mioma
submukosa yang bertangkai atau jka fungsi uterus masih ingin dipertahankan karena keinginan
mempunyai anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan % setelah dilakukan miomektomi untuk
menyelamatkan fetus. Miomektomi bisa kambuh lagi % untuk dilakukan miomektomi yang kedua ( dr.
Fetus,1988 ). b. Histerektomi. Sekitar % pasien mioma uteri masih memerlukan histerektomi.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan utyerus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilakukan lewat abdomen maupun vagina. Pada histerektomi lewat vagiona ini jarang
dilakukan Karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitar uterus.
Macam-macam histerektomi abdomen antara lain : ( Jay M Black,1997 ) o Histerektomi subtotalis
Operasi yang mengangkat rahim atau uterus saja. o Histerektomi totalis Operasi yang mengangkat o
Histerektomi totalis dengan salpingo oforektomi bilateral (HTSOB)

15 Operasi yang mengangkat rahim, leher rahim, saluran telur, indung telur, bagian hulu vagina,
ligament, kelenjar getah bening dan jaringan lemah dari dalam rongga pinggul. Histerektomi totalis
biasanya dilakukan dengan alas an mencegah timbulnya karsinoma servik uteri. 4. Radioterapi Tindakan
ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga pasien mengalami menopause. Raditerapi ini
umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operasi. Radioterapi hendaknya
hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Sinar yang digunakan untuk radioterapi :
sinar megavolt dan pengion. 9. Pencegahan 1) Pencegahan Primordial Pencegahan ini dilakukan pada
perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah. 2)
Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma
terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan
pengawasan pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen. 3) Pencegahan
Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan
melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

16 B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1. Kebutuhan Oksigenasi


Dampak general anastesi mengakibatkan depresi otot yang mengakibatkan reflek batuk menurun, terjadi
akumulasi scret pada jalan napas mengakibatkan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif. 2.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume
intravaskuler menurun, terjadi syok hipovolemik, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 3.
Kebutuhan Sirkulasi Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler menurun,
tidak adequatnya volume cairan intravaskuler menyebabkan penurunan tekanan darah, aliran darah
(blood flow dan penurunan perfusi jaringan). 4. Kebutuhan Nutrisi Dampak general anastesi, peristaltik
usus menurun, kemampuan digesti, ingesti dan absorpsi menurun, mengakibatkan intake nutrisi
berkurang. 5. Kebutuhan Aktifitas Perdarahan dan rasa nyeri mengakibatkan kelemahan fisik dan
keterbatasan aktifitas. 6. Konsep Diri Hilangnya organ reproduksi uterus, tuba dan ovarium pasca operasi
menyebabkan ketidakstabilan hormonal, libido seksual menurun mengakibatkan gangguan pada pola
hubungan seksual. 7. Kebutuhan Rasa Aman Keterbatasan kognitif tentang penanganan penyakitnya
mengakibatkan timbulnya kecemasan. C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Adalah
hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri submukosum yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita
dengan usia tahun.

17 b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk
myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan
abnormal dan nyeri pasca operasi. 2. Riwayat kesehatan sekarang Mulai kapan klien merasakan adanya
keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. 3. Riwayat kesehatan
dahulu a) Riwayat kesehatan klien Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid
ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar
siklus haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis
perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri. b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas
yang lalu Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa,
nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering terjadi
pada wanita nulipara. c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai
oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen
mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahaya. 4. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu dikaji adalah
keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri
submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.

18 c. Pemeriksaan fisik 1. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok. 2. Sistem pernafasan Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang
ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat
terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. 3. Sistem
perkemihan Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. 4. Sistem pencernaan Fungsi
gastrointestinal biasanya pulih pada jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose
pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. 2. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul 1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan syok hipovolemik. ( Lynda Jual Carpenito, 1997 ) 2) Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan napas. ( MI Jakim, 1987 ) 3) Gangguan rasa
Nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi. ( Black, 1997 ) 4) Resiko tinggi aspirasi
berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran sekunder terhadap anastesi. ( Lynda Jual Carpenito,
1997 ) 5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi. ( MI Jakim,
1997 )

19 6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi. ( MI Jakim, 1997 ) 7)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi. ( Black, 1997 ) 8) Resiko tinggi nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun. ( MI Jakim, 1987 ) 9) Resiko tinggi
disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh atau fungsi (Doengoes, 1999 ) 3.
Intervensi keperawatan 1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan syok hipovolemik. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan cairan dapat dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil : a. Tanda vital normal (N:70-80
x/menit, S: C, TD : 110/70-120/80 mmhg) b. Intake dan output cairan seimbang c. Turgor kulit elastic d.
Mukosa lembab e. Elektrolit dalam batas normal (Na: mmol/l, K: 3,5-5,5 mmol/l, Cl: mmol/l). Intervensi 1)
Monitor vital sign 2) Monitor Intake dan output secara ketat 3) Monmitor tanda-tanda dehidrasi 4) Monitor
tanda-tanda Syok 5) Monitor tanda-tanda perdarahan 6) Monitor balance cairan Rasional 1) Deteksi dini
perubahan abnormal fungsi tubuh 2) Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 3) Penurunan sirkulasi volume cairan
mengakibatkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin, deteksi dini memungkinkan untuk terafi
pengganti sesegera mungkin. 4) Deteksi dini terhadap perubahan abnormal fungsi organ-organ vital. 5)
Deteksi dini terhadap faktor penyebab kehilangan volume cairan tubuh. 6) Deteksi dini terhadap
keseimbangan intake dan output.

20 2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan jalan napas efektif. Kriteria
hasil : a) Mendemonstrasikan batuk efektif. b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan
peningkatan pertukaran udara. c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi. Intervensi
1) Bebaskan jalan napas bila perlu lakukan section 2) Monitor pernapasan 3) Atur posisi setengah duduk
atau semi fowler 4) Ajarkan cara batuk efektif setiap 2 jam 5) Lakukan fisioterapi dada Rasional 1) Upaya
untuk mempertahankan patensi jalan napas 2) Deteksi din gangguan fungsi respirasi 3) Menggeser organ
abdomen menjauhi paru sehingga ekspansi paru lebih besar 4) Batuk tidak terkontrol melelahkan dan
inefektif. 5) Untuk membantu mengeluarkan secret yang tertahan. 3) Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya luka operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara
verbal rasa nyeri berkurang, klien dapat rileks, klien mampu mendemonstrasikan keterampilan relaksasi
dan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal; TD : 120 / 80 mmhg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit. 1) Observasi TTV Intervensi 2) Kaji skala, lokasi, dan karakteristik nyeri.
3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. 4) Dorong menggunakan teknik manajemen
relaksasi. 5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai indikasi. Rasional 1) Sebagai data awal untuk melihat
keadaan umum klien 2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat nyeri yang dirasakan klien
sehingga mempermudah intervensi selanjutnya 3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang dirasakan
klien hebat 4) Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan klien dengan non farmakologis 5)
Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri

21 4) Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran sekunder terhadap
anastesi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam aspirasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Kesadaran composmentis Respirasi < 24 x/menit, pola napas reguler. Intervensi 1)
Pertahankan posisi berbaring miring, jika tidak ada kontra indikasi karena cidera. 2) Kaji posisi lidah,
pastikan lidah tidak kebelakang, menyumbat jalan napas. 3) Bersihkan secret dari mulut dengan tisu atau
dengan penghisap tapi perlahan. Rasional 1) Mempermudah evakuasi secret atau muntahan jika terjadi.
2) Memastikan posisi lidah tidak jatuh kebelakang menutup jalan napas. 3) Menghindari terjadinya
penumpukan secret kejalan napas. 5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada
luka operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ADL terpenuhi. Kriteria
hasil : Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,
mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan. Intervensi 1) Bantu pasien untuk bergerak secara aktif dan pasif 2) Bantu memenuhi
kebutuhan yang tidak dapat dilakukan oleh pasien 3) Ubah posisi tiap 2-4 jam 4) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk melakuakn mobilisasi secara bertahap. Rasional 1) Memberikan suport pada klien 2)
Membantu memenuhi kebutuhan klien 3) Menghindari terjadinya iritasi kulit pada bagian tertentu karena
penekakan. 4) Pasien dan keluarga dapat melakukan mobilisasi secara mandiri.

22 6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi Kriteria hasil : tidak terjadi. Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi : Luka kering, secret (-), kemerahan (-) Intervensi 1) Observasi tanda-tanda infeksi 2) Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik 3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotik Rasional 1) Deteksi dini terhadap adanya infeksi 2) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan
penyebaran bakteri 3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan. 7) Resiko tinggi pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : Klien mengatakan tidak mual
Napsu makan meningkat Makan habis 1 porsi GDS meningkat Intervensi 1. Beri kesempatan pasien
untuk mendiskusikan alasan tidak makan. 2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak
sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat 3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi
kegiatan yang berlebihan 4. Observasi dan catat asupan makanan cair maupun padat. 5. Berikan penkes
tentang pentingnya nutrisi 6) Kolaborasi untuk pemberian obatobatan atau vitamin Rasional 1. Membantu
pasien mengidentifikasi penyebab gangguan makan. 2. situasi yang nyaman, rileks akan merangsang
nafsu makan. 3. Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4. Mengkaji zat gizi dan suplemen yang
diperlukan. 5. Menjaga asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan 6. Mengandung zat yang
diperlukan oleh tubuh.

23 8) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan body image teratasi. Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial Intervensi 1) Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya 2)
Libatkan keluarga untuk memberi support pada pasien 3) Berikan informasi yang dapat diterima oleh
pasien 4) Menggali hal-hal yang positif pada diri pasien 5) Diskusikan cara meningkatkan penampilan
Rasional 1) Mengetahui kondisi psikis pasien 2) Meningkatkan suport sistem 3) Meningkatkan kognitif
pasien 4) Mengetahui mekanisme koping yang digunakan 5) Meningkatkan motivasi klien 9) Resiko tinggi
disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan disfungsi seksual tidak terjadi. Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual penerimaan perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial Intervensi 1) Kaji pengetahuan pasien 2) Bantu pasien untuk menyadari
atau menerima tahap berduka 3) Dorong pasien untuk berbagi pikiran Rasional 1) Menentukan intervensi
yang efektif dan efisien 2) Meningkatkan suport sistem 3) Mekanisme koping efektif

24 DAFTAR PUSTAKA Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset,
Bandung. Bagian Ostetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran (1999) FK UNPAD,
Bandung. JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lynda Juall Carpenito (2000), Buku Saku
DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta. Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing
Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia.

LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMI DENGAN INDIKASI MIOMA UTERI A. KONSEP DASAR


PENYAKIT I. Histerektomi 1. Pengertian Histerektomi adalah pengangkutan uterus melalui pembedahan,
paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh, endometriosis
atau tumor), untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki. (doengoes,2001) Histerektomi adalah
operasi ginekologi utama yang paling lazim dan prosedur pembedahan utama kedua yang terbanyak
digunakan, dapat dilakukan lewat perut atau vagina.(hacker/moore, 2001) 2. Indikasi A. Keadaan akut a.
Bencana kehamilan (misalnya, perdarahan yang hebat) b. Infeksi yang hebat (misalnya ruptural abses
ovarium-tubo) c. Komplikasi operatif (misalnya perforasi rahim) B. Penyakit benigna a. Leiomiomata,
simtomatik (misalnya perdarahan, tekanan), asimptomatik (> ukuran 12 minggu, mengacaukan evaluasi
adneksa) b. Endometriosis (endometriosis yag berbeda, tak memberi respon terhadap penekanan
hormonal atau pembedahan konservatif) c. Adenomiosis d. Infeksi kronik (misalnya, penyakit radang
pelvis yang berulang) e. Massa adneksa (misalnya, neoplasma ovarium) f. lainnya (definisi operator,
kriteria khusus) C. Kanker/penyakit pra-ganas yang bermakna a. Penyakit infasif pada organ reproduksi
b. Penyakit pra infasif yang bermakna pada rahim (CIN-3+ atau hiperplasia adenomatosa pada
endometrium dengan atipia sel)

2 c. Kanker pada organ yang bersebelahan atau jauh (gastrointestinal, genitourinarius atau kanker
payudara) 4) Rasa tak enak (tak ada perkiraan patologi jaringan) a. Nyeri pelvis yang kronis (laparoskopi
negatif dan dicoba terapi bukan bedah) b. Relaksasi pelvis (simtomatik) c. Perdarahan rahim yang
berulang (tidak memberi respon terhadap pengaturan hormon dan kuretasi-rahim ukuran normal) d.
Lainnya (definisi operator, kriteria khusus) 5) Keadaan yang meringankan (tidak diindikasikan secara
khusus tetapi barangkali dibenarkan membutuhkan peninjauan setara sebelum pembedahan) a.
Sterilisasi (keadaan yang meringankan) b. Profilaksis kanker (misalnya berulangnya CIN-2 setelah biopsi
kerucut atau hiperplasia adenomatosa yang terus berlanjut pada endometrium tanpa atipial) c. Lainnya,
pendaftaran keadaan yang mmeringankan. 3. Klasifikasi 1) Histerektomi total adalah pengangkatan
unterus, serviks, dan ovarium. (brunner & Suddarth, 2001) 2) Histerektomi sub total adalah
mempertahankan serviks. (Hacker/Moore, 2001) 3) Histerektomo ekstrafasial adalah membuang rahim
besrta lapisan fasial sebelah luarnya secara utuh. (Hacker/Moore, 2001) 4) Histerektomi intrafasial adalah
bahwa bagian tengah serviks dibuang dan lapisan fasial sebelah luar (endopelvis) di biarkan melekat
pada kandung kemih. (Hacker/Moore, 2001) 5) Histerektomi radikal (wertheim) adalah pengangkatan
uterus, adneksa, vagina proksimal, dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen. (Brunner &
Suddarth, 2001) 6) Histerektomi vaginal radikal (schauta) adalah pengangkatan vagina uterus, adneksa,
dan vagina proksimal. (Brunner & Suddarth, 2001)

3 II. Mioma Uteri 1. Pengertian Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot
uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma
ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999) Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya,
sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant.
(Manuaba, 1998) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus
uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma
uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum
pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan
ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari selsel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam
uteri. Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas : 1) Mioma sub mukosum Berada di bawah
endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt) 2) Mioma intramural Berada diantara serabut
miometrium. 3) Mioma subserosum Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke
permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, atau dapat pula menempel pada
ligamentum/omentum dan kemudian bebas disebut parasitik fibroid.

4 2. Anatomi dan Fisiologi Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari : a. Genetalia Eksterna (vulva) 1)
Tundun (Mons veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis. 2) Labia Mayora Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir
ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,
merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita
dewasa à panjang 7-8 cm, lebar 2 3 cm, tebal 1 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan. 3) Labia Minora Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar
(labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu
membentuk fourchette. 4) Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif.
Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata
tidak melebihi 2 cm. 5) Vestibulum (serambi) Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga

5 menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen. 6) Himen


(selaput dara) Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian
besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
Bentuk dari himen dari masingmasing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior. 7)
Perineum (kerampang) Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otototot berfungsi untuk menjaga kerja dari
sphincter ani b. Genetalia Interna 1) Vagina Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung
kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung)
vagina menjadi forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior, forniks sisistra. Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina : o Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi. o Alat hubungan seks. o Jalan lahir pada waktu persalinan. 2) Uterus Merupakan
Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang
dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung

6 kemih.vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka
interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng. Korpus uteri :
berbentuk segitiga Serviks uteri : berbentuk silinder Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas
kedua pangkal tuba. Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban
hingga 5 liter. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a) Peritonium Meliputi dinding rahim bagian luar.
Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen. b) Lapisan otot Susunan otot
rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan. c)
Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus

7 menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus
dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah: a. Ligamentum latum o Ligamentum
latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii. b. Ligamentum rotundum (teres uteri) o Terdiri dari otot
polos dan jaringan ikat. o Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi. c. Ligamentum
infundibulopelvikum o Menggantung dinding uterus ke dinding panggul. d. Ligamentum kardinale
Machenrod o Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri. o Tempat masuknya pembuluh darah
menuju uterus. e. Ligamentum sacro-uterinum o Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum. f. Ligamentum vesiko-uterinum o Merupakan jaringan ikat agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan. c. Tuba Fallopii Tuba fallopii
merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi
tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi. d.
Ovarium Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina
dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang
dan sebuah ovum

8 dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan
folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3
fungsi: a. Memproduksi ovum b. Memproduksi hormone estrogen c. Memproduksi progesterone Gambar
1 : Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Fisiologi sistem reproduksi wanita dapat dijelaskan sebagai
berikut : a. Hormon Reproduksi pada wanita 1) Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. 2) Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi
hormone LH. 3) Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum). 4) Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH b. Siklus
Menstruasi Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan
mengeluarkan darah dari alat kandungannya. 1) Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana
endometrium terlepas dari rahim dan adanya pendarahanselama 4 hari.

9 2) Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium secara
bertahap selama 4 hari 3) Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat. 4) Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya
penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium. 3. Etiologi Etiologi dari myoma uteri belum
jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai
peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen
dan menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen
dihasilkan oleh semua wanita. Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang
menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan
estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa.
( Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz
yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono,
1994) Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang
terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada
sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu : 1) Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan
myoma uteri menjadi kecil. 2) Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil. 3) Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

10 limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan. 4) Degenerasi membatu (calcireous degeneration) Ini terjadi
pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi.dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. 5) Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan
dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. 6) Degenerasi lemak Jarang terjadi
merupakan kelanjutan degenerasi hialin. (Sarwono, 2005) 4. Tanda dan Gejala 1) Perdarahan tidak
normal Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi Meluasnya permukaan endometrium dalam
proses menstruasi Gangguan kontraksi otot rahim Perdarahan berkepanjangan Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi
infeksi. 2) Penekanan rahim yang membesar Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat
terjadi : Terasa berat di abdomen bagian bawah Sukar miksi atau defekasi Terasa nyeri karena
tertekannya urat syaraf 3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan Kehamilan dengan
disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi : Kehamilan dapat mengalami keguguran
Persalinan prematurus
11 Gangguan saat proses persalinan Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas Kala ke
tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan 5. Pathway Etiologi belum diketahui Faktor
keturunan Wanita nulipara dan kurang subur Reseptor astrogen lebih banyak Sel imatur uterus (otot
polos & jaringan ikat) Cemas Tumor fibromatosa Mioma submukosum - tumbuh bertangkai menjadi polip
- dilahirkan melalui serviks (myomgeburt) Mioma intramural - terdapat di dinding uterus diantara
miometriuum Mioma subserosum - tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum luteum menjadi mioma
intra ligamenter. Resiko tinggi kekurangan cairan - Nyeri - Infertilitas - Perdarahan abnormal
(menometroragia) - Abortus spontan, gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis.
Resiko tinggi infeksi

12 Pathways mioma uteri dengan histerektomi Histerektomi General anastesi Luka insisi hilangnya
Uterus ovarium Depresi Peristaltik Kerusakan Perdarahan Port de entri Estrogen Otot terganggu saraf
berkurang Menelan batuk pasase Nyeri syok Resti Infertil Perubahan Menurun hipovolomik infeksi
menstruasi fisik Aspirasi s secret Perut gg. aktiftas gg. Rasa gg. gambaran Produksi hormon menumpuk
kembung nyaman gg. keseimbangan diri kewanitaan cairan & elektrolit Apnoe Obstruksi malaise Libido
Jalan napas seksual Oksigen tergg. nafsu makan ` gg. pola seksual Bersihan jalan Napas tak efektif
Resti nutrisi kurang

13 6. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang 1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin :
turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun 2) USG : terlihat massa pada daerah uterus. 3) Vaginal
Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya. 4) Sitologi :
menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut., 5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan
yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6) Mendeteksi kelainan yang mungkin
terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. 7. Komplikasi 1) Pertumbuhan lemiosarkoma Myoma
dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, namun tiba-tiba menjadi besar
apabila hal itu terjadi setelah menopause. 2) Torsi (putaran tangkai) Ada saatnya tangkai pada myoma
uteri subserosum mengalami putaran. Jika proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut. 3) Nekrosis
dan infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat
nekrosis dan infeksi sekunder. 8. Penatalaksanaan Beberapa hal yang mempengaruhi terapi mioma uteri
adalah usia, keinginan mempunyai anak, keluhan dan gejala serta gangguan yang ditimbulkan. Adapun
terapi pada pasien mioma uteri meliputi terapi konservatif, pengobatan penunjang, pembedahan dan
radiologi. 1. Terapi konservatif Umumnya pasien mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan. Hal ini
terutama untuk pasien yang tidak ada keluhan atau mendekati menopause. Mioma uteri dengan ukuran
tidak lebih dari usia kehamilan tiga bulan akan

14 mengecil sendii pada menopause, namun perlu pengawasan yang ketat akan terjadinya degenerasi
benigna atau maligna. Tindakan konservatif terutama dilakukan untuk wanita yang masih mempunyai
anak dan ukuran mioma masih kecil. Tindakan konservatif tidak dilakukan bila terdapat gejala-gejala yang
merupakan indikasi pembedahan atau radiasi seperti nyeri abdomen atau pelvic distorsio abdomen
karena tumor-tumor besar dan pertumbuhan tumor yang cepat. 2. pengobatan penunjang Khusus
sebagai penunjang pengobatan bagi pasien dengan anemi karena hiperminore dapat diberikan ferum,
tranfusi darah, diet kaya protein, kalsium. 3. Pembedahan Pada pasien mioma uteri dapat dilakukan
tindakan pembedahan antara lain miomektomi dan histerektomi. a. Miomektomi. Yaitu operasi
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengnngkatan uterus. Tindakan ini dapat dilakukan pada mioma
submukosa yang bertangkai atau jka fungsi uterus masih ingin dipertahankan karena keinginan
mempunyai anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan % setelah dilakukan miomektomi untuk
menyelamatkan fetus. Miomektomi bisa kambuh lagi % untuk dilakukan miomektomi yang kedua ( dr.
Fetus,1988 ). b. Histerektomi. Sekitar % pasien mioma uteri masih memerlukan histerektomi.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan utyerus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilakukan lewat abdomen maupun vagina. Pada histerektomi lewat vagiona ini jarang
dilakukan Karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitar uterus.
Macam-macam histerektomi abdomen antara lain : ( Jay M Black,1997 ) o Histerektomi subtotalis
Operasi yang mengangkat rahim atau uterus saja. o Histerektomi totalis Operasi yang mengangkat o
Histerektomi totalis dengan salpingo oforektomi bilateral (HTSOB)

15 Operasi yang mengangkat rahim, leher rahim, saluran telur, indung telur, bagian hulu vagina,
ligament, kelenjar getah bening dan jaringan lemah dari dalam rongga pinggul. Histerektomi totalis
biasanya dilakukan dengan alas an mencegah timbulnya karsinoma servik uteri. 4. Radioterapi Tindakan
ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga pasien mengalami menopause. Raditerapi ini
umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operasi. Radioterapi hendaknya
hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Sinar yang digunakan untuk radioterapi :
sinar megavolt dan pengion. 9. Pencegahan 1) Pencegahan Primordial Pencegahan ini dilakukan pada
perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah. 2)
Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma
terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan
pengawasan pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen. 3) Pencegahan
Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan
melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

16 B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1. Kebutuhan Oksigenasi


Dampak general anastesi mengakibatkan depresi otot yang mengakibatkan reflek batuk menurun, terjadi
akumulasi scret pada jalan napas mengakibatkan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif. 2.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume
intravaskuler menurun, terjadi syok hipovolemik, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 3.
Kebutuhan Sirkulasi Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler menurun,
tidak adequatnya volume cairan intravaskuler menyebabkan penurunan tekanan darah, aliran darah
(blood flow dan penurunan perfusi jaringan). 4. Kebutuhan Nutrisi Dampak general anastesi, peristaltik
usus menurun, kemampuan digesti, ingesti dan absorpsi menurun, mengakibatkan intake nutrisi
berkurang. 5. Kebutuhan Aktifitas Perdarahan dan rasa nyeri mengakibatkan kelemahan fisik dan
keterbatasan aktifitas. 6. Konsep Diri Hilangnya organ reproduksi uterus, tuba dan ovarium pasca operasi
menyebabkan ketidakstabilan hormonal, libido seksual menurun mengakibatkan gangguan pada pola
hubungan seksual. 7. Kebutuhan Rasa Aman Keterbatasan kognitif tentang penanganan penyakitnya
mengakibatkan timbulnya kecemasan. C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Adalah
hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri submukosum yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita
dengan usia tahun.

17 b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk
myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan
abnormal dan nyeri pasca operasi. 2. Riwayat kesehatan sekarang Mulai kapan klien merasakan adanya
keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. 3. Riwayat kesehatan
dahulu a) Riwayat kesehatan klien Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid
ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar
siklus haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis
perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri. b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas
yang lalu Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa,
nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering terjadi
pada wanita nulipara. c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai
oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen
mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahaya. 4. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu dikaji adalah
keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri
submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.

18 c. Pemeriksaan fisik 1. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok. 2. Sistem pernafasan Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang
ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat
terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. 3. Sistem
perkemihan Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. 4. Sistem pencernaan Fungsi
gastrointestinal biasanya pulih pada jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose
pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. 2. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul 1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan syok hipovolemik. ( Lynda Jual Carpenito, 1997 ) 2) Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan napas. ( MI Jakim, 1987 ) 3) Gangguan rasa
Nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi. ( Black, 1997 ) 4) Resiko tinggi aspirasi
berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran sekunder terhadap anastesi. ( Lynda Jual Carpenito,
1997 ) 5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi. ( MI Jakim,
1997 )

19 6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi. ( MI Jakim, 1997 ) 7)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi. ( Black, 1997 ) 8) Resiko tinggi nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun. ( MI Jakim, 1987 ) 9) Resiko tinggi
disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh atau fungsi (Doengoes, 1999 ) 3.
Intervensi keperawatan 1) Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan syok hipovolemik. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan cairan dapat dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil : a. Tanda vital normal (N:70-80
x/menit, S: C, TD : 110/70-120/80 mmhg) b. Intake dan output cairan seimbang c. Turgor kulit elastic d.
Mukosa lembab e. Elektrolit dalam batas normal (Na: mmol/l, K: 3,5-5,5 mmol/l, Cl: mmol/l). Intervensi 1)
Monitor vital sign 2) Monitor Intake dan output secara ketat 3) Monmitor tanda-tanda dehidrasi 4) Monitor
tanda-tanda Syok 5) Monitor tanda-tanda perdarahan 6) Monitor balance cairan Rasional 1) Deteksi dini
perubahan abnormal fungsi tubuh 2) Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 3) Penurunan sirkulasi volume cairan
mengakibatkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin, deteksi dini memungkinkan untuk terafi
pengganti sesegera mungkin. 4) Deteksi dini terhadap perubahan abnormal fungsi organ-organ vital. 5)
Deteksi dini terhadap faktor penyebab kehilangan volume cairan tubuh. 6) Deteksi dini terhadap
keseimbangan intake dan output.

20 2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan jalan napas efektif. Kriteria
hasil : a) Mendemonstrasikan batuk efektif. b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan
peningkatan pertukaran udara. c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi. Intervensi
1) Bebaskan jalan napas bila perlu lakukan section 2) Monitor pernapasan 3) Atur posisi setengah duduk
atau semi fowler 4) Ajarkan cara batuk efektif setiap 2 jam 5) Lakukan fisioterapi dada Rasional 1) Upaya
untuk mempertahankan patensi jalan napas 2) Deteksi din gangguan fungsi respirasi 3) Menggeser organ
abdomen menjauhi paru sehingga ekspansi paru lebih besar 4) Batuk tidak terkontrol melelahkan dan
inefektif. 5) Untuk membantu mengeluarkan secret yang tertahan. 3) Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya luka operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara
verbal rasa nyeri berkurang, klien dapat rileks, klien mampu mendemonstrasikan keterampilan relaksasi
dan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal; TD : 120 / 80 mmhg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit. 1) Observasi TTV Intervensi 2) Kaji skala, lokasi, dan karakteristik nyeri.
3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. 4) Dorong menggunakan teknik manajemen
relaksasi. 5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai indikasi. Rasional 1) Sebagai data awal untuk melihat
keadaan umum klien 2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat nyeri yang dirasakan klien
sehingga mempermudah intervensi selanjutnya 3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang dirasakan
klien hebat 4) Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan klien dengan non farmakologis 5)
Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri

21 4) Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran sekunder terhadap
anastesi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam aspirasi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Kesadaran composmentis Respirasi < 24 x/menit, pola napas reguler. Intervensi 1)
Pertahankan posisi berbaring miring, jika tidak ada kontra indikasi karena cidera. 2) Kaji posisi lidah,
pastikan lidah tidak kebelakang, menyumbat jalan napas. 3) Bersihkan secret dari mulut dengan tisu atau
dengan penghisap tapi perlahan. Rasional 1) Mempermudah evakuasi secret atau muntahan jika terjadi.
2) Memastikan posisi lidah tidak jatuh kebelakang menutup jalan napas. 3) Menghindari terjadinya
penumpukan secret kejalan napas. 5) Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada
luka operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ADL terpenuhi. Kriteria
hasil : Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,
mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan. Intervensi 1) Bantu pasien untuk bergerak secara aktif dan pasif 2) Bantu memenuhi
kebutuhan yang tidak dapat dilakukan oleh pasien 3) Ubah posisi tiap 2-4 jam 4) Ajarkan pasien atau
keluarga untuk melakuakn mobilisasi secara bertahap. Rasional 1) Memberikan suport pada klien 2)
Membantu memenuhi kebutuhan klien 3) Menghindari terjadinya iritasi kulit pada bagian tertentu karena
penekakan. 4) Pasien dan keluarga dapat melakukan mobilisasi secara mandiri.

22 6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi Kriteria hasil : tidak terjadi. Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi : Luka kering, secret (-), kemerahan (-) Intervensi 1) Observasi tanda-tanda infeksi 2) Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik 3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotik Rasional 1) Deteksi dini terhadap adanya infeksi 2) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan
penyebaran bakteri 3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan. 7) Resiko tinggi pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : Klien mengatakan tidak mual
Napsu makan meningkat Makan habis 1 porsi GDS meningkat Intervensi 1. Beri kesempatan pasien
untuk mendiskusikan alasan tidak makan. 2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak
sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat 3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi
kegiatan yang berlebihan 4. Observasi dan catat asupan makanan cair maupun padat. 5. Berikan penkes
tentang pentingnya nutrisi 6) Kolaborasi untuk pemberian obatobatan atau vitamin Rasional 1. Membantu
pasien mengidentifikasi penyebab gangguan makan. 2. situasi yang nyaman, rileks akan merangsang
nafsu makan. 3. Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4. Mengkaji zat gizi dan suplemen yang
diperlukan. 5. Menjaga asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan 6. Mengandung zat yang
diperlukan oleh tubuh.

23 8) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan organ atau fungsi. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan body image teratasi. Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial Intervensi 1) Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya 2)
Libatkan keluarga untuk memberi support pada pasien 3) Berikan informasi yang dapat diterima oleh
pasien 4) Menggali hal-hal yang positif pada diri pasien 5) Diskusikan cara meningkatkan penampilan
Rasional 1) Mengetahui kondisi psikis pasien 2) Meningkatkan suport sistem 3) Meningkatkan kognitif
pasien 4) Mengetahui mekanisme koping yang digunakan 5) Meningkatkan motivasi klien 9) Resiko tinggi
disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan disfungsi seksual tidak terjadi. Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual penerimaan perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial Intervensi 1) Kaji pengetahuan pasien 2) Bantu pasien untuk menyadari
atau menerima tahap berduka 3) Dorong pasien untuk berbagi pikiran Rasional 1) Menentukan intervensi
yang efektif dan efisien 2) Meningkatkan suport sistem 3) Mekanisme koping efektif

24 DAFTAR PUSTAKA Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset,
Bandung. Bagian Ostetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran (1999) FK UNPAD,
Bandung. JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Lynda Juall Carpenito (2000), Buku Saku
DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta. Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing
Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai