Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. AF

Umur

: 2 tahun 9 bulan

Jenis kelamin

: Laki - laki

Alamat

: Purwosari 06/07 Kudus

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Tanggal masuk RS

: 30 November 2016

Tanggal anamnesis dan pemeriksaan : 30 November 2016 03


Desember 2016
Tanggal kepulangan

: 03 Desember 2016

II. ANAMNESIS
Alloanamnesa dengan orang tua pasien, pada tanggal 30
November 2016, Bangsal Bougenvile 2.
A. Keluhan Utama :
Kejang
B. Keluhan Tambahan
:
Demam , tidak nafsu makan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien mengalami kejang 1x SMRS. Keluhan kejang
disertai dengan demam tinggi sejak pagi . Setelah itu kejang
muncul tiba tiba, mengakibatkan keempat alat gerak pasien
kaku, mata memejam dan mulutnya mengatup kuat. Hal ini
berlangsung selama 2-3 menit. Setelah itu, pasien kembali
sadar dan menangis. Kejang muncul pada pukul 13.00.
Keluarga akhirnya memutuskan untuk

membawa pasien ke

rumah sakit. Di IGD, pasien tidak mengalami kejang lagi.


Pasien tidak mau makan dan minum sejak pagi. Batuk, pilek
disangkal. BAB cair 3 x tanpa ampas.dan BAK dalam batas
normal.
Page | 1

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat kejang demam disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat kelainan neurologis disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal

F. Riwayat Pengobatan :
Sebelum dibawa ke rumah sakit , pasien hanya diberi obat
penurun panas dari warung.
G. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu pasien secara rutin memeriksakan kehamilannya setiap

bulan ke bidan
Ibu pasien tidak mengalami kelainan, gangguan, ataupun

penyakit tertentu selama kehamilan


Ibu pasien juga tidak mengkonsumsi rokok, obat, ataupun
minuman beralkohol selama kehamilan

H. Riwayat Kelahiran dan Keadaan Bayi :


Hamil aterm G3P2A0
Lahir spontan pervaginam dibantu bidan dengan masa

gestasinya cukup bulan


Berat badan lahir 3300 gram
Panjang badan saat lahir 50 cm
Langsung menangis
Pucat/Biru/Kuning/Kejang saat bayi lahir disangkal
Tidak ada kelainan bawaan
Diberikan ASI

I. Riwayat Pemeriksaan Post-natal


:
Pemeriksaan postnatal dilakukan di bidan dan tidak ditemukan
kelainan pada anak
J. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak:
Pertumbuhan
o Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan lahir 50
cm
Page | 2

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

o Berat badan sekarang 15 kg, tinggi badan sekarang


90 cm
o IMT =

BB ( kg )
TB2(m)

= 15 = 18,5 kg/m
(0,90)2

Perkembangan
o Tidak ada gangguan perkembangan mental dan
emosi
o Psikomotor :
1. Tengkurap
2. Duduk
3. Berdiri Sendiri
4. Berjalan

: 2 bulan
: 5 6 bulan
: 12 bulan

Page | 3

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Page | 4

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Page | 5

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Interpretasi :
BB/U : di atas 1
PB/U : di bawah -1
BB/TB : di atas 1
IMT/U : berada 2
K. Riwayat Asupan Nutrisi
Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 8 bulan.
Sejak usia 8 bulan pasien mulai mengkonsumsi bubur dan

susu formula.
Pasien mulai makan nasi baru sejak umur 1 tahun.

L. Riwayat Imunisasi
Ibu mengaku bahwa imunisasi anaknya diberikan lengkap dan
sesuai dengan jadwal imunisasi di posyandu

USIA
(bula
n)

VAKSIN YANG
DIDAPATKAN

Hepatitis B dan polio

Hepatitis B , BCG
Page | 6

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Polio dan DPT

Polio dan DPT

Hepatitis B, polio, dan DPT

Campak

M. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal
bersama orang tuanya.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 30 November 2016 pukul
7.00 WIB di bangsal Bougenvile 2, RSUD dr. Loekmono Hadi, Kudus.
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
: Compos mentis, GCS 15 (E4, V5, M6)
c. Tanda tanda vital
:
1. Denyut nadi
: 110 x/menit
2. Laju pernapasan : 22 x/menit
3. SpO2
: 99%
4. Suhu
: 37,6C
d. Kulit
: Anemis (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit
baik
e. Kepala

: Mesochepale, rambut terdistribusi merata,

tidak mudah
dicabut
f. Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat,
g. Telinga

isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)


: bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-),

nyeri tarik aurikula


(-/-), pembesaran KGB retroaurikula (-/-), liang

h. Hidung
i. Mulut

telinga lapang
dextra et sinistra, serumen (-/-), sekret(-/-)
: bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-)
: Sulcus nasolabialis simetris, mukosa bibir merah

muda, tidak
kering, sianosis (-), Tonsil T1-T1, hiperemis (-/-),

Page | 7

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

detritus (-/-), mukosa faring merah muda, lidah


bersih
: Trakea di tengah,

j. Leher

pembesaran KGB

leher (-),

pembesaran
tiroid (-)
k. Jantung
Inspeksi
: Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V Midclavicula
line sinistra
: Redup
Batas atas jantung di ICS II PSLS
Batas kanan jantung di ICS IV PSLD
Batas kiri jantung di ICS V MCLS
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
l. Pulmo
Inspeksi
: bentuk dada normal, saat inspirasi dan ekspirasi
Perkusi

simetris, tidak ada sisi yang tertinggal, retraksi


Palpasi

otot pernafasan (-)


: Pengembangan dada simetris kanan dan kiri,

krepitasi(-), nyeri tekan (-)


Perkusi
: Sonor (+/+)
Auskultasi :Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
m. Abdomen
Inspeksi
: tampak datar
Auskultasi :bising usus (+) normal
Perkusi
:timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-) pada seluruh
kuadran, hepar tidak teraba
n. Ascites
: fluid wave (-), shifting dullness (-)
o. Ekstremitas :akral hangat, sianosis (-/-), capillary refill time < 2
detik
p. Genitalia, anus, dan rektum : tidak dilakukan pemeriksaan
q. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Refleks Fisiologis :
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Achiles (+)
Pemeriksaan Refleks Patologis :

Babinski (-)
Page | 8

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Cadock (-)

Pemeriksaan Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan


Brudzinsky I : (-) kedua tungkai tidak fleksi
Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak
terdapat hambatan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium tanggal 1 Desember 2016
Tanggal

Hasil

Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
MCH
MCHC
MCV
RDW
MPV
PDW
Widal
S. typhi O
S. typhi H
S. typhi AH
S. typhi BH

12.3 g/dL
4.76jt/ul
36.1%
298 x 103/ul
21.5x 103 /ul
76.0
11,0
12.2
0,7
0,2
25,8 pg
34,1 g/dL
75.8 fL
13.3 %
8.3 fL
8.2 fL

Nilai
Rujukan
11,5-13,5 g/dL
3,9-5,9 jt/ul
34-40 %
150-400 103/ul
6,0-17,03/ul
50-70
25-40
2-8
2-4
0-1
27,0-31,0pg
33,0-37,0 g/dL
79,0-99,0fL
10-15 %
6,5 11,0 fL
10 18,0 fL
negatif
negatif
negatif
negatif

V. DIAGNOSA
Kejang Demam Simpleks
VI. DIAGNOSA BANDING

Kejang demam kompleks


Page | 9

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

VII. PENATALAKSAAN
Tatalaksana Farmakologi

Infus cairan RL 12 tpm


Pamol syr 3x1 cth
Cefotaxim 2x300
Diazepam supp 10 mg
Zinc 1x1
Cotrimoxazol 3x1

Tatalaksana Non Farmakologi

Tenangkan dan yakinkan orang tua pasien bahwa kejang

demam memiliki prognosis yang baik.


Mengedukasi keluarga pasien mengenai tanda-tanda kejang

demam dan tatalaksana awalnya


Keluarga harus waspada bila anak sedang demam terutama
bila sedang demam tinggi (segera diberikan obat penurun

panas).
Bila anak

kembali

kejang,

keluarga

tidak

perlu

panik

sebaiknya melonggarkan pakaian anak, anak diposisikan


miring agar lendir / cairan dapat keluar, dan pastikan jalan

napas tidak terhalang .


