Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK HIPOVOLEMIK

OLEH :
KORY WAHYU ENNAR
15.20.059

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
PEMKAB MALANG
2019
A. DEFINISI

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan


hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul
akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif,
trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau
emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok
septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat
respons imun (syok anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar,
muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik
merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak
dibandingkan syok lainnya. Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara
dengan mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah
kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok
hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri meninggal
pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian besar penderita
meninggal setelah beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat
perlakuan yang tepat dan adekuat. Penatalaksanaan syok hipovolemik dapat
dilakukan mulai dari saat terjadinya kejadian, apabila pasien mengalami trauma,
untuk menghindari cedera lebih lanjut vertebra servikalis harus diimobilisasi,
memastikan jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, memaksimalkan
sirkulasi dan pasien segera dipindahkan ke rumah sakit. Keterlambatan saat
pemindahan pasien ke rumah sakit sangat berbahaya. Syok hipovolemik terjadi
jika penurunan volume intravaskular 15% sampai 25%. Beberapa tahap syok
hipovolemik :
1. Tahap I :
a. Terjadi jika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b. Terjadi kompensasi dimana biasanya cardiak output dan tekanan darah
masih dapat dipertahankan
2. Tahap II :
a. Terjadi apabila kehilangan darah 15-20%
b. Tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
3. Tahap III :
a. Terjadi bila kehilangan darah lebih dari 25%
b. Terjadi penurunan tekanan darah,cardiak utput,PO2,perfusi jaringan
secara cepat
c. Terjadi iskemik pada organ
d. Terjadi ekstravasasi cairan
B. ETIOLOGI

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume


darah pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang
masif atau kehilangan plasma darah.
Penyebab syok hipovolemik adalah :
1. Perdarahan
- Hematom subkapsular hati
- Aneurisma aorta pecah
- Perdarahan GIT
- Perlukan berganda
2. Kehilangan plasma darah
- Luka bakar luas
- Pankreatitis
- Deskuamasi kulit
- Sindrom dumping
3. Kehilangan cairan ekstraseluler
- Muntah
- Dehidrasi
- Diara
- Terapi diuretik yang sangat agresif
- Diabetes insipidus
- Insufisiensi adrenal

C. KOMPLIKASI

Kurangnya darah dan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan komplikasi


sebagai berikut:
1. Kerusakan organ seperti ginjal
2. Gengren pada lengan atau kaki
3. Serangan jantung
Efek dari syok hipovolemik tergantung pada kecepatan hilangnya darah dan
cairan. keparahan cedera penyebab juga dapat menentukan peluang untuk
bertahan hidup. Kondisi medis kronis seperti diabetes,stroke sebelumnya,penyakit
jantung,paru-paru atau ginjal atau penggunaan obat pengencer darah seperti
coumadin atau aspirin dapat meningkatkan kemungkinan mengalami komplikasi
dari syok hipovolemik. Syok hipovolemik dapat berbahaya untuk semua orang
tetapi bisa sangat berbahaya pada orang tua. Lansia yang mengalami syok
hipovolemik memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari pada orang muda. Orang
tua memiliki sedikit toleransi terhadap syok,dan pengobatan lebih dini untuk
mencegah komplikasi lain sangatlah penting untuk dilakukan.

D. PATOFISIOLOGI

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata


dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan
penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah dibawah normal akan
menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ :
1. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskuler sistematik akan berusaha
untuk meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang
cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kmulit,
dan khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk
pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi
kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi.
Sehingga keduanya sangat bergantung akan kesediaan oksigen dan
nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu
yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan
arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga kurang
dari 60mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis dan fungsi sel
disemua organ akan terganggu.
2. Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor
dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons
autonom tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain.
3. Kardiovaskuler
Tiga variabel seperti pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan
(injeksi) ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam
mengontrol volume sekuncup. Curah jantung penentu utama dalam
perfusi jaringan,adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi
jantung. Hipovolemi menyebabkan penurunan pengisian ventrikel,
yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu penigkatan
frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.
4. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi
peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram
negatif yang mati didalam usus. Hal ini memicu vasodilatasi serta
peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan
menyebabkan depresi jantung.
5. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan
pengganti. Yang banyak terjadi adalah nekrosis tubuler akut akibat
interaksi antara syok,sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik
seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi,
ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan gram dan air.
Pada saat ini aliran darah diginjal berkurang, tahanan arteriol aferen
meningkat untuk mengurangi laju infiltrasi glomerulus yang bersama-
sama dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap
menurunnya produksi urin.
E. PATHWAY

Kekurangan volume cairan Menurunnya volume intravaskuler

Menurunnya aliran balik Menurunnya tekanan


vena ke jantung pengisian sirkulasi sistemik

Penurunan curah jantung

Perubahan perfusi Ketidakefektifan perfusi


jaringan jaringan perifer

Penurunan perfusi ke Penurunan perfusi ke Penurunan perfusi ke Penurunan perfusi ke


Pengalihan metabolisme
otak ginjal paru paru hat
seluler menjadi anaerob

Gangguan Gangguan
Reabsorbsi Na dan Air Gangguan proses Penurunan perfusi
Produksi asam metabolisme proses difusi O2
oleh tubulus ginjal oksigenasi jaringan fagositosis
laktat berlebih otak dan CO2
sel kupffer dihat

Penurunan Memicu
Oliguri Kerusakan
kesadaran hiperventilasi Risiko infeksi
pertukaran gas

Risiko cedera Gangguan eliminasi


Habatan urine
Ketidakefektifan pola
mobilitas fisik nafas
E. GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat


non perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan
dalam kecepatan timbulnya syok. Respons fisiologi yang normal adalah
mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung sambil memperbaiki
volume darah dalam dengan efektif. Disini akan terjadi peningkatan kerja
simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps,peningkatan hormon
stres serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan
menggunakan cairan interstisial, intraseluler dan menurunkan produksi
urin.
Hipovolemia ringan (kurang dari 20% volume darah)
menimbulkan takikardia ringan dengan sedikit gejala yang tampak,
terutama pada penderita muda yang sedang berbaring. Pada hipovolemia
sedang (20-40% dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas dan
takikardia lebih jelas, meski tekanan bisa ditemukan normal pada posisi
berbaringn namun dapat ditemukan dengan jelas hipotensi ortostatik dan
takikardia. Pada hipovolemia berat maka gejala klasikkan muncul, tekanan
darah menurun drastis dan tak stabil walau posisi berbaring,dia
hebat,oliguria,agitasi atau bingung. Perfusi ke SSP dipertahankan dengan
baik sampai syok bertambah berat. Penurunan kesadaran adalah gejala
penting. Transisi dari syok hipovolemik ringan keberat dapat terjadi
bertahap atau malah sangat cepat, trutama pada pasien usia lanjut dan yang
memiliki penyakit berat dimana kematian mengancam. Dalam waktu yang
sangat pendek dari terjadinya kerusakan akibat syok maka dengan
resusitasi agresif dan cepat.

F. DIAGNOSIS

Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa


ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan.
Diagnisis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau berada
dalam traktus GIT atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah.
Setelah perdarahan biasanya hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun
sampai terjadi gangguan kompensasi atau terjadi penggantian cairan dari luar.
Jadi kadar hematokrit diawal tidak menjadi pegangan sebagai adanya
perdarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi,kehilangan
cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin
meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.
Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat kardiogenik karena
penatalaksanaan yang berbeda. Keduanya memang memiliki penurunan curah
jantung dan mekanisme kompensasi simpatis. Tetapi dengan ditemukannya
adanya tanda syok kardiogenik seperti distensi vena jugularis, ronki dan
gallop S3 maka semua dapat dibedakan.

Manajemen dan Terapi


Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela hipovolemia
maka yang pertama harua dilakukan adalah mencari bantuan medis,sembari
menunggu bantuan medis datang Berikan pertolongan pertama pada penderita
hipovolemia, perlu digaris bawahi bahwa penangan pertama yang tepat pada
penderita hipovolemia sangat dibutuhkan karena dapat menghindari kematian
pada penderita. Berikut hal hal atau langkah langkah untuk memberi pertolongan
pertama pada penderita :
1. Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh memberi minum
2. Periksa ABC (airway, breathing, circulation)
3. Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini dilakulan agar mencegah
hipotermia pada pasien
4. Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung jangan
memindahkan posisinya
5. Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan penekanan
pada lokasi perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk, hal ini dilakukan
untuk meminimalisir volume darah yang terbuang. Jika dirasa perlu kain atau
handuk dapat diikatkan
6. Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita jangan
dicabut hal ini ditakutkan akan menyebabkan perdarahan hebat
7. Beri sanggaan pada kaki 45° atau setinggi 30 cm untuk meningkatkan
peredaran darah. Saat akan dipindahkan ke dalam ambulans usahakan posisi kaki
tetap sama
8. Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana dinaikan menuju ambulan
berulah penyangga khusus terlebih dahulu.

Field Care
Saat bantuan medis datang dan penderita dibawa menggunakn ambulan,
berikan oxygen pada pasien untuk mempertahankan suplai oksigen ke jaringan.
Terapi cairan intravena biasanya dilakukan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang, namun cairan intravena todak dapat mengankut darah sehingga tetap
disarankan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Selain oemberian cairan
intravena sering pula dilakukan metode permissive hypotension metode ini
diutamakan bagi penderita trauma atau yang lebih dikenal sebagai terapi cairan
restriktif, metode ini digunakan agar tekanan darahbsistolik meningkattanpa
mencapai tekanan darah normal dengan tujuan pencegahan terlarutnya faktor
pembekuan secara berlebih.

Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian
meskipun sudah diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan faktor
yang mempengaruhi Hypovolemic shock, biasanya orang-orang yang sudah lanjut
usia jika mengalami Hypovolemic shock akan sulit ditangani dan disembuhkan.
Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika segera diberikan penanganan atau
tindakan meskipun tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kematian
terhadap orang tersebut. Hypovolemi shock biasanya tergantung dari hal-hal
berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
G. PRINSIP PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital


dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi
tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan
syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan
tubuh atau darah yang hilang. Jika ditemukan oleh petugas dokter atau petugas
medis, maka penatalaksanaan syok harus dilakukan secara komprehensif yang
meliputi penatalaksanaan sebelum dan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah
sakit. Penatalaksanaan sebelum di tempat pelayanan kesehatan harus
memperhatikan prinsip-prinsip tahapan resusitasi. Selanjutnya bila kondisi
jantung, jalan nafas dan respirasi dapat dipertahankan, tindakan selanjutnya adalah
adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan yang terjadi dan mencegah
perdarahan berlanjut. Menghentikan perdarahan sumber perdarahan dan jika
memungkinkan melakukan resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya dibawa
ke tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah teknik
mobilisai dan pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan posisi
pasien yang dapat membantu mencegah kondisi syok menjadi lebih buruk,
misalnya posisi pasien trauma agar tidak memperberat trauma dan perdarahan
yang terjadi, pada wanita hamil dimiringkan kea rah kiri agar kehamilannya tidak
menekan vena cava inferior yang dapat memperburuh fungsi sirkulasi. Sedangkan
saat ini posisi tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru dapat memperburuk
fungsi ventilasi paru.4,15
Pada pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai sebelumnya harus
dilakukan pemasangan infus intravena. Cairan resusitasi yang digunakan adalah
cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal adalah dengan
tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang
dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda
vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka
pemberian kristaloid terus dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali
lipat perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena istribusi
cairan koloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika
tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian
koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.
Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan
adalah :
1. Menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi
2. Menjaga jalur pernafasan
3. Berikan resusitasi cairan dengan cepat secara parental,cairan yang
diberikan adalah garam isotonik yang ditetes dengan cepat atau
dengan cairan garam seimbang seperti RL dengan jarum infus yang
terbesar. Pemberian 2-4L dalam 20-30 menit diharapkan dapat
mengembalikan keadaan hemodinamik.
4. Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang
berkepanjangan,dukungan inotropik dengan dopamin,vasopressin atau
dobutamin.
H. PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan Penunjang :
1. Sel darah putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000-30.000) dengan peningkatan
pita (berpindah ke kiri) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
2. Elektrolit serum : berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis,perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan pembekuan : trombosit terjadi penurunan (Trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengidentifikasikan koagulopati yang diasosialisasikan dengan iskemia
hati/sirkulasi toksin/status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolik,disfungsi hati,syok
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukkan
glukoneogenesis dan glikogenolisis didalam hati sebagai respon dari
perubahan selular dalam metabolisme.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi
ketidakseimbangan/gagalan hati.
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia,asidosis respiratorik dan asidosis metabolik
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP/bakteri penyebab infeksi. Sering kali munul protein
dan SDM.
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengidentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukkan infeksi karena perforasi
abdomen/organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.

b. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor-faktor pencetus test diagnostik antara lain :
1. Electrocardiogram (ECG)
2. Sonogram
3. Scan jantung
4. Katerisasi jantung
5. Roentgen dada
6. Enzime hepar
7. Elektrolit oksimetri nadi
8. AGD
9. Kreatinin
10. Albumin/transforin serum
11. HSD
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :


1. Gelisah,ansietas,tekanan darah menurun
2. Tekanan darah sistolik <90mmHg (hipotensi)
3. Tekanan ventrikel kiri,peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
peningkatan tekanan atrium kiri,peningkatan tekanan baji arteri
pulmonal (PCWP)
4. Curah jantung 2.2 l/mnt,penurunan fraksi ejeksi,penurunan indeks
jantung
5. Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
6. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena
jugularis,peningkatan CVP (tekanan >15cm H20,refleks hepato jugular
menigkat)
7. Takikardi nadi radialis halus,nadi perifer tidak ada atau berkurang
8. Terdengar bunyi gallop S3,S4 atau murmur
9. Distress pernafasan takipnea,ortopnea,hipoksia
10. Perubahan tingkat kesadaran apatis,letargi,semicoma,coma
11. Perubahan kulit pucat,dingin,lembab,sianosis
12. Perubahan suhu tubuh subnormal,meningkat
13. Sangat kehausan
14. Mual,muntah
15. Status ginjal haluan urine dibawah 20ml/jam,kreatinin serum
meningkat,nitrogen urea serum meningkat
16. Perubahan EKG perubahan iskemi,disritmia,fibrilasi ventrikel
17. Kenyamanan nyeri dada,nyeri abdominal

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan (serebral,kardiopulmonal,perifer)


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis
(preload,afterload dan kontraktilitas miokard)
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
permeabiloitas kapiler pulmonal
4. Asietas/takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau
potensial

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan (serebral,kardiopulmonal,perifer)


berhubungan dengan penurunan curah jantung
a. Tujuan :
Perfusi jaringan dipertahankan dengan kriteria :
1.) Tekanan darah dalam batas normal
2.) Haluaran urine normal
3.) Kulit hangat dan kering
4.) Nadi perifer >2 kali suhu tubuh
b. Rencana Tindakan :
1.) Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi
jaringan
2.) Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan posisi
ektermitas memudahkan sirkulasi
3.) Pertahankan terapi parental sesuai dengan program terapi,
seperti darah lengkap,plasmanat,tambahan volume
4.) Ukur intake dan output setiap jam
5.) Hubungkan kateter pada sistem drainase gravitasi tertutup dan
lapor dokter bila haluaran urine kurang dari 30ml/jam
6.) Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dan kaji efek
obat serta tanda toksisitas
7.) Pertahankan klien hangat dan kering

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis


(preload,afterload dan kontraktilitas miokard)
a. Tujuan
Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria :
1.) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2.) Curah jantung dalam batas normal
3.) Perbaikan mental
b. Rencana Tindakan
1.) Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi
optimal dengan meningkatkan kepala tempat tidur 30-6- derajat
2.) Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total)
3.) Pantau EKG secara kontinu
4.) Pertahankan cairan parental sesuai dengan program terapi
5.) Pantau vital sign setiap jam dan laporan bila ada perubahan
yang drastis
6.) Berikan oksigen sesuai dengan terapi
7.) Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
8.) Pertahankan klien hangat dan kering
9.) Auskultasi bunyi jantung setiap 2-4jam sekali
10.)Batasi dan rencanakan aktifitas;berikan waktu istirahat antar
prosedur
11.)Hindari kontipasi,mengedan atau perangsang rektal

3. Asietas/takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau


potensial
a. Tujuan
Ansietas/rasa takut klien terkontrol dengan kriteria :
1.) Klien mengungkapkan penurunan ansietas
2.) Klien tenang dan relaks
3.) Klien dapat beristirahat dengan tenang
b. Rencana Tindakan
1.) Tentukan sumber-sumber kecemasan atau ketakutan klien
2.) Jelaskan seluruh prosedur dan pengobatan serta berikan penjelasan
yang ringkas bila klien tidak memahaminya
3.) Bila ansietas sedang berlangsung, temani klien
4.) Antisipasi kebutuhan klien
5.) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tidak penuh dengan stress
6.) Biarkan keluarga dan orangt terdekat untuk tetap tinggal bersama
klien jika kondisi klien memungkinkan
7.) Anjurkan untuk mengungkapkan kebutuhan dan ketakutan akan
kematian
8.) Pertahankan sikap tenang dan meyakinkan.

Anda mungkin juga menyukai