Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN DAN RESUME KLINIK SARAF RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

KABUPATEN MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

INDAH WAHYUNI SAKRIYANTO

20202046101109

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG 2021


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DAN RESUME KLINIK SARAF RSUD KANJURUHAN KEPANJEN


KABUPATEN MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 2

NAMA: INDAH WAHYUNI SAKRIYANTO

NIM: 202020461011091

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 31 MEI 2021 / MINGGU KE 8

Malang, 07 Mei 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Indah Wahyuni Sakriyanto) (Zaqqi Ubaidillah, M.Kep.,SP.Kep.MB)

Pembimbing CI Lahan

( Ns. Denok Panglipuring S, S.Kep )

Page 2 of 9
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN 4
A. Definisi 4
B. Etiologi 4
C. Epidemologi 5
D. Tanda dan Gejala 6
E. Patofisologi dan Pathway 6
F. Pemeriksaan Penunjang 8
G. Penatalaksanaan 8
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS) 9
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI) 11
J. Luaran Keperawatan (SIKI) 11
K. Intervensi (SLKI) 12
L. Daftar Pustaka (Sumber Reference) 16

Page 3 of 9
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif kronik
progresif yang ditandai dengan hilangnya sel saraf (neuron) dopaminergik
pada bagian substantia nigra (SN). Neuron tersebut bertugas untuk
memproduksi dopamin (DA), sebuah neurotransmitter yang
bertanggungjawab untuk memulai perjalanan pesan yang mengkoordinasi
pergerakan otot yang normal (Patel, 2014).
Parkinson adalah penyakit neurologik kronik, progresif yang
disebabkan karena hilangnya neurotranmitter dopamine di otak sehingga
terjadi gangguan kontrol pergerakan yang ditandai adanya tremor pada
tangan, kekakuan, bradikinesia (lambat dalam pergerakan) (Black, 2009).
Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem
ekstrapiramidal, dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar
yang tidak diketahui sebabnya atau bersifat idiopatik. parkinsonisme
idiopatik mengarah pada penyakit parkinson atau agitasi paralisis. (Sylvia
A. Prince, dkk, 2006).

B. Etiologi
Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan sel-
sel saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber
dopamine menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran
dari basal ganglia itu sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan
disebabkan karena faktor keturunan, trauma, infeksi, pengobatan,
terpapar racun, atherosklerosis dan tumor basal ganglia.
Penyakit ini dianggap sebagai penyakit multifaktorial, yang dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik (Mark, 2010). Faktor
risiko terkuat yang diasosiasikan menjadi penyebab terjadinya parkinson
antara lain memiliki riwayat keluarga menderita parkinson atau tremor
serta riwayat konstipasi (Noyce, 2012). Individu dengan konstipasi,
dibandingkan dengan yang tanpa konstipasi, memiliki risiko 2,27 kali
lipat lebih besar mengalami perkembangan parkinson (Adams-Carr,
2015). Peneliti lain berspekulasi bahwa konstipasi dapat meningkatkan
risiko parkinson dengan meningkatkan absorpsi neurotoksin pada usus
atau terdapat faktor risiko lingkungan maupun genetik yang tidak
diketahui baik pada konstipasi maupun parkinson (Lin, 2014).
Hal lain yang diasosiasikan positif tehadap parkinson antara lain
trauma kepala, depresi atau anxiety, dan penggunaan -blocker (Bellou,
2016). -blocker dapat mengurangi neurotransmisi norepinefrin di otak.
Sistem norepinefrin dianggap memiliki peran penting dalam melindungi
integritas neuron dopaminergik pada SN. Gangguan pada sistem
norepinefrin dianggap memiliki peran penting terhadap patogenesis
parkinson dengan mempengaruhi awitan dan perkembangan kerusakan
jalur DA nigostriatal. Hilangnya norepinefrin dapat meningkatkan
neurotoksik dari toksin lingkungan ke neuron dopaminergik nigostriatal
(Ton, 2007).
Hal yang diasosiasikan negatif terhadap parkinson antara lain latihan
fisik, merokok, konsumsi kopi alkohol, serta penggunaan nonsteroidal
antiinflamatory drugs (NSAID) dan calcium channel blocker (CCB) (Bellou,
2016). Urat serum merupakan penangkap radikal bebas yang dianggap
berkontribusi terhadap hilangnya neuron dopaminergik (Noyce, 2012).
Latihan fisik dapat meningkatkan kadar urat plasma, sehingga
diasosiasikan dengan menurunnya risiko terjadinya parkinson (Yang,
2015).
Salah satu faktor lingkungan yang dikaitkan menjadi penyebab
parkinson adalah paparan senyawa kimia beracun, misal MPTP. Hipotesis
ini diperkuat oleh fakta bahwa individu yang tinggal di wilayah dengan
pestisida yang strukturnya mirip MPTP, relatif lebih besar memiliki risiko
menderita parkinson (Bartels, 2009). Penelitian yang lain menunjukkan
bahwa parkinson lebih banyak diderita oleh individu yang tinggal di
wilayah pedesaan, yang bekerja sebagai petani dan mengkonsumsi air
sumur (Mark, 2010)