Jika kejang terjadi > 5 menit sebaiknya dibawa ke RS terdekat.
Sediakan obat kejang dalam sediaan suppositoria di rumah.

VIII. PROGNOSIS
a. Ad Vitam
b. Ad Sanationam
c. Ad Fungtionam

: Bonam
: Bonam
: Bonam

Page | 10

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

CATATAN KEMAJUAN
Tanggal

01 Desember 2016

S:

Demam(+), kejang (-), batuk (-), pilek (-), muntah


(-), diare (-)
Tampak sakit sedang
Compos mentis
15
114x/menit, reguler, isi cukup
37,5C
23
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler, murmur(-),
gallop (-)
Suara vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi -/-,
wheezing -/Flat, supel, BU (+), NT (-)
Turgor baik.
Akral hangat, Oedema -/-

O:

KU
Kesadaran
GCS
Nadi
Suhu
RR
Mata
Cor
Pulmonal
Abdomen
Kulit
Ekstremita
s

A:
P:

Kejang Demam Simpleks


Infus cairan RL 12 tpm,
Pamol syr 3x1 cth
Cotrimoxazol 3x1
Zinc 1x1

Tanggal

02 Desember 2016

S:

Demam(-), kejang (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-),


diare (-)
Tampak sakit ringan
Compos mentis
15

O:

KU
Kesadaran
GCS

Page | 11

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Nadi
Suhu
RR
Mata
Cor
Pulmonal
Abdomen
Kulit
Ekstremita
s

Andy 406152020

107x/menit, reguler, isi cukup


37,1C
22
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler, murmur(-),
gallop (-)
Suara vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi -/-,
wheezing -/Flat, supel, BU (+), NT (-)
Turgor baik.
Oedema -/-

A:
P:

Kejang Demam Simpleks


Infus cairan RL 12 tpm,
Cotrimoxazol 3x1
Pamol syr 3x1 cth

Tanggal

03 Desember 2016

S:

Demam(-), kejang (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-),


diare (-)
baik
Compos mentis
15
110x/menit, reguler, isi cukup
36.7C
23
CA -/- , SI -/Bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler, murmur(-),
gallop (-)
Suara vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi -/-,
wheezing -/Flat, supel, BU (+), NT (-)
Turgor baik.
Oedema -/-

O:

KU
Kesadaran
GCS
Nadi
Suhu
RR
Mata
Cor
Pulmonal
Abdomen
Kulit
Ekstremita
s

A:
P:

Kejang Demam Simpleks


Infus cairan RL 12 tpm,
Cotrimoxazol 3x1
Pamol syr 3x1 cth

Page | 12

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium . Kejang demam ini
terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang
tanpa demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6
bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain harus
dipertimbangkan misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan
kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat.
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat, Amerika Selatan
dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira kira 20 % kasus merupakan kejang
demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17 23
bulan) kejang demam sedikit lebih sering pada laki laki.

Page | 13

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Faktor Resiko
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Ada riwayat
kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
kecenderungan genetik. Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat, problem pada
masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah, cepatnya anak
mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat
keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.
Faktor

resiko

terjadinya

epilepsi

di

kemudian

hari

yaitu

adanya

gangguan

neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga, lamanya


demam saat awitan, lebih dari satu kali kejang demam kompleks.
Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi, dimana oksigen disediakan dengan
perantaraan fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskuler. Jadi sumber
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
Page | 14

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10% - 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur
3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38o C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah,
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
kejang. Penelitian binatang menunjukkan bahwa vasopresin arginin dapat merupakan
mediator penting pada patogenesis kejang akibat hipertermia.
Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akibatnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipertensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya

aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan

metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.

Page | 15

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam. Suhu yang tinggi merupakan
keharusan pada kejang demam sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri,
akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat infeksi di tempat lain, misalnya
pada radang telinga tengah yang akut, dan sebagainya. Bila dalam riwayat
penderita pada umur umur sebelumnya terdapat periode - periode dimana anak
menderita suhu yangsangat tinggi akan tetapi tidak mengalami kejang; maka pada
kejang yang terjadi kemudian harus berhati hati, mungkin kejang yang ini ada
penyebabnya. Pada kejang demam yang sederhana kejang biasanya timbul ketika
suhu sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali orang tua tidak
mengetahui sebelumnya bahwa anak menderita demam. Agaknya kenaikan suhu yang
tiba tiba merupakan faktor yang penting untuk menimbulkan kejang. Kejang pada
kejang demam sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik
klonik seperti kejang grand mal; kadang kadang hanya kaku umum atau mata
mendelik seketika. Kejang dapat juga berulang, tapi sebentar saja, dan masih dalam
waktu 16 jam meningkatnya suhu, umumnya pada kenaikan suhu yang mendadak,
dalam hal ini juga kejang demamsederhana masih mungkin.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang dengan salah satu ciri berikut

Kejang lama lebih dari 15 menit.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.


Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang

berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8 % kejangn demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali

Page | 16

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang
terjadi pada 16 % diantara anak yang mengalami kejang demam.
Manifestasi Klinik
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang tidak disebabkan oleh infeksi susunan
saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat
bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf.
Livingston (1954, 1963) membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan,
yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever).
Modifikasi kriteria Livingston:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

Page | 17

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6 % - 6,7 %.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh
karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada :

Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.

Bayi antara 12 18 bulan dianjurkan.

Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis
tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya,tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat

Page | 18

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT
scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin
dan hanya atas indikasi seperti :

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

Paresis nervus VI

Papiledema

Diagnosis Banding
Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya :
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
Oleh sebab itu, menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang,
harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar susunan saraf pusat
(otak) . Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber
infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapat
antibiotik maka perlu pertimbangan pungsi lumbal.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Saat Kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan kecepatan 1 2 mg/menit atau
dalam waktu 3 5 menit,dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat
diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah
0,5 0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
Page | 19

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan
dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3 0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti
diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10 20mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4 8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal .Bila dengan
fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang
telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
Pemberian Obat Pada Saat Demam
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5
10 mg/kgBB/kali, 3 4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat
menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga
penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30 % - 60 % kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o C. Dosis tersebut
cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25
% - 39 % kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam.
3. Pemberian Obat Rumat
Indikasi pemberian obat rumat

Page | 20

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri


sebagai berikut (salahsatu) :

Kejang lama > 15 menit.

Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,


misalnya

hemiparesis, paresis

todd, cerebral

palsy, retardasi mental,

hidrosefalus.

Kejang fokal.

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :


Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan

indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan


perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau
fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
resiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya
dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap
hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40 % - 50 % kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15 40 mg/kgBB/hari dalam 2 3 dosis, dan fenobarbital 3 4mg/kgBB/hari dalam
1 2 dosis.
Edukasi Pada Orang Tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang
sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus
dikurangi dengan cara yang diantaranya :
Page | 21

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.


b. Memberitahukan cara penanganan kejang.
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
Beberapa Hal Yang Harus Dikerjakan Bila Kembali Kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang.
f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Vaksinasi
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi,
sedangkan setelah vaksinasi MMR 25 34 per 100.000 anak. Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.
Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari
kemudian.
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan
kematian.
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan
Page | 22

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus
dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kejang yang lebih
dari 15 menit, bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga biasanya
telah menimbulkan kelainan saraf yang menetap. Apabila tidak diterapi dengan baik,
kejang demam dapat berkembang menjadi :

Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50 %.


Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

Epilepsi

Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.

Kelainan motorik

Gangguan mental dan belajar

b. Kemungkinan mengalami kematian


Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
c. Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
berulangnya kejang demam adalah :
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga
b. Usia kurang dari 12 bulan
c. Temperatur yang rendah saat kejang
d. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80 %, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10 % - 15 %. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling
besar pada tahun pertama.
Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :
a. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
b. Kejang demam kompleks.

Page | 23

LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM

Andy 406152020

c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung


Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan
epilepsi menjadi 10 % - 49 %. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Standar Pelayanan Medik. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas Makassar.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI Jakarta. 1985
3. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000;
4. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 27.1982
5. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006.
6. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006

Page | 24

Anda mungkin juga menyukai