Anda di halaman 1dari 32

PENYAKIT TELINGA LUAR

PEMBIMBING :

dr. Jenni Arung Padang, Sp. THT-KL

Disusun oleh : Monica Caroline Molenaar (20180811018111)


Pendahuluan
 Trauma tumpul abdomen menyumbang 15% kematian akibat
trauma.
 Lebih dari 75% kasus seperti ini dapat di tangani dengan
cara operatif maupun non operatif.
 Beberapa tahun terakhir ini penanganan non operatif dinilai
aman dan perawatan berdasarkan panduan pencitraan
gambaran radiologi dilakukan kepada sebagian besar
korban trauma tumpul.
 Deteksi dini dan pilihan terapi sangat dipengaruhi oleh
pencitraan gambaran radiologi yang semakin canggih dan
terapi minim risiko yang dipandu dengan gambar, yang mana
merupakan terapi yang nonivasif.
KELAINAN KELAINAN
DAUN TELINGA LIANG TELINGA

Serumen
KONGENITAL DIDAPAT
Benda asing

Otitis Ekterna
Fistula Preauricular Hematoma
Otomikosis
Mikrotia dan Perikondritis
Atresia Liang Telinga Infeksi kronis liang telinga

Telinga Camplang Pseudokista


Otitis Ekterna Maligna
(Bat’s Ear)

Lobus Aksesori Keratosis obsturan dan


Kolesteatoma eksterna
Kelainan Daun Telinga
Fistula Preauricular
 Kelainan malformasi kongenital pada
daun telinga berupa lubang atau
cekungan kecil (pit) yang terbuka
pada daerah preaurikula.
 Bervariasi dapat dikenal sebagai
preauricular pit, preauricular sinus,
preauricular fistula, preauricular tract
dan preauricular cyst.
 Fistula preaurikula biasanya sempit,
ukurannya bervariasi tetapi biasanya
pendek dan orificiumnya kecil.
Fistula Preauricular
 Angka kejadian Laki-laki dan perempuan perbandingannya hampir
seimbang. Kasus unilateral lebih banyak dari bilateral. Kebanyakan
terjadi pada sebelah kanan.
 Kelainan ini terbentuk selama masa embriogenesis dimana terjadi
kegagalan penyatuan 6 hiloks atau adanya epitel ektoderm yang
terperangkap selama pembentukan daun telinga.
 Biasanya tanpa gejala. Jika infeksi akan muncul gejala berupa
bengkak, nyeri dan keluar cairan yang berbau. Infeksi ini sering
kambuh dan kadang dapat terjadi abses. Pada beberapa pasien
dapat terjadi infeksi yang kronis dengan sekret yang keluar hilang
timbul. Beberapa pasien rnengeluh keluarnya cairan purulen
kronis dan intermiten dari lubang tersebut.
Fistula Preauricular
 Kolonisasi bakteri tersering : Streptococus
salivarius, Stapilococus pyogenes, Stapilococus
epidermidis, Stapilococus aureus, Streptococus
viridan, Peptococus dan Proteus.
 Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan
gejala klinis.
 Terapi pemberian antibiotik dan bila sudah
terbentuk abses, dilakukan insisi untuk drainase
abses. Tindakan operasi perlu, bila cairan keluar
berkepanjangan atau terjadi infeksi berulang
sehingga mengganggu aktifitas. Sewaktu
operasi, fistel harus diangkat seluruhnya untuk
mencegah kekambuhan.
Mikrotia dan Atresia Liang Telinga
 Malformasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk ringan - berat,
dengan ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Mikrotia
merupakan kelainan kongenital telinga dimana bentuk daun telinga lebih kecil
dari ukuran normal. Dapat bilateral maupun unilateral dan terkadang
didapatkan atresia liang telinga (CAE).

 90% unilateral. Paling sering di telinga kanan. Anak laki-laki > perempuan.
Ras asia lebih banyak dibanding ras lain.

 Penyebab pasti belum diketahui. Diduga penyebabnya adalah faktor genetik,


infeksi virus, intoksikasi bahan kimia dan obat yang teratogenik pada
kehamilan muda.
Mikrotia dan Atresia Liang Telinga

 Grade I : Jika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil. Tidak
diperlukan prosedur operasi Telinga berbentuk lebih kecil dari telinga normal.
Terdapat lobule, helix dan anti helix.
 Grade II : Jika terdapat defisiensi struktur telinga. Namun masih terdapat lobule
dan sedikit bagian dari helix dan anti helix.
 Grade III : Kelainan ini perlu operasi rekonstruksi dua tahap atau lebih.
Kelompok ini diklasifikasikan sebagai mikrotia klasik. Telinga hanya akan
tersusun dari kulit dan lobulus yang tidak sempurna pada bagian bawahnya.
Biasanya pada kategori ini juga akan disertai atresia atau ketiadaan lubang
telinga luar.
Mikrotia dan Atresia Liang Telinga

 Diagnosis mikrotia dan atresia telinga kongenital dapat


ditegakkan dengan hanya melihat bentuk daun telinga yang
tidak sempurna dan liang telinga yang atresia.

 Pemeriksaan : pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-scan


Telinga camplang / jebang (Bats ear)

 Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol. Fungsi


pendengaran tidak terganggu. Namun karena bentuknya
yang tidak normal serta tidak enak dipandang kadang kala
menimbulkan masalah psikis sehingga perlu dioperasi
otoplasti.
Lobus aksesori

Kelainan ini biasanya ditemukan


di anterior dari tragus, biasanya
dihilangkan untuk alasan
kosmetik. Nodul kartilago yang
kecil dapat ditemukan pada
kelainan ini.
Hematoma
 Penimbunan darah di telinga akibat cedera. bisa menyebabkan memar
diantara kartilago dan perikondrium. Darah ini harus dikeluarkan secara
steril untuk mencegah infeksi yang akan menyebabkan perikondritis.

 Untuk membuang hematoma, biasanya digunakan alat penghisap dan


penghisapan dilakukan sampai hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi
(biasanya selama 3-7 hari).

 Jika terjadi robekan pada telinga, maka dilakukan penjahitan dan pembidaian
pada kartilagonya

 Perbaikan bentuk bisa dilakukan melalui pembedahan


Perikondritis
 Adalah radang pada tulang rawan yang
menjadi kerangka daun telinga. Biasa
terjadi akibat trauma, operasi daun
telinga yang terinfeksi dan sebagai
komplikasi pseudokista daun telinga.
 Pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri
penyebabnya Bila pengobatan antibiotik
gagal dapat timbul komplikasi berupa
mengkerutnya daun telinga akibat
hancurnya telinga rawan yang menjadi
kerangka daun telinga (cauliflower ear).
Pseudokista
 Terdapat benjolan di daun telinga akibat adanya
kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan
perikondrium dan tulang rawan telinga. Pasien datang
ke dokter, karena ada benjolan di daun telinga, tidak
nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.
 Kumpulan cairan harus dikeluarkan secara steril untuk
mencegah perikondritis. Lalu dibalut tekan dengan
bantuan semen gips selama 1 minggu agar perikondrium
melekat pada tulang rawan kembali. Jika perlengkatan
tidak sempurna dapat timbul kekambuhan.
Kelainan Liang Telinga
Serumen
 Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,
epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Konsistensinya biasa lunak,
tetapi kadang-kadang kering.
 Kumpulan serumen di liang telinga akan menimbulkan gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif.
 Serumen yang lunak, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit
kapas.
 Serumen yang keras di keluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan , makan serumen harus
dilunakan dahulu dengan tetes karboglisen 10% selama 3 hari.
Serumen
 Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang
telinga dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat
yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan
irigasi, harus dipastikan tidak ada (riwayat) perforasi pada
membran timpani.
Benda Asing di Liang Telinga

 Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi sekali. Bisa berupa
benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau
mineral.

 Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan dahulu dengan
memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan
(misalnya larutan rivanol atau obat anestesi lokal) lebih kurang 10 menit,
Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air
bersih yang hangat.

 Benda asing berupa baterai,sebaiknya jangan dibasahi mengingat efek


korosi yang ditimbulkan. Benda asing yang besar dapat ditarik dengan
pengait serumen, sedangkan yang kecil bisa diambil dengan cunam atau
pengait.
Otitis Eksterna
 Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis akibat
infeksi bakteri, virus dan jamur.

 Otitis eksterna sering terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Di Indonesia


otitis eksterna dapat ditemukan pada semua kelompok usia, insiden tertinggi
ditemukan pada anak usia 7 hingga 12 tahun.

 Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).

 Faktor pencetus : udara panas dan lembab, paparan air seperti berenang,
penggunaan lidi kapas,
Otitis Eksterna Sirkumskripta
(Furunkel = bisul)
 Adalah infeksi pada 1/3 luar liang telinga, khususnya adneksa
kulit, yakni pilosebaseus (folikel rambut & kelenjar sebaseus) dan
kelenjar serumen. Bakteri penyebab umumnya adalah
Staphylococcus aureus & Staphyloccus albus.

 Gejalanya antara lain nyeri hebat. Nyeri ini tidak sesuai dengan
besarnya furunkel (bisul). Membuka mulut atau mengunyahdapat
memicu nyeri. Gangguan pendengaran terjadi jika furunkel besar
dan menyumbat.
Otitis Eksterna Sirkumskripta
(Furunkel = bisul)
 Terapi tergantung keadaan furunkel.
Jika terbentuk abses, harus diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya. Setelah dibersihkan dapat
digunakan asam asetat 2-5% dalam
alkohol 2% sebagai antiseptik.
Antibiotik topikal yang dapat diberikan
yaitu polymixin B atau bacitracin.
Antibiotik sistemik biasanya tidak
diperlukan. Obat simptomatik seperti
analgetik juga dapat diberikan.
Otitis eksterna difus
 Infeksi bakteri pada 2/3 dalam liang telinga. Umumnya bakteri penyebab
utamanya yaitu Pseudomonas, selain itu dapat pula akibat Staphylococcus albus,
Escheria coli dan sebagainya.
 Gejala : nyeri tekan tragus, kadang kelenjar getah bening regional membesar.

 Dengan otoskopi : tampak adanya edema, hiperemis, liang telinga sangat sempit,
tidak terdapat furunkel (bisul), dengan/tanpa otorea. Jika terdapat sekret,
biasanya berbau. Sekret tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang
keluar dari kavum timpani pada otitis media.

 Terapi yang diberikan termasuk diantaranya larutan asam dan antibiotik topikal.
Larutan asam yang umumnya digunakan yaitu asam asetat 2%.
Otitis eksterna difus
 Polymyxin B, preparat topikal
gentamisin atau ciprofloxacin
digunakan sebagai pengobatan
lini pertama untuk otitis eksterna.
Ciprofloxacin merupakan antibiotik
golongan fluorokuinolon yang
paling efektif melawan P.
aeruginosa. Kadang-kadang
diperlukan antibiotika sistemik
pada kasus berat dan jika
dicurigai adanya perikondritis atau
kondritis pada tulang rawan
telinga.
Otomikosis
 Otomikosis atau otitis eksterna fungal adalah infeksi jamur pada meatus
akutikus eksternus (MAE).
 Bila terdapat perubahan kadar keasaman MAE akibat kadar kelembaban yang
tinggi, atau sering membersihkan telinga, atau berenang, dapat
memungkinkan risiko terjadinya otomikosis.
 Jenis jamur penyebab terbanyak adalah golongan Aspergilus sp diikuti
Candida sp.
 Gejala : gatal, nyeri telinga, terasa penuh, tinitus, gangguan pendengaran, dan
kadang-kadang keluar cairan dari telinga tetapi sering pula tanpa keluhan.
 Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10%
ataupun pembiakan jamur.
 Dengan otoskop : MAE dapat berwarna kemerahan dan serpihan jamur
mungkin tampak putih, abu-abu, atau hitam.
Otitis Eksterna Kronik
 Otitis eksterna kronik adalah infeksi liang telinga yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks) sehingga liat telinga
menyempit.

 Otitis eksterna kronik dapat disebabkan oleh

- pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat

- Trauma berulang

- Benda asing

- Alat bantu dengar: penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid


Otomikosis
Prinsip pengobatan:
Bersihkan liang telinga, jaga telinga tetap kering,
minimalisir faktor predisposisi, identifikasi
organisme penyebab, dan mengeliminasi
otomikosis dengan menggunakan anti jamur yang
efektif, baik anti jamur spesifik ataupun non
spesifik

Larutan As. Asetat 2%


Anti jamur non spesifik : asam borat, gentian
violet.
Anti jamur spesifik : nystatin, klotrimazol,
ketokonazol, bifonazol, itrakonazol. mikonazol.
Herpes Zoster Otikus
 Herpes Zoster Otikus merupakan infeksi yang
disebabkan oleh virus varicella zoster.
 Pada herpes zoster otikus akan tampak lesi kulit yang
vaskuler pada kulit di daerah muka sekitar liang
telinga, otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot
wajah. Pada keadaan yang berat ditemukan
gangguan berupa tuli sensorineural. Pengobatan
sesuai dengan tata laksana Herpes Zoster
Infeksi Kronis Liang Telinga
 Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak di obati dengan baik,
iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulang,
adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat
bantu dengar (haring aid) dapat menyebabkan radang kronis.
Akibatnya terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena
terbentuknya jaringan parut (sikatrik). Pengobatannya
memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga.
Keratosis Obsturan dan Kolesteatoma Eksterna

 Terdapat gumpalan epidermis di liang


telinga yang dapat mengakibatkan rasa
penuh, nyeri dan gangguan pendengaran.
 Pada keratosis obsturan setelah gumpalan
keratin dikeluarkan, debris akibat radang
harus dibersihkan secara berkala.
 Pada kolesteatoma eksterna perlu
dilakukan operasi untuk mengankat
kolesteatoma dan tulang yang nekrotik.
 Jika kolesteatoma masih kecil dan
terbatas, lakukan tindakan konservatif.
Berikan obat tetes dari campuran alkohol
atau gliserin dalam H2O2 3% 3x seminggu.
Otitis Eksterna Maligna
 Otitis eksterna maligna adalah infeksi difusi di liang telinga luar dan struktur
lain di sekitarnya.
 Peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan
tulang sekitarnya, sehingga timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang
menghancurkan tulang temporal.
 Gejala : rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri,
sekret banyak, liang telinga bengkak. nyeri semakin hebat, liang telinga
tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasia dapat
terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
 Penyebab : Pseudomonas.
 Terapi : antibiotik (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Keadaan lebih berat
berikan antibiotik parenteral kombinasi dengan golongan aminoglikosida
selama 6-8 minggu.
 Selain pemberian obat, lakukan juga tindakan pembersihan luka
(debridement)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai