Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA

ABDOMEN

Disusun oleh :

Kelompok 4
DEFINISI

Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau kerusakan pada organ


abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 2012).

Trauma abdomen adalah trauma yang melibatkan daerah antara


diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma


tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Jong,
2012).
KLASIFIKASI
Trauma non-penetrasi
(trauma tumpul) disebabkan
Trauma penetrasi (trauma tajam) oleh trauma benda tumpul yang
adalah luka tusuk dan luka tembak yang dapat mengakibatkan rusaknya
menyebabkan kerusakan jaringan karena organ padat atau berongga yang
laserasi atau terpotong. Luka tembak menyebabkan rupture, dengan
kecepatan tinggi mengalihkan lebih perdarahan sekunder dan
banyak energi pada organ-organ abdomen peritonitis. Pada penderita yang
mengingat peluru mungkin berguling atau dilakukan laparotomi oleh karena
pecah sehingga menambah efek cedera trauma tumpul organ yang paling
yang lebih berat (Modul Pelatihan sering terkena adalah limpa (40-
Penanggulangan Gawat Darurat, 2008). 55%), hati dan hematoma
retroperitoneum (Modul
Pelatihan Penanggulangan Gawat
Darurat, 2008).
ETIOLOGI
Penyebab trauma non penetrasi :

Terkan kompresi atau tekanan dari


Penyebab trauma penetrasi : luar ;
Luka akibat terkena tembakan ; Hancur (tertabrak mobil) ;

Luka akibat tikaman benda Terjepit sabuk pengaman karena


tajam ; terlalu menekan perut ;
Luka akibat tusukan. Cidera akselerasi/deselerasi karena
kecelakaan olahraga.
MEKANISME TRAUMA

Trauma tumpul adalah suatu pukulan langsung, misalnya terbentur setir


atau bagian mobil lainnya dapat menyebabkan trauma kompresi ataupun
crush injury terhadap organ visera. Kompresi ini dapat merusak organ padat
maupun organ berongga, bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ
yang distensi (misalnya uterus ibu yang hamil), dan mengakibatkan
perdarahan maupun peritonitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap
organ visera terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat-belt) tidak
digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada suatu tabrakan motor bisa
mengalami trauma deselerasi. Tekanan yang tiba-tiba mengakibatkan
kerusakan terutama pada organ yang berongga dapat pula diakibatkan oleh
tekanan intraluminer yang tiba-tiba meninggi.
Trauma tajam yaitu luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak
dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar
terhadap organ visera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation,
dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Kerusakan
dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila
mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan
menimbulkan iritasi pada peritoneum. Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang
lebih besar, bergantung jauhnya perjalanaan peluru, besar energi kinetik maupun
kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya.
Organ padat akan mengalami kerusakan yang lebih luas akibat energi yang
ditimbulkan oleh peluru tipe high velocity. Infeksi masih merupakan risiko terbesar
pada korban dengan luka tusuk abdomen. Mortalitas terjadi pada 30% korban luka
tusuk abdomen yang menderita infeksi abdomen mayor. Faktor risiko paling penting
adalah adanya cedera pada organ berongga, dimana luka pada kolon menyebabkan
insidensi infeksi tertinggi relatif terhadap cedera organ intra abdomen. Cedera pada
pankreas dan hati secara signifikan meningkatkan risiko infeksi ketika berkombinasi
dengan cedera organ berongga.
PATOFISIOLOGI

Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi


perdarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami perforasi, maka
tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda
dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas
dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila
syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh,
juga terdapat leukositosis (Sjamsuhidayat, 2010).
MANIFESTASI
KLINIS

Menurut (Sjamsuhidayat, 2010), trauma abdomen ini bisa menimbulkan


manifestasi klinis meliputi : nyeri tekan di atas daerah abdomen, demam,
anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri
spontan. Pada trauma non penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya jejas
atau ruptur di bagian dalam abdomen, terjadi perdarahan intra abdominal.
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena). Kemungkinan bukti klinis tidak tampak
sampai beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak
terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya
terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Pemeriksaan Rontgen

2. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

3. USG

4. Computed Tomography Abdomen (CT Scan Abdomen)


KOMPLIKASI
Gejala dan tanda yang sering
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen muncul pada penderita
terutama trauma tumpul adalah cedera yang dengan peritonitis antara
terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera lain:
iatrogenic, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi
yang tidak adekuat, rupture spleen yang Nyeri perut seperti ditusuk ;
muncul kemudian. Peritonitis merupakan komplikasi Perut yang tegang
tersering dari trauma tumpul abdomen karena adanya (distended) ;
rupture pada organ. Penyebab yang paling serius Demam (>380C) ;
dari peritonitis adalah terjadinya suatu hubungan Produksi urin berkurang ;
(viskus) ke dalam rongga peritoneal dari organ- Mual dan muntah.
organ intraabdominal (esofagus, lambung, Haus ;
duodenum, intestinal, colon, rektum, kandung Cairan di dalam rongga
empedu, apendiks,dan saluran kemih), yang dapat abdomen ;
disebabkan oleh trauma, darah yang menginfeksi Tidak bisa buang air besar
peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang atau kentut ;
mengalami strangulasi, pankreatitis, Tanda-tanda syok.
PENATALAKSANAAN

1. Trauma penetrasi :

a. Skrinning pemeriksaan rontgen


b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Sacnning
c. Uretrografi
d. Sistografi

2. Trauma non penetrasi :

a. Pengambilan contoh darah dan urine


b. Pemeriksaan rontgen
c. Study kontras urologi dan gastroentistinal
PATHWAY OPEN WORD
ASUHAN
KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan :

Nyeri akut b.d. trauma jaringan/diskontinuitas jaringan.

Kerusakan integritas kulit b.d. cidera tusuk.

Resiko infeksi b.d. kerusakan pada integritas kulit.

Resiko syok hipovolemik b.d. perdarahan yang berlebihan.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. disfungsi usus.

Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum.


INTERVESNI
KEPERAWATAN
OPEN WORD
KESIMPULAN

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Jong, 2012).
Trauma abdomen disebabakan oleh tembakan, tikaman benda tajam, tusukan
(penetrasi), dan juga terjepit sabuk pengaman, terkena kompresi/tekanan dari
luar tubuh (non-penetrasi). Trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi
klinis meliputi : nyeri tekan di atas daerah abdomen, demam, anorexia, mual dan
muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non
penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya jejas atau ruptur di bagian dalam
abdomen, terjadi perdarahan intra abdominal.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai