KABUPATEN MALANG
DEPARTEMEN
OLEH :
20202046101109
DEPARTEMEN
KELOMPOK 2
NIM: 202020461011091
Pembimbing CI Lahan
Page 2 of 9
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN 4
A. Definisi 4
B. Etiologi 4
C. Epidemologi 5
D. Tanda dan Gejala 6
E. Patofisologi dan Pathway 6
F. Pemeriksaan Penunjang 8
G. Penatalaksanaan 8
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS) 9
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 11
J. Luaran Keperawatan (SIKI) 11
K. Intervensi (SLKI) 12
L. Daftar Pustaka (Sumber Reference) 16
Page 3 of 9
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif kronik
progresif yang ditandai dengan hilangnya sel saraf (neuron) dopaminergik
pada bagian substantia nigra (SN). Neuron tersebut bertugas untuk
memproduksi dopamin (DA), sebuah neurotransmitter yang
bertanggungjawab untuk memulai perjalanan pesan yang mengkoordinasi
pergerakan otot yang normal (Patel, 2014).
Parkinson adalah penyakit neurologik kronik, progresif yang
disebabkan karena hilangnya neurotranmitter dopamine di otak sehingga
terjadi gangguan kontrol pergerakan yang ditandai adanya tremor pada
tangan, kekakuan, bradikinesia (lambat dalam pergerakan) (Black, 2009).
Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem
ekstrapiramidal, dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar
yang tidak diketahui sebabnya atau bersifat idiopatik. parkinsonisme
idiopatik mengarah pada penyakit parkinson atau agitasi paralisis. (Sylvia
A. Prince, dkk, 2006).
B. Etiologi
Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan sel-
sel saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber
dopamine menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran
dari basal ganglia itu sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan
disebabkan karena faktor keturunan, trauma, infeksi, pengobatan,
terpapar racun, atherosklerosis dan tumor basal ganglia.
Penyakit ini dianggap sebagai penyakit multifaktorial, yang dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik (Mark, 2010). Faktor
risiko terkuat yang diasosiasikan menjadi penyebab terjadinya parkinson
antara lain memiliki riwayat keluarga menderita parkinson atau tremor
serta riwayat konstipasi (Noyce, 2012). Individu dengan konstipasi,
dibandingkan dengan yang tanpa konstipasi, memiliki risiko 2,27 kali
lipat lebih besar mengalami perkembangan parkinson (Adams-Carr,
2015). Peneliti lain berspekulasi bahwa konstipasi dapat meningkatkan
risiko parkinson dengan meningkatkan absorpsi neurotoksin pada usus
atau terdapat faktor risiko lingkungan maupun genetik yang tidak
diketahui baik pada konstipasi maupun parkinson (Lin, 2014).
Hal lain yang diasosiasikan positif tehadap parkinson antara lain
trauma kepala, depresi atau anxiety, dan penggunaan -blocker (Bellou,
2016). -blocker dapat mengurangi neurotransmisi norepinefrin di otak.
Sistem norepinefrin dianggap memiliki peran penting dalam melindungi
integritas neuron dopaminergik pada SN. Gangguan pada sistem
norepinefrin dianggap memiliki peran penting terhadap patogenesis
parkinson dengan mempengaruhi awitan dan perkembangan kerusakan
jalur DA nigostriatal. Hilangnya norepinefrin dapat meningkatkan
neurotoksik dari toksin lingkungan ke neuron dopaminergik nigostriatal
(Ton, 2007).
Hal yang diasosiasikan negatif terhadap parkinson antara lain latihan
fisik, merokok, konsumsi kopi alkohol, serta penggunaan nonsteroidal
antiinflamatory drugs (NSAID) dan calcium channel blocker (CCB) (Bellou,
2016). Urat serum merupakan penangkap radikal bebas yang dianggap
berkontribusi terhadap hilangnya neuron dopaminergik (Noyce, 2012).
Latihan fisik dapat meningkatkan kadar urat plasma, sehingga
diasosiasikan dengan menurunnya risiko terjadinya parkinson (Yang,
2015).
Salah satu faktor lingkungan yang dikaitkan menjadi penyebab
parkinson adalah paparan senyawa kimia beracun, misal MPTP. Hipotesis
ini diperkuat oleh fakta bahwa individu yang tinggal di wilayah dengan
pestisida yang strukturnya mirip MPTP, relatif lebih besar memiliki risiko
menderita parkinson (Bartels, 2009). Penelitian yang lain menunjukkan
bahwa parkinson lebih banyak diderita oleh individu yang tinggal di
wilayah pedesaan, yang bekerja sebagai petani dan mengkonsumsi air
sumur (Mark, 2010)
C. Epidemologi
Menurut data epidemiologi, penyakit Parkinson merupakan penyakit
neurodegeneratif tersering kedua setelah penyakit Alzheimer. Parkinson
juga merupakan salah satu sumber penyebab disabilitas global. Menurut
studi analisis sistematik menyatakan bahwa pada tahun 2016, terdapat 6,1
juta orang dengan penyakit Parkinson di seluruh dunia. Jumlah penderita
Parkinson sebanyak 6,1 juta mengalami peningkatan sebanyak 2,4 kali
lipat dibandingkan tahun 1990 di mana penderita berjumlah hanya 2,5
juta orang di seluruh dunia.
Penderita Parkinson yang berjenis kelamin pria lebih banyak
dibandingkan wanita, penderita pria berjumlah 3,2 juta orang dan wanita
berjumlah 2,9 juta orang. Di antara seluruh jumlah penderita Parkinson
pada 2016, 2,1 juta orang berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik tinggi, 3,1 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik menengah, dan 0,9 juta berasal dari negara dengan
indeks sosiodemografik rendah. Prevalensi penyakit Parkinson meningkat
sering pertambahan umur setelah umur 50 tahun, dengan puncak yaitu
umur 85-89 tahun dan menurun setelah umur 89 tahun. [4]
Pada tahun 2002, WHO memperkirakan penyakit Parkinson
menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar
238.452.952. Berdasarkan hasil studi di 6 negara Asia, yaitu China, India,
Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan Jepang, terdapat 2,57 juta orang
penderita penyakit Parkinson pada tahun 2005. Jumlah ini diperkirakan
akan terus meningkat menjadi 6,17 juta orang pada tahun 2030. [5,7]
Kerusakan fungsi
nervus VII & XII Rigiditas
deserebrasi
Disfungsi bahasa
dan komunikasi Kekauan dalam
beraktivitas
Disfagia, disartria
& afasia Gangguan Perubahan gaya
Kekuatan otot
keseimbangan menurun berjalan
Kesulitan
berbicara Tidak mampu Tremor
Risiko
merawat diri
Gangguan Jatuh
Komunikasi verbal
Gangguan
Defisit Mobilitas Fisik
Perawatan Diri
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penderita parkinson menurut Tarwoto
2013, yaitu :
1. EEG ( terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo).
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin,
terapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin,
levodopa, inhibitor monoamin oksidasi (MOA) dan antidepresi.
Beberapa obat-obat ini meyebabkan efek samping psikiatrik pada
lansia.
a. Antihistamin
Antihistimin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat
ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor.
b. Terapi Antikolinergik
c. Amantadin hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agens-agens antivirus
yang digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk
menurunkan kekakuan, tremor dan bradikinesia. Agens ini di
perkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah
penyimpanan di dalam saraf. Reaksi efek samping terdiri dari
gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi),
muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan
penglihatan.
d. Terapi levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini
merupakan agens yang paling efektif untuk pengobatan dan
penyakit parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L(MD4)dopa
menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas
dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat dalam sel-sel
substansia nigra menjadi hilang yaitu pada pasien dengan penyakit
parkinson.
e. Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi
yang juga biasa terjadi pada penyakit parkinson.
2. Keperawatan
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini
sering terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu
canggih.
a. Perawatan Penyakit Parkinson
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita
oleh manula, maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada
profesi paramedis, melainkan kepada semua orang yang ada di
sekitarnya.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala
penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1) Abnormalitas gerakan
2) Kecenderungan postur tubuh yang salah
3) Gejala otonom
4) Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL)
5) Perubahan psikologik
Edukasi
7. Jelaskan manfaat
aktivitas fisik
8. Anjurkan tehnik
pernapasan yang tepat
selama aktivitas fisik
9. Ajarkan tehnik latihan
sesuai kemampuan
10. Ajarkan menghindari
cedera saat aktivitas
fisik.
Edukasi
6. Anjurkan berbicara
perlahan
Defisit perawatan Setelah dilakukan Promosi Latihan Fisik
diri b.d gangguan intervensi keperawatan, (I.05183)
neuromuskuler d.d maka koordinasi Observasi
tidak mampu pergerakan meningkat 1. Identifikasi keyakinan
mengenakan dengan kriteria hasil kesehatan tentang
pakaian (D.0109) (L.05041) : latihan fisik
a. Kekuatan otot 2. Identifikasi pengalaman
meningkat olahraga sebelumnya
b. Kontrol gerakan 3. Identifikasi motivasi
meningkat individu untuk memulai
c. Keseimbanga gerakan dan melanjutkan
meningkat program olahraga
d. Gerakan kearah yang 4. Identifikasi hambatan
diingkan meningkat untuk berolahraga
e. Kecepatan gerakan 5. Monitor kepatuhan
membaik menjalankan program
latihan
6. Monitor respon
terhadap program
latihan
Terapeutik
7. Motivasi
mengungkapkan
perasaan tentang
olahraga/kebutuhan
olahraga
8. Motivasi memulai atau
melanjutkan olahraga
9. Fasilitasi dalam
mempertahankan
kemajuan program
latihan
10. Lakukan aktivitas
olahraga bersama
pasien
11. Libatkan keluarga
dalam merencanakan
dan memelihara
program latihan
Edukasi
12. Jelaskan manfaat dan
efek fisiologis olahraga
13. Jelaskan jenis latihan
yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
14. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan yang
diinginkan
15. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang tepat
16. Ajarkan tehnik
menghindari cedera
saat berolahraga
17. Ajarkan tehnik
pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik.
DAFTAR PUSTAKA