Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ
yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster),
usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran
kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti
limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.
Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena
injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin
hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih
banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala


dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena
trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
2. Tujuan Khusus:
a.

Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.

b.

Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.

c.

Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.

d.

Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.

e.

Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.

f.

Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.

g.

Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Membahas konsep dasar yang terdiri dari: pengertian Trauma Abdomen,
penyebab Trauma Abdomen, patofisiologi Trauma Abdomen, manifestasi klinis
Trauma Abdomen, penatalaksanaan Trauma Abdomen, BAB III: asuhan keperawatan
pada pasien trauma abdomen
BAB IV: Terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
2

KONSEP DASAR

A. Anatomi Fisiologi
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian
abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis
yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul
dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot otot abdominal, tulang tulang illiaka
dan iga iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus
lumborum.
Isi Abdomen sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus,
dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi
lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas
terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan
kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui
abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai
dalam rongga ini.
B. Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidayat, 1998).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak sengaja. (Smeltzer, 2001)
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah
dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
3

1) Perforasi organ viseral intraperitoneum


Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).

C. Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a.

Luka akibat terkena tembakan

b.

Luka akibat tikaman benda tajam

c.

Luka akibat tusukan

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).


Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b.

Hancur (tertabrak mobil)

c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut


d.

Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

D. Patofisiologi

Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi
peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri
tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan
suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum
tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila
terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan
(Mansjoer, 2001).
PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen


(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan

Nutrisi kurang dari

dan eloktrolit

kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik


(Sumber : Mansjoer,2001)
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien
dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

F. Komplikasi

Dibawah ini merupakan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari trauma abdomen :
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine ruti
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal.

f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
1) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)

Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya


Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera

otak)
e) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
f) Patah tulang pelvis
2) Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Hamil
b) Pernah operasi abdominal
c) Operator tidak berpengalaman
d) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
e) Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
2. Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesi
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100
200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber


penyebabnya
3. Penatalaksanaan Medis
a. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
d. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.

H. Penanganan Pre Hospital Dan Hospital


1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka
harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan. teknik
head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan


cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada
napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1)
2)
3)

Stop makanan dan minuman


Imobilisasi
Kirim kerumah sakit.

e. Penetrasi (trauma tajam)


Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
1) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
2) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
3) Imobilisasi pasien.
4) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
5) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
6) Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital
10

a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar
yang berdekatan.
1) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta
rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retroperitoneum.
2) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
3) Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
4) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
a) fraktur pelvis
b. Trauma non-penetrasi
1) Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal
adalah pemeriksaan yang harus di
trauma, mungkin berguna untuk
retroperitoneum atau udara bebas
memerlukan laparotomi segera.

lateral, toraks anteroposterior dan pelvis


lakukan pada penderita dengan multi
mengetahui udara ekstraluminal di
di bawah diafragma, yang keduanya

c) Study kontras urologi dan gastrointestinal


11

Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).

BAB III

12

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KEGAWATDARURATAN TRAUMA ABDOMEN
A. Pengkajian
1

Pengkajian Primer
a. Airway: Pastikan bahwa pasien memiliki jalan napas yang lancar
1) Intervensi
a) Bersihkan jalanan napas dan gunakan tambahan lain seperti yang dianjurkan
b. Breathing
1) Pengkajian
Evaluasi respirasi rate, kedalaman napas, keefektifan dalam bernapas, dan cara
kerja dalam Bernapas mempertimbangkan kemungkinan terjadinya cedera
toraks secara bersamaan
2) Intervensi
a) Berikan oksigen via NRFM atau ETT
b)Bantu ventilasi yang diperlukan dengan masker katuptas atau ventilasi
mekanis circulation
c. Circulation
Kaji status peredarandarah :nadi, tanda-tandapadakulit, tekanandarah. Pasien
dengan Trauma abdomen dapat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak.
1) Intervensi :
a) Pasang dua atau lebih besar (ukuran 14-16) kateter intravena
b) Beri infuse hangat, cairan isotoniskristaloid : cairan ringer laktat atau
normal salin
c) Berikan transfuse darah yang diperlukan : sel darah merah atau komponen
darah lainnya
d) Karena berpotensi, bolus cairan dapat digunakkan untuk menggantikan
gumpalan baru yang terbentuk. Resusitasi cairan pada pasien dengan
trauma abdomen masih controversial. Kelola cairan yang diberikan
berdasarkan hasil dan status klinis pasien
e) Pertimbangkan central line (sub klavi atau jugularis), penempatan pada
pasien kadang tidak stabil, ini bisa dilakukan untuk infuse dan pemantauan
vena sentral.

2. Pengkajian Secondary
Identifikasi mekanisme dari trauma dan kejadian prehospital (kecelakaan, jatuh dari
ketinggian, jenis dan ukuran senjata bila trauma di akibat kanlehsenjata, waktu
semenjak terjadinya injury, perkiraan kehilangan darah / perdarahan ) Tentukan
riwayat kesehatan :
a. Inspeksi bagian anterior dan posterior abdomen untuk mengidentifikasi luka
b. Cek bagian injury mayor untuk bagian tubuh yang lain
c. inspeksi
Pasien harus benar-benar telanjang. Perut bagian anterior dan posterior serta dada
bagian bawah dan perineum harus diperiksa untuk abrasi, luka gores luka memar,

13

d.

e.

f.

g.

h.

i.

dan luka tembus. Pasien dapat kontinyu bergulir untuk memfasilitasi pemeriksaan
lengkap.
auskultasi
Abdomen harus diauskultasi untuk mengetahui ada atau tidak adanya bising usus.
Darah intraperitoneal bebas atau isi enterik dapat menghasilkan ileus, yang
mengakibatkan hilangnya bising usus. Namun, ileus juga dapat terjadi dari cedera
perut ekstra. Yaitu, tulang rusuk, tulang belakang, dan patah tulang panggul.
Perkusi
Perkusi dari perut setelah cedera ini dilakukan terutama untuk elict kelembutan
rebound yang halus. Manuver yang menghasilkan gerak sedikit peritoneum dan
menghasilkan hasil yang serupa dengan meminta pasien untuk batuk.
palpitasi
Palpitasi pada trauma abdomen menghasilkan informasi subjektif dan objektif.
Temuan meliputi penilaian subjektif pasien dari lokasi pasien serta besarnya.
Nyeri viseral awal biasanya di asal, dan karena itu, buruk terlokalisasi. Menegang
dengan sendirinya dengan hasil otot perut dari ketakutan akan rasa sakit dan
mungkin tidak mewakili cedera yang signifikan. Otot tak sadar menjaga, di sisi
lain adalah tanda yang dapat diandalkan iritasi peritoneal . nyeri yang berat yang
tegas menunjukkan didirikan peritonitis.
pemeriksaan rektal
Pemeriksaan dubur digital merupakan komponen penting dari penilaian perut.
Tujuan penilaian utama untuk luka penetrasi adalah untuk mencari darah yang
banyak perforasi usus yang ditunjukkan dan untuk memastikan integritas sfingter
tulang belakang. Setelah trauma tumpul, dinding rektum juga harus dipalpitasi
untuk mendeteksi unsur-unsur tulang retak dan posisi prostat. Sebuah prostat
tinggi mungkin menunjukkan gangguan uretra posterior.
pemeriksaan vagina
Laserasi pada vagina dapat terjadi karena luka tembus atau fragmen tulang dari
patah tulang panggul. Implikasi dari perdarahan vagina pada pasien yang sedang
hamil dapat dilihat pada trauma kehamilan
penis pemeriksaan
Laserasi uretra harus dicurigai jika darah hadir pada meatus uretra. Pemeriksaan
positif adalah tanda klinis yang paling dapat diandalkan trauma intra abdomen
yang signifikan.
1) Intervensi :
a) Pasang orogastrikataunasogastrik tube untuk dekompres perut
b) Pasang folley kateter dan monitoring output
c) Tutup luka terbuka pada abdomen dengan verbansteril
d) Pengkajian secondary, pemeriksaan abdomen harus dilakukan teliti, secara
sistematis dalam urutan standar, inspeksi, auskultasi, perkusi, dan
palpitasi. Temuan ini, baik positif positif atau negatif, harus
didokumentasikan secara hati-hati dalam catatan medis.

B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan


14

1. Kekurangan volume cairan


a. Intervensi
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Pasang IV line 2 jalur dengan cairan kristaloid


Pasangcateter bila tidak ada kontraindikasi
Monitoring intake dan output
Observasi tanda-tanda vital tiap jam
Fiksasi pelvis bila ada fraktur pelvis
Benda asing tertancap, jangan dicabut tapi pasang bantalan kasa yangcukup
tebalselanjutnya pasien disiapkan untuk operasi
mencegah perdarahan
hebat
7) Usus keluar jangan dimasukan tetapi tutup kasa setril yang dibasahi NaCl
0,9% atau aluminium foil pertahankan kelembaban
8) Kolaborasi persiapan operasi bila shock berulang
2. Resiko tinggi infeksi
a. Intervensi
1) Perawatan dengan teknik septic dan antiseptic
2) Usus keluar jangan dimasukan tetapi tutup kasa setril yang dibasahi
NaCl 0,9% atau aluminium foil
pertahankan kelembaban
3) Pasang Ngt untuk decompresi
4) Obsevasi tanda-tanda inflamasi perikoneum (peritonitis)
lapor
dokter pj
5) Kolaborasi pemeriksaan darah DPL
6) Kolaborasi tim medis terapi antibiotik

BAB IV
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada tn. M dengan trauma tumpul abdomen di instalasi gawat
darurat rumah sakit harapan bunda jakarta timur
15

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama: Tn. M
b. Umur: 50 tahun
c. Jenis Kelamin: laki-laki
d. No. RM: 098834-1023456
e. Pendidikan: SMA
f. Pekerjaan: Karyawan swasta
g. Agama: Islam
h. Alamat: Jl. Raya Bogor. Gg.Suci RT 09/02 No.
i. Tanggal masuk: 17 November 2013
j. Jam Masuk: pukul 20.00 WIB
k. Tanggal&Jam Pengkajian: 17 November 2013 jam 21.00 WIB
2. Type rujukan: datang sendiri, tidak memakai ambulance. Diantar anak klien.
3. Jenis kasus: kecelakaan. Tidak perlu visum.
4. Identitas Penanggung Jawab
a.
Nama
: Tn. E
b.
Umur
: 25 tahun
c.
Alamat
: Jl.Raya Bogor. Gg.Suci RT 09/02 No.2
d.
Hubungan dengan klien : anak
5. Diagnosa Medis: ruptur limfa e.c trauma tembus abdomen
6. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit pada perut sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit 1,5 jam yang lalu ( pukul 20.00 WIB).
Kronologis klien: ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami
kecelakaan. Sepeda motor klien ditabrak mobil angkot yang ada di
belakangnya saat pulang kerja dan melaju di Jalan Raya Pondok Gede. Klien
terjatuh membentur aspal, tertancap paku 10 cm dan sempat pingsan. Klien
langsung dibawa ke rumah sakit dengan dijemput anaknya. Klien merasa perut
c.

sebelah kiri sakit, mual.


Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderita

penyakit serupa.
7. Pemeriksaan Fisik:
a. Umum:
TD: 140/80 mmHg
N: 82 x/ menit
S: 37o C
RR: 24 x/ menit
Keadaan umum: baik, kesadaran: Compos mentis.
Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.
b. Kepala

16

Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat
digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
Leher
Tidak ada kaku kuduk.
d. Paru
1) Inspeksi
: bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
2) Palpasi
: fremitus vokal kanan dan kiri sama
3) Perkusi
: sonor
4) Auskultasi : vesikuler
e. Abdomen
1) Inspeksi
: terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
2) Auskultasi : peristaltik usus 5x/menit
3) Palpasi
: ada pembesaran hati
4) Perkusi
: pekak
f. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
c.

ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.


8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium tanggal 17-11-2013 pukul 09.30 WIB:
1) Hemoglobin
: 10,5 g/dl
(n : 14-17,5 g/dl)
2) Eritrosit
: 5,00 105/ul
(n : 4,5-5,9 106/ul)
3) Leukosit
: 12,5 104/ul
(n : 4,0-11,3 103/ul)
4) Hematokrit
: 41,8%
(n : 40-52%)
5) Trombosit
: 208
6) Gol darah
:A
7) HBSAG
: - (negatif)
b. Hasil USG Abdomen tanggal 17-11-2013 pukul 09.45 WIB:
Gambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior. terdapat luka tembus
namun tidak mengenai organ dalam abdomen.
9. Primary Survay
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret.
b. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 4 liter/ menit
Frekuensi napas: 24 x/ menit, pernafasan reguler.
c. Circulasi
TD : 140/ 80 mmHg
N : 82 x/ menit
Capillary reffil: < 3 detik
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E= 4, M= 5, V= 6
e. Exposure
Terdapat luka tembus disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan atas.
10. Secondary Survay
a AMPLE
17

1) Alergi :
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan
ataupun obat-obatan.
2)

Medicasi :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengkonsumsi obat sakit

kepala.
3) Pastillnes :
Klien pernah di rawat di Rumah Sakit Harapan Bunda.
4) Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
5) Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya dan perkotaan yang penuh
kesibukan (Jakarta Timur).
B. Analisis Data
1.Data
a. Data Subjektif :
1) Klien mengatakan perut sebelah kanan sakit
2) P : bila bergerak dan bernafas
3) Q : seperti tertusuk-tusuk
4) R : perut sebelah kanan
5) S : 7
6) T : hilang timbul
b. Data Objektif :
1) Klien tampak mengerang-erang menahan sakit.
2) Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen sebelah kanan
3) Trauma abdomen
4) Nyeri akut adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen.
2. Data
a. Data Subjektif : b. Data Objektif :
1)
Terdapat luka lecet pada perut kanan
2)
Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
3)
Hb : 10,5 g/dl
4)
Leukosit : 12,5 104/ul
5)
Luka non-penetrasi abdomen
6)
Kontaminasi bakteri, luka tembus abdomen.
3.Data
a. Data Subjektif: b. Data Objektif:
1) Hasil USG: Terdapat ruptur dan perdarahan pada limfa anterior
2) Konjungtiva anemis
3) Kulit pucat
4) Turgor kulit elasti, Perdarahan intra abdomen, Defisit volume cairan dan
elektrolit
C. Diagnosa Keperawatan
18

1.Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen.
2. Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus
abdomen
D. Intervensi dan Rasional
1.Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, volume cairan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

seimbang.
Kriteria hasil:
a. Turgor elastis
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Hasil lab normal (HB)
d. Tidak ada perdarahan lanjutan
Intervensi:
Rencana keperawatan
Kaji tanda-tanda vital
Kaji tetesan infus
Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Kolaborasi Tranfusi darah
Kolaborasi tindakan pembedahan
Rasional
Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
Awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
Mengidentifikasi keadaan perdarahan
Cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Menggantikan darah yang keluar dan memperbaiki Hemostasis.
Memperbaiki kondisi hepar dan menghentikan perdarahan

2. Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x10 menit, nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
b. Klien tenang tidak mengerang-erang kesakitan
c. Skala nyeri 1-3
Intervensi:
Rencana keperawatan
a. Kaji intensitas nyeri
b. Jelaskan penyebab nyeri
c. Beri posisi nyaman
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional
a. Untuk menentukan intervensi yang tepat.
b. Untuk menenangkan klien dan keluarga.
c. Meningkatkan kenyamanan klien.
d. Mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri.
e. Analgetik berfungsi menghilangkan nyeri
19

3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus
abdomen
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 20 menit, tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tidak ada perdarahan
c. Suhu tubuh normal : 36-37oC
d. Tidak terjadi tetanus
Rencana keperawatan
a. Monitoring tanda-tanda infeksi
b. Anjurkan perawatan luka dengan prinsip aseptik
c. Monitor hasil laboratorium terutama Hb, leukosit
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
e. Kolaborasi pemberian suntik anti tetanus (TT)
Rasional
a. Mengetahui tanda infeksi pada pasien
b. Mencegah infeksi karena port de entry kuman.
c. Mengetahui perkembangan klien
d. Mencegah infeksi
e. Mencegah infeksi tetanus akibat luka tembus.
E. Catatan Perawatan Dan Perkembangan
1.Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen.
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
c. Kaji tetesan infus
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
e. Kolaborasi Tranfusi darah
f. Kolaborasi pembedahan
Subjektif: Objektif:
a. turgor elastik
b. konjungtiva anemis
c. TD: 120/70 mmHg
d. Nadi: 72x/ menit
d. Hb : 9,5 g/dl
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
2.Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen
a. Mengkaji tingkat nyeri
b. Memberikan injeksi ketorolak 2ml
c. Mengajarkan nafas dalam bila nyeri timbul
Subjektif:
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Objektif:
klien masih gelisah
klien masih tampak merintih kesakitan
Analisa:
20

masalah teratasi sebagian


3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus
abdomen
a. Memasang kateter
b. Memasang NGT
c. Mengambil sample darah
d. Memasang trail tempat tidur
e. Memonitor NGT
f. Memberikan injeksi cefotaxim 1g
Subjektif: Objektif:
a. urine jernih tidak ada perdarahan.
b. Volume urine 200cc
c. Keluaran NGT cairan bersih
d. Hb : 9,5 g/dl
Analisa :
Masalah teratasi sebagian

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen
disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/
mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan
informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsipprinsip pengkajian pada
trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).
B. Saran
21

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC


Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10,17,2009,13.10am
http://gadar-stikesaisyiyahsurakarta.blogspot.co.id/p/trauma-abdomen.html

22

Anda mungkin juga menyukai