Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 40219024
NIM : 40219024
(…………………………………..….) (…………………………………..….)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Cairan tubuh adalah lAarutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Manusia membutuhkan cairan dan
elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar
dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat
dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempatai proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan
bayi, 70% berat badan pria dewasa dan 55% tubuh pria usia lanjut, karena
wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan dengan pria
. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra
selular dan cairan ekstra seluler ( Anas, 2008 ).
B. TUJUAN PEMBERIAN
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal yang merupakan penyebab utama diare, yaitu :
1) Infeksi bakteri Esherichia coli, salmonella, shigella, vibrio.
2) Infeksi virus : Rotavirus, adeno virus, virus norfewolk
3) Infeksi parasit: Giardia, amebiasis, cryptosporidium dan
cylospora.
4) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan,
seperti : OMA, tonsillitis,bronkopnemoni, enchepalitis
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a. Monosakarida ( glukosa, laktosa, galaktosa )
b. Disakarida ( sukrosa, maltosa )
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang mengandung basi, mengandung toksin dan
seseorang yang alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas dapat menjadi pencetus diare.
E. KLASIFIKASI CAIRAN ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
I. PATOFISIOLOGI
1. Hipovolemi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler.
2. Hipervolemi
Hipervolemia) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih
sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi
sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan air tubuh total.
( Diskin, 2009)
K. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). ,Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1). Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water
(DSW), amigen, dan aminovel.
2). Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.
3). Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4). Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan,
ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.
Cairan tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. ,Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam
basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam hidup
(Mutaqqin, 2015).
Intervensi :
4. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan
tingkatkan kepadatannya secara bertahap
Rasional : Untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan tubuh
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Intervensi :
Intervensi :