C. Epidemologi
Menurut data epidemiologi, penyakit Parkinson merupakan penyakit
neurodegeneratif tersering kedua setelah penyakit Alzheimer. Parkinson
juga  merupakan salah satu sumber penyebab disabilitas global. Menurut
studi analisis sistematik menyatakan bahwa pada tahun 2016, terdapat 6,1
juta orang dengan penyakit Parkinson di seluruh dunia. Jumlah penderita
Parkinson sebanyak 6,1 juta mengalami peningkatan sebanyak 2,4 kali
lipat dibandingkan tahun 1990 di mana penderita berjumlah hanya 2,5
juta orang di seluruh dunia.
Penderita Parkinson yang berjenis kelamin pria lebih banyak
dibandingkan wanita, penderita pria berjumlah 3,2 juta orang dan wanita
berjumlah 2,9 juta orang. Di antara seluruh jumlah penderita Parkinson
pada 2016, 2,1 juta orang berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik tinggi, 3,1 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik menengah, dan 0,9 juta berasal dari negara dengan
indeks sosiodemografik rendah. Prevalensi penyakit Parkinson meningkat
sering pertambahan umur setelah umur 50 tahun, dengan puncak yaitu
umur 85-89 tahun dan menurun setelah umur 89 tahun. [4]
Pada tahun 2002, WHO memperkirakan penyakit Parkinson
menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar
238.452.952. Berdasarkan hasil studi di 6 negara Asia, yaitu China, India,
Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan Jepang, terdapat 2,57 juta orang
penderita penyakit Parkinson pada tahun 2005. Jumlah ini diperkirakan
akan terus meningkat menjadi 6,17 juta orang pada tahun 2030. [5,7]

D. Tanda dan Gejala


Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku
otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk
semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai,
mempertahankan, dan membentuk aktifitas motorik dan pengalaman
lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor,
seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian. yang
lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karekteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-
supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari
terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari.
Keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa
cemas, dan muncul pada saat pasien istirahat.
Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan
gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya
ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan
keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara
wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada
muncul sekilas.
Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan
kepala cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran
dalam berputar dan hilangnya ke seimbangan (salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh. Gambaran Klinis
Parkinsonisme yaitu :
1. Kepala membungkuk kedepan
2. Tremor kepala dan tangan
3. Gerakan tangan memutar
4. Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong
5. Berdiri kaku
6. Hilangnya reflek postural
7. Akinesia
8. Ekspresi wajah seperti topeng
9. Kehilangan berat badan
10. Mengeluarkan air liur

Seringkali penderita parkinson memperlihatkan tanda-tanda depresi.


Depresi ini belum ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi terhadap
gangguan atau berhubungan dengan abnormalitas biokimia. Manifestasi
mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan
memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan
kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada
lansia.
E. Patofisologi dan Pathway
Penyakit Parkinson merupakan penyakit pada sistem ekstrapiramidal
yang dikarakterisasi oleh degenerasi neuron dopaminergik. Degenerasi
progresif neuron dopaminergik menyebabkan pengurangan proyeksi
dopaminergik dari substantia nigra pars compacta (SNc) ke striatum (jalur
nigostriatal), sehingga menghasilkan hilangnya fungsi dopaminergik.
Terdapat dua tipe reseptor DA, yaitu tipe eksikatorik (D 1) yang
mengaktivasi jalur langsung dan tipe inhibitorik (D2) yang mengaktivasi
jalur tidak langsung. Jalur langsung dibentuk oleh neuron di striatum yang
memproyeksikan langsung ke GPi dan SNr, kemudian dilanjutkan ke
ventroanterior (VA) dan ventrolateral (VL) thalamus.
Neurotransmitter yang terdapat di jalur langsung adalah GABA yang
bersifat inhibitorik, sehingga efek akhir dari stimulasi jalur ini adalah
penurunan arus rangsang dari thalamus ke korteks. Sedangkan jalur tidak
langsung dibentuk oleh neuron striatal yang memproyeksikan ke GPe, lalu
menginervasi STN, kemudian dilanjutkan ke VA dan VL thalamus.
Proyeksi dari striatum ke GPe dan dari GPe ke STN menggunakan
neurotransmitter GABA, tetapi jalur akhir proyeksi STN ke GPi dan SNr
menggunakan neurotransmitter glutamatergik yang bersifat eksikatorik,
sehingga efek akhir dari stimulasi jalur ini adalah peningkatan arus
rangsang dari thalamus ke korteks. Hilangnya DA pada striatum
menyebabkan peningkatan aktivitas reseptor D1 dan penurunan aktivitas
pada reseptor D2. Hasilnya adalah peningkatan hambatan pada proyeksi
VA dan VL thalamus ke korteks bagian depan, sehingga menyebabkan
penurunan aktivitas motorik.
Virus
Defisiensi kadar
dopamin
Invasi kejaringan
serebral
Rusaknya neuron
disubtansi nigra PARKINSON Peradangan
serebral

Defisit neurologi Gangguan pada


nervus VIII

Kerusakan fungsi
nervus VII & XII Rigiditas
deserebrasi

Disfungsi bahasa
dan komunikasi Kekauan dalam
beraktivitas
Disfagia, disartria
& afasia Gangguan Perubahan gaya
Kekuatan otot
keseimbangan menurun berjalan
Kesulitan
berbicara Tidak mampu Tremor
Risiko
merawat diri
Gangguan Jatuh
Komunikasi verbal
Gangguan
Defisit Mobilitas Fisik
Perawatan Diri
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penderita parkinson menurut Tarwoto
2013, yaitu :
1. EEG ( terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo).

G. Penatalaksanaan
1. Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin,
terapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin,
levodopa, inhibitor monoamin oksidasi (MOA) dan antidepresi.
Beberapa obat-obat ini meyebabkan efek samping psikiatrik pada
lansia.
a. Antihistamin
Antihistimin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat
ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor.
b. Terapi Antikolinergik
c. Amantadin hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agens-agens antivirus
yang digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk
menurunkan kekakuan, tremor dan bradikinesia. Agens ini di
perkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah
penyimpanan di dalam saraf. Reaksi efek samping terdiri dari
gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi),
muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan
penglihatan.
d. Terapi levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini
merupakan agens yang paling efektif untuk pengobatan dan
penyakit parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L(MD4)dopa
menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas
dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat dalam sel-sel
substansia nigra menjadi hilang yaitu pada pasien dengan penyakit
parkinson.

e. Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi
yang juga biasa terjadi pada penyakit parkinson.
2. Keperawatan
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini
sering terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu
canggih.
a. Perawatan Penyakit Parkinson
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita
oleh manula, maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada
profesi paramedis, melainkan kepada semua orang yang ada di
sekitarnya.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala
penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1) Abnormalitas gerakan
2) Kecenderungan postur tubuh yang salah
3) Gejala otonom
4) Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL)
5) Perubahan psikologik

Untuk mencapai tujuan diatas dapat dilakukan tindakan sebagai


berikut :
1) Terapi fisik: ROM ( range of motion)
a) Peregangan
b) Koreksi postur tubuh
c) Latihan koordinasi
d) Latihan jalan (gait training)
e) Latihan buli-buli dan rectum
f) Latihan kebugaran kardiopulmonar
g) Edukasi dan program latihan di rumah
2) Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal
pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari.
a) Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan
program latihan pernapasan diafragma, evaluasi menelan,
latihan disartria, latihan bernapas dalam sebelum bicara.
Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara,
irama dan artikulasi.
b) Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi
setelah melakukan asesmen mengenai fungsi kognitif,
kepribadian, status mental ,keluarga dan perilaku.
c) Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami
ketidakstabilan postural, dengan membuatkan alat Bantu
jalan seperti tongkat atau walker.
3. Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan
suatu diet yang khusus, akan tetapi diet penderita ini yang
diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan gizi,
penurunan berat badan, dan pengurangan jumlah massa otot, serta
tidak terjadinya konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan
makanan yang berimbang antara komposisi serat dan air untuk
mencegah terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium untuk
mempertahankan struktur tulang agar tetap baik. Apabila
didapatkan penurunan motilitas usus dapat dipertimbangkan
pemberian laksan setiap beberapa hari sekali. Hindari makanan
yang mengandung alkohol atau berkalori tinggi.
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan
bila penderita tidak lagi memberikan respon terhadap
pengobatan/intractable, yaitu masih adanya gejala dua dari gejala
utama penyakit parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia,
gait/postural instability), Fluktuasi motorik, fenomena on-off,
diskinesia karena obat, juga memberi respons baik terhadap
pembedahan.

H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)


Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali
masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Identitas
Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-
laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, dan
hilangnya refleks postural.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor,
sering kali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian kebagian
yang lain dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan
membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada
sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan
regiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering
menderita dermatitis peboroik, sulit menelan, konstipasi, serta
gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat
antikolinergik dan hipertron prostat.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan
obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Walaupun penyakit parkinson tidak ditemukan hubungan
sebab genetik yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan
untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga atapun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan untuk kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara
opitimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda
depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi
psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut)
umumnya terjadi pada lansia.
8. Pemeriksaan fisik
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,
meliputi bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan: berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran napas.
1) Inspeksi : Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, dan penggunaan otot bantu napas.
2) Palpasi : Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi : Adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi : Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi
stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi sekret
dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien dengan inaktifitas.
b. B2 (blood)
Hipotensi postural:berkaitan dengan efek samping pemberian
obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh
sistem persarafan otonom. Rasa lelah berlebihan dan otot terasa
nyeri, otot-otot lelah karena rigiditas.
c. B3 (Brain)
Inspeksi : Didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
1) Pengkajian tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran klien
biasanya compos mentis dan juga tergantung pada aliran darah
serebral regional menurun yang mengakibatkan perubahan
pada status kognitif klien.
2) Pengkajian fungsi serebral : Status mental biasanya status
mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3) Pemeriksaan saraf kranial : Pengkajian saraf kranial meliputi
pemeriksaan saraf kranial I-XII.
a) Saraf I : Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak
ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II : Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan,
dimana sesuai tingkat usia yang tuanya biasanya klien dari
penyakit parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c) Saraf III, IV, dan VI : Gangguan saraf okulomotorius:
sawaktu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan mata pada
sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa juga
berjalan kearah yang berlawanan, gerakan bola mata yang
sinkron dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan
kedua bola mata ke arah nasal. Dalam gerakan itu, bola
mata kiri begerak kekanan dan gerakan bola mata kanan
bergerak kekiri. Gerakan kedua bola mata kearah nasal
dinamakan gerakan konvergen, yang terjadi karena kedua
otot rektus medialis (internus) berkontraksi.
d) Saraf V : Pada klien dengan penyakit parkinson umumnya
didapatkan perubahan pada otot wajah. Adanya
keterbatasan otot wajah maka terlihat ekspresi wajah
mengalami penurunan dimana saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata).
e) Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan proses senilis dan penurunan aliran darah
regional.
g) Saraf IX dan X : Di dapatkan kesulitan dalam menelan
makanan.
h) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikula. Indra pengecapan normal.
4) Sistem Motorik
a) Inspeksi : Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b) Tonus otot ditemukan meningkat.
c) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami
gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan,
perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
5) Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba
untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung
kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah
satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
6) Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia klien dengan penyakit parkinson
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara
progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari
neuropati.
d. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan
dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
Ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural.
e. B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan
asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan
kesulitan dalam menelan, konstipasi karena penurunan aktivitas.
f. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas untuk beraktivitas karena
kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular d.d rentang
gerak menurun (D.0054)
2. Gangguan komunikas verbal b.d gangguan neuromuskuler d.d tidak mampu
berbicara (D.0119)
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler d.d tidak mampu
mengenakan pakaian (D.0109)
4. Risiko jatuh d.d gangguan keseimbangan (D.0143)

J. Intervensi Keperawatan (SIKI)

Tujuan dan kriteria


Diagnosa Intervensi
hasil
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Manajemen Program
fisik b.d gangguan intervensi keperawatan, Latihan (I.05179)
neuromuscular d.d maka koordinasi Observasi
1. Identifikasi pengetahuan
rentang gerak pergerakan meningkat
dan pengalaman
menurun (D.0054) dengan kriteria hasil
aktivitas fisik
(L.05041) :
sebelumnya
a. Kekuatan otot
2. Identifikasi jenis
meningkat
aktivitas fisik
b. Kontrol gerakan
3. Identifikasi kemampuan
meningkat
klien beraktivitas
c. Keseimbangan gerakan
Terapeutik
meningkat
4. Motivasi untuk memulai
d. Gerakan dengan
atau melanjutkan
kecepatan yang di
aktivitas fisik
inginkan meningkat.
5. Motivasi menjadwalkan
program aktivitas fisik
dari regular menjadi
rutin
6. Libatkan keluarga dalam
merencanakan dan
memelihara program
aktivitas fisik

Edukasi
7. Jelaskan manfaat
aktivitas fisik
8. Anjurkan tehnik
pernapasan yang tepat
selama aktivitas fisik
9. Ajarkan tehnik latihan
sesuai kemampuan
10. Ajarkan menghindari
cedera saat aktivitas
fisik.

Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi :


komunikas verbal intervensi keperawatan, Defisit Bicara (I.13492)
b.d gangguan maka komunikasi verbal Observasi
1. Monitor kepecapatn,
neuromuskuler d.d meningkat dengan kriteria
tekanan, kuantitas,
tidak mampu hasil (L.13118) :
volume dan diksi bicara
berbicara (D.0119) a. Kemampuan berbicara
meningkat 2. Identifikasi perilaku
b. Disfagia menurun emosional dan fisik
c. Disatria menurun sebagai bentuk
d. Afasia menurun komunikasi
e. Pelo menurun
Terapeutik
3. Gunakan metode
komunikasi alternative
(mis, menulis, mata
berkedip, isyarat tangan)
4. Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis, berdiri
di depan pasien,
dengarkan dengan
seksama, bicaralah
dengan perlahan sambil
menghindair teriakan,
gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta
bantuan keluarga untuk
memahami ucapan
pasien)
5. Ulangi apa yang
disampaikan pasien

Edukasi
6. Anjurkan berbicara
perlahan
Defisit perawatan Setelah dilakukan Promosi Latihan Fisik
diri b.d gangguan intervensi keperawatan, (I.05183)
neuromuskuler d.d maka koordinasi Observasi
tidak mampu pergerakan meningkat 1. Identifikasi keyakinan
mengenakan dengan kriteria hasil kesehatan tentang
pakaian (D.0109) (L.05041) : latihan fisik
a. Kekuatan otot 2. Identifikasi pengalaman
meningkat olahraga sebelumnya
b. Kontrol gerakan 3. Identifikasi motivasi
meningkat individu untuk memulai
c. Keseimbanga gerakan dan melanjutkan
meningkat program olahraga
d. Gerakan kearah yang 4. Identifikasi hambatan
diingkan meningkat untuk berolahraga
e. Kecepatan gerakan 5. Monitor kepatuhan
membaik menjalankan program
latihan
6. Monitor respon
terhadap program
latihan

Terapeutik
7. Motivasi
mengungkapkan
perasaan tentang
olahraga/kebutuhan
olahraga
8. Motivasi memulai atau
melanjutkan olahraga
9. Fasilitasi dalam
mempertahankan
kemajuan program
latihan
10. Lakukan aktivitas
olahraga bersama
pasien
11. Libatkan keluarga
dalam merencanakan
dan memelihara
program latihan

Edukasi
12. Jelaskan manfaat dan
efek fisiologis olahraga
13. Jelaskan jenis latihan
yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
14. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan yang
diinginkan
15. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang tepat
16. Ajarkan tehnik
menghindari cedera
saat berolahraga
17. Ajarkan tehnik
pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik.

Risiko jatuh d.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Jatuh (I.14540)


gangguan keperawatan, maka Observasi
keseimbangan kesimbangan meningkat 1. Identifikasi faktor risiko
(D.0143) dengan kriteria hasil jatuh (gangguan
(L.05039) : keseimbangan)
a. Kemampuan bangkit dari 2. Identifikasi faktor
posisi duduk meningkat lingkungan yang
b. Keseimbangan saat meningkatkan risiko jatih
berdiri meningkat 3. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
c. Keseimbangan saat tidur ke kursi roda dan
berjalan meningkat sebaliknya
d. Tersandung menurun
Terapeutik
e. Postur membaik
4. Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci
5. Pasang handrall tempat
tidur
6. Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
7. Gunakan alat bantu
berjalan
Edukasi
8. Ajarkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
9. Anjurkan berkonsentrasi
unutk menjaga
kesimbangan tubuh
10. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri.

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC
Adams-Carr, K.L., Bestwick, J.P., Shribman, S., Lees, A., Schrag, A., Noyce,
A.J.2015. Constipation preceding Parkinson’s disease: a systematic review
and meta-analysis. J Neurol Neurosurg Psychiatry, p. 1-7.
Bartels, A.L., Leenders, K.L., 2009. Parkinson’s disease: The syndrome, the
pathogenesis and pathophysiology. Cortex, Vol. 45 No. 8, p. 915-21.
Black, 2009. Medical surgical nursing: clinical managementfor continuity of care, 8th
ed philadepia: W. B. Sunders Company
Lin, C., Lin, J., Liu, Y., Chang, C., Wu, R., 2014. Risk of Parkinson’s disease following
severe constipation: A nationwide population- based cohort study.
Parkinsonism and Related Disorders, p. 1- 5.
Mark, M.H., 2010. Parkinson’s Disease Handbook: A Guide for Patients and Their
Families. New Jersey: American Parkinson Disease Association, Inc.
Noyce, A.J., Bestwick, J.P., Silveira-Moriyama, L., Hawkes, C.H., Giovannoni, G., Lees,
A.J., Schrag, A., 2012. Meta-Analysis of Early Nonmotor Features and Risk
Factors for Parkinson Disease. American Neurological Association Neurol, Vol.
72 No. 6, p. 893-901.
Patel, T., Chang, F., 2014. Parkinson’s disease guidelines for pharmacists. Can Pharm J
(Ott), Vol. 147 No.5, p. 161-70.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Edisi II.
Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Ton, T.G.N., Heckbert, S.R., Longstreth Jr. W.T., Rossing, M.A., Kukull, W.A., Franklin,
G.M., Swanson, P.D., Smith-Weller, T., Chekoway, H., 2007. Calcium channel
blockers and -blockers in relatin to Parkinson’s disease. Parkinsonism Relat
Disord, Vol. 13 No. 3, p. 165-69
Yang, F., Lagerros, Y.T., Bellocco, R., Adami, H., Fang, F., Pedersen, N.L., Wirdefeldt, K.,
2015. Physical activity and risk of Parkinson’s disease in the Swedish National
March Cohort. Brain, Vol. 138, p. 269-75

Anda mungkin juga menyukai