Disusun oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Kritis dengan Cardiac Arrest”. Sholawat serta
salam kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang
berkat hadirnya membawa cahaya yang membuat manusia melangkah keluar dari
dunia gelap.
Disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Kritis. Yang mana dalam pelaksanaan pengerjaan serta penyusunan makalah ini
didapati dari hasil diskusi, buku, serta pencarian di internet terkait artikel-artikel
yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Kritis dengan Cardiac Arrest.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait :
1. Bapak , selaku Dosen Pembimbing Keperawatan Kritis yang telah
memberikan bimbingan kepada kami sehingga tersusunlah makalah ini.
2. Orang tua, yang telah memberikan dukungan dalam segala hal.
3. Rekan kelompok yang telah bersama-sama mengerjakan serta menyusun
makalah ini. Juga rekan Mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Kemenkes
Banten, Jurusan Keperawatan Tangerang, khususnya Progam Studi Profesi
Ners.
Seperti tak ada gading yang tak retak, begitupula dengan makalah ini yang
jauh dari kata sempurna. Peribahasa mengatakan ikhtiar menjalani untung
menyudahi, penulis berusaha sebaik mungkin menyusun makalah ini. Namun
dalam berbagai sisi tentu banyak kekuragan yang harus dibenahi. Sekiranya satu
dua kalimat dalam bentuk kritik dan saran yang membangun bisa menjadi tombak
yang akan membuat penulis lebih baik lagi ke depannya. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Cardiac Arrest....................................................................... 3
B. Faktor Predisposisi Cardiac Arrest......................................................
C. Penyebab Cardiac Arrest......................................................................
D. Tanda-tanda Cardiac Arrest.................................................................
E. Patofosiologi Cardiac Arrest ..............................................................
F. Prognosis Cardiac Arrest.....................................................................
G. Penatalaksanaan Cardiac Arrest...........................................................
H. Pemeriksaan Penunjang Cardiac Arrest...............................................
I. Pemeriksaan Penunjang Cardiac Arrest...............................................
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cardiac Arrest...........................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai yaitu mahasiswa mampu
memahami konsep dasar asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan
cardiac arrest.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang harus dicapai yaitu mahasiswa mampu :
a. Mengetahui Definisi Cardiac Arrest
b. Mengetahui Faktor Predisposisi Cardiac Arrest
c. Mengetahui Penyebab Cardiac Arrest
d. Mengetahui Tanda-tanda Cardiac Arrest
e. Mengetahui Proses Terjadinya Cardiac Arrest
f. Mengetahui Patofisiologi Cardiac Arrest
g. Mengetahui Prognosis Cardiac Arrest
h. Mengetahui Penatalaksanaan Cardiac Arrest
i. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Cardiac Arrest
j. Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cardiac Arrest
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Faktor Predisposisi
Iskandar dalam Juliana (2018) mengatakan bahwa faktor risiko cardiac
arrest adalah: laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk
terkena cardiac arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita
adalah satu berbanding 24 orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko
henti jantung mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung,
seperti hipertensi, hiper kholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan
risiko terjadinya cardiac arrest.
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
1. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab
tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam
jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung
adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien
dengan penyakit jantung atherosclerotic.
2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya
karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang
cenderung untuk terkena cardiac arrest.
3. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena
beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia)
justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest.
Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan
yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam
darah (misalnya penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia
yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
4. Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang
QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan
dewasa muda.
5. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri
koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa
muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas
fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila
dijumpai kelainan tadi.
6. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya
cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan
pada organ jantung.
3 2 9
VF/VT Periksa irama
jantung, Asistol/PEA
perlu defibrilasi?
4
Beri 1 kali shock 10
Lakukan CPR segera sebanyak 5 siklus
a) Manual biphasic: dgn ukuran
Ketika telah tersedia IV/IO, beri
khusus (120-200 J)
vasopresor. Epinephrine 1 mg IV/IO,
b) AED : dgn ukuran khusus.
ulangi setiap 3-5 menit atau beri 1
c) Monophasic: 360 J
dosis vasopresin 40 unit IV/IO untuk
Lakukan CPR segera
menggantikan epinephrine dosis
pertama dan kedua. Atropin 1 mg
5 IV/IO untuk asistol atau PEA
Periksa irama
dengan frekuensi lambat, ulangi tiap
jantung, perlu
3-5 menit ( sampai 3 dosis)
defibrilasi?
6
Lanjutkan pemberian CPR sementara
defibrilator di-charge kemudian berikan 1 kali
shock.
Segera mulai lagi CPR Setelah
pemberian defibrilasi. Ketika IV/IO
tersedia, berikan
vasopresor dan lanjutkan CPR
(sebelum/sesudah defibrilasi) 11
a) Epinephrine 1 mg Periksa irama jantung,
IV/IO Ulangi setiap 3-5 perlu defibrilasi?
menit.
b) Mungkin bisa diberikan 1
dosis vasopresin 40 unit IV/IO
untuk menggantikan dosis
pertama dan kedua dari
epinephrine.
7 12
Periksa irama
jantung, a).Jika asistol kembali ke
perlu defibrilasi? box10 b).Jika ada aktifitas Kembali
kelistrikan, periksa nadi, jika ke box 4
8 tidak ada
Lanjutkan CPR , lakukan defibrilasi 1X. Segera nadi, kembali ke box 10.
mulai lagi CPR setelah pamberian defibrilasi. c). Jika nadi teraba, lanjutkan 13
Berikan bersamaan dng CPR (sebelum/sesudah ke perawatan post resusitasi.
defibrilasi) amiodrone 300mg IV/IO, kemudian
siapkan kemungkinan tambahan 150 mg, atau (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118,
lidocain 1-1,5 mg/kg BB dosis pertama, kemudian 2010).
0,5 -0,75 mg/kg (max 3)
Skema 2.1 Algoritma penatalaksanaan
henti jantung pada arithmia
G. Prognosis
Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka waktu 8
sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti jantung (Diklat Ambulans Gawat
Darurat 118, 2018). Kondisi tersebut dapat dicegah dengan pemberian resusitasi jantung
paru dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas maksimal waktu untuk terjadinya
kerusakan otak), untuk secepat mungkin mengembalikan fungsi jantung normal. Resusitasi
jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban mengalami
henti jantung, akan memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30%
sampai 45 %. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan penyediaan defibrillator yang
mudah diakses di tempat-tempat umum seperti pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan
kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan (defibrilasi) sesegera mungkin, akan
meningkatkan kesempatan hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64%
(American Heart Assosiacion, 2010).
4) S: Skala Severity
Skala kegawatan dapat di gunakan GCS untuk gangguan kesadaran skala nyeri
atau ukuran lain yang berkaitan dengan ukuran
5) T: Time/Waktu
Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan/ditemukan atau seberapa sering
keluhan tersebut dirasakan. Pada unit gawat darurat riwayat kesehatan lengkap
dan pengkajian subjektif secara detail jarang di lakukan atau di butuhkan.
Pengkajian di unit gawat darurat lebih di fokuskan pada keluhan utama yang
di rasakan pasien
h. Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif adalah sekumpulan data yang dapat dilihat da diukur
meliputi TTV, BB dan TB pasien, pemeriksaan fisik, hasil perekaman EKG, serta
tes diagnostik.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah pemeriksaan di mulai dari status keseluruhan pasien.apakah
pasien sadar atau tidak, penampilan secara umum pasien (general apperance).
Rapi atau berantakan, melihat apakah pasien bernapas dengan tersengal-
sengal, bagaimana warna kulit dan mukosa, apakah ada memar, perdarahan,
atau bengkak. Perhatikan postur dan pergerakan tuuh apakah ada
nyeri,gangguan neurologis, orthopedi, dan status mental.
2) Auskultasi adalah digunakan untuk pemeriksaan paru-paru, jantung dan suara
peristaltik. Periksa kualitas suara, intensitas, dan durasi. Lakukan pemeriksaan
auskultasi sebelum dilakukan palpasi dan perkusi.
3) Palpasi adalah diperiksa untuk karasteristik permukaan seperti, tekstur kulit,
sensitifitas, tugor dan suhu tubuh.gunakan palpasi ringan untuk memeriksa
denyut nadi, deformitas, kekuatan otot, sedangkan palpasi dalam dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya massa, nyeri, ukuran, organ dan
adanya kekakuan.
4) Perkusi adalah dapat dilakukan untuk mengevaluasi organ atau kepadatan
tulang dan dapat di gunakan untuk membedakan struktur padat, berongga, atau
adanya cairan.
5) Pengkajian Neurologis
Indikator utama dalam pengkajian neurologis adalah tingkat kesadaran pasien.
Untuk mengetahui status neurologis dan mencatat perubahan setiap saat maka
dapat di gunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk dewasa dan pediatrik
glasgow coma scale pada anak-anak yang belum bisa bicara.
6) Pengkajian Kardiovaskuler
Gunakan EKG 12 lead untuk mengetahui atau menilai adanya abnormalitas
irama
a) Suara jantung
b) Murmur
c) Efusi perikat /tamponad
d) Perfusi
7) Pernapasan
Suara napas dikelompokan menjadi, trakheal, bronkhiale, vesikuler, dan
bronkovesikuler, suara napas abnormal (berat) termasuk stridor, ronkhi, rales,
terputus-putus, dan sulit bernapas.
8) Gastrointestinal
Pada pengkajian subjektif perlu di kaji/pemeriksaan sistem gastrointestinal.
Apakah ada riwayat gastritis, sirosis hepatis, appendisitis, dan pankreatitis, dll.
Apakah ada gaya hidup yang mempengaruhi masalah gastrointestinal.
9) Perkemihan
Catat frekuensi urine, adanya inkontinensia, terasa panas, dan bau aneh. Kaji
pula lokasi nyeri dan kateter.
10) Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal dalam gawat darurat biasanya berhubungan
dengan trauma dan infeksi.
11) Integumen
Periksa warna kulit, tekstur, turgor dan suhu tubuh kulit, apakah ada tanda-
tanda pucat sianosis,atau kekuningan.
12) Hematologis
Periksa gangguan tanda-tanda perdarahan seperti memar, ptechiae,
konjungtiva pucat, nyeri dan memar,dll.
13) Imunologi
Gaya hidup, status imunisasi, dan riwayat penyakit adalah faktor kunci dalam
pemeriksaan imun.demam adalah pertimbangan penting tapi tidak selamanya
orang yang bersuhu tinggi dalam keadaan bahaya. Hal lain yang
dipertimbangkan adalah status imunisasi terbaru dan riwayat kontak dengan
orang yang memiliki gejala yang sama.
14) Endokrin
Perhatikan adanya gangguan endokrin jika pasien merasa sering lelah, lemah,
perubahan status mental, penurunan BB, panas dingin, poliuri, polidipsi, dan
polifagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA), (2010). Adult Basic Life Support: Guidelines
For Cardiopulmonary Resuscitation And Emergency Cardiovascular Care
American Hearth Association (AHA), (2015). Life Is Why: Guidelines For
Cardiopumonary & Emergency Cardio Care
Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, (2018). Basic Trauma Life Support
And Basic Cardiac Life Support. Edisi tujuh. Jakarta: Yayasan ambulans
gawat darurat 118.
Juliana (2018). “Gambaran Pengetahuan Perawat dalam Melakukan Bantuan Hidup
Dasar (Bhd) di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Pirngadi
Medan” Jurnal Online Keperawatan Indonesia. Vol.1, No.2 (Hlm. 17-22)
Rahmat dkk (2018). “Pengalaman Perawat dalam Penanganan Cardiac Arrest di
Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. e-journal
Keperawatan (e-Kp). Vol.6, No.2 (Hlm. 1-8)
Rega dkk, (2018). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Cardiac Arrest. Stikes Graha
Medika Kotamobagu. 11 Oktober 2020
Sudoyo AW, (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
Supriyanto dkk (2018). “Peran Perawat dalam Penanganan Pasien dengan Cardiac
Arrest di Ruang ICU RSUD Kota Surakarta”. (Hlm. 1-15)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.