SYOK HIPOVOLEMIK
OLEH :
KORY WAHYU ENNAR
15.20.059
C. KOMPLIKASI
D. PATOFISIOLOGI
Gangguan Gangguan
Reabsorbsi Na dan Air Gangguan proses Penurunan perfusi
Produksi asam metabolisme proses difusi O2
oleh tubulus ginjal oksigenasi jaringan fagositosis
laktat berlebih otak dan CO2
sel kupffer dihat
Penurunan Memicu
Oliguri Kerusakan
kesadaran hiperventilasi Risiko infeksi
pertukaran gas
F. DIAGNOSIS
Field Care
Saat bantuan medis datang dan penderita dibawa menggunakn ambulan,
berikan oxygen pada pasien untuk mempertahankan suplai oksigen ke jaringan.
Terapi cairan intravena biasanya dilakukan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang, namun cairan intravena todak dapat mengankut darah sehingga tetap
disarankan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Selain oemberian cairan
intravena sering pula dilakukan metode permissive hypotension metode ini
diutamakan bagi penderita trauma atau yang lebih dikenal sebagai terapi cairan
restriktif, metode ini digunakan agar tekanan darahbsistolik meningkattanpa
mencapai tekanan darah normal dengan tujuan pencegahan terlarutnya faktor
pembekuan secara berlebih.
Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian
meskipun sudah diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan faktor
yang mempengaruhi Hypovolemic shock, biasanya orang-orang yang sudah lanjut
usia jika mengalami Hypovolemic shock akan sulit ditangani dan disembuhkan.
Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika segera diberikan penanganan atau
tindakan meskipun tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kematian
terhadap orang tersebut. Hypovolemi shock biasanya tergantung dari hal-hal
berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
G. PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan Penunjang :
1. Sel darah putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000-30.000) dengan peningkatan
pita (berpindah ke kiri) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
2. Elektrolit serum : berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis,perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan pembekuan : trombosit terjadi penurunan (Trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengidentifikasikan koagulopati yang diasosialisasikan dengan iskemia
hati/sirkulasi toksin/status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolik,disfungsi hati,syok
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukkan
glukoneogenesis dan glikogenolisis didalam hati sebagai respon dari
perubahan selular dalam metabolisme.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi
ketidakseimbangan/gagalan hati.
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia,asidosis respiratorik dan asidosis metabolik
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP/bakteri penyebab infeksi. Sering kali munul protein
dan SDM.
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengidentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukkan infeksi karena perforasi
abdomen/organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor-faktor pencetus test diagnostik antara lain :
1. Electrocardiogram (ECG)
2. Sonogram
3. Scan jantung
4. Katerisasi jantung
5. Roentgen dada
6. Enzime hepar
7. Elektrolit oksimetri nadi
8. AGD
9. Kreatinin
10. Albumin/transforin serum
11. HSD
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN