Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SERUMEN OBTURANS

DI SUSUN OLEH :

SURIANTI, S.Kep

7119491703

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

SERUMEN OBTURANS

A. Definisi Serumen Obturans


Serumen obturans adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
Serumen obturans adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu. Serumen dihasilkan dari produksi kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen yang terdapat di kulit luar liang telinga yang apabila tidak pernah
dibersihkan dapat menimbulkan sumbatan liang telinga. Konsistensi serumen
biasanya lunak, tetapi kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor
keturunan, iklim dan usia. Sepertiga bagian luar dari lubang telinga
mengandung kelenjar yang berfungsi menghasilkan serumen. Pada sebagian
orang dihasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah
berkeringat dibandingkan yang lain. Oleh karena sengaja dibentuk, tentunya
serumen tidak dimaksudkan sebagai pengganggu, justru sebaliknya serumen
merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap telinga. Serumen di lubang
telinga akan menangkap debu, mikroorganisme, maupun partikel-partikel
asing, dan mencegahnya masuk ke struktur telinga yang lebih dalam.
Serumen pun memiliki efek bakterisidal (dapat membunuh bakteri). Efek
tersebut diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan
immunoglobulin yang dikandungnya. Selain itu, pH serumen yang relatif
rendah merupakan suatu faktor tambahan yang dapat mencegah terjadinya
infeksi telinga. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas, yang akan menjaga
telinga supaya tidak kekeringan. Dalam kondisi kekeringan, lubang telinga
akan sangat mudah terluka, akibatnya telinga akan terasa nyeri dan rentan
terhadap infeksi. Ini membuktikan bahwa serumen tidak hanya melindungi
telinga dari ancaman yang datang dari luar, namun juga menjaga agar
lingkungan di dalam telinga tetap berada dalam kondisi yang fisiologis.
B. Etiologi Serumen Obturans
a. Dermatitis kronik pada telinga luar
b. Liang telinga sempit
c. Produksi serumen terlalu banyak dan kental
d. Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan
mengorek telinga).
C. Tanda dan Gejala Serumen Obturans
a. Pendengaran berkurang.
b. Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
c. Merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
d. Telinga berdengung (tinutitis)
D. Patofisiologi Serumen Obturans

Produksi serumen yang banyak dan atau kental serta menyebabkan


peningkatan jumlah serumen di dalam liang telinga sehingga serumen
terdorong kedalam dan menyebabkan rasa nyeri dan penuh serta terkadang
mengakibatkan vertigo karena fungsi dari eustachuis sebagai organ
penyeimbang tekanan menjadi terhambat. Kebiasaan membersihkan telinga
yang salah serta kondisi liang telingga yang sempit mengakibatkan serumen
menjadi terdorong kedalam dan mengakibatkan rasa nyeri. Keadaan nyeri ini
akan bertambah parah jika tidak di tangani. Klien dengan obstruksi serumen
akan merasakan tekanan suara tinggi dari dalam, berdenging sehingga timbul
rasa cemas, tidak nyaman dalam beraktivitas maupun beristirahat serta risiko
gangguan persepsi sensori auditory menjadi meningkat.
Pathway

Dermatitis kronik Produksi Liang telinga Kebiasaan


pada telinga luar serumen sempit membersihkan
banyak dan telinga yang salah
kental

Obstruksi Serumen
(Penumpukan serumen)

Menekan dinding Menekan membrane Telinga tersumbat


liang telinga timpani

Vertigo dan tinitus

Agen cedera Pendengaran


abiologis/ biologis terganggu
dan aabiologis Kurang
pengetahuan

Nyeri akut Perubahan persepsi


dan sensori

Ansietas

Gangguan
Stigma berkenaan dengan persepsi dan
kondisi sensori (auditori)

Gangguan harga
diri rendah
E.
F. Pemeriksaan diagnostic
a. CT Scan tulang tengkorak
b. Scan Gallum 67
c. Scan Tekhnetium 99
d. MRI
e. Tes Laboratorium
f. Kelenjar auditorius
g. Uji Weber
h. Uji Rinne
G. Therapy dan Penatalaksanaan
Pengeluaran serumen harus dilakukan dalam keadaan terlihat jelas.
a. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililit pada
aplikator (pelilit).
b. Serumen yang keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
c. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan dulu dengan
karbogliserin 10%, 3 kali 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu
dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi
telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
d. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani,
dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan
air hangat, suhu 37 derajat Celcius supaya tidak timbul vertigo karena
terangsangnya vestibuler dan perlu diperhatikan iritasi liang telinga.
H. Komplikasi
1. Infeksi pada luar liang telinga (otitis eksterna)
2. Infeksi telinga tengah
3. Jejas pada meatus akustikus eksterna
4. Tinnitus atau telinga berdengung
5. Nyeri kepala atau berputar (vertigo)
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnose medis, alamat dan rencana terapi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Penderita biasanyan mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,
nyeri, telinga berdengung dan pusing dimana pasien merasakan
lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
b. Riwayat penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami riwayat kesehatan masa lalu yang
berhubungan degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,
biasanya kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak
benar atau klien suka berenang dapat mempengaruhi penyakit ini
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien biasanya mengeluh nyeri, klien biasanya mengeluhkan
pendengarannya mulai menurun, rasa tidak enak ditelinga. Serta pusing
dimana klien akan merasakan lingkungan disekitar berputar (vertigo) .
d. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit obstruksi serumen
dalam telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat
pendengaran atau riwayat keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan
klien. Dan kaji tanda-tanda vital klien.
1) Kepala
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi
luka (jahitan)
a. Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada
pembengkakan.
b. Wajah
Biasanya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri
c. Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan
konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tidak
odema,skelera tidak ikterik,pupil isokor
d. Telinga
Biasanya telinga klien terjadi penyumbatan Karena terdapat benda
asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu,
Rasa nyeri telinga/otalgia
e. Hidung
Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.
f. Bibir
Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.
g. Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan
biasanya kebersihan gigi kurang.
h. Lidah
Biasanya tampak normal tidak kotor dan tidak hiperik
2) Leher
Biasanya leher pada klien penyakit benda asing dalam telinga ini
tampak normal saja
3) Dada
a. Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal.
Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas
dada,frekuensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.
b. Palpasi
Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg
disebut vocal primitus
c. Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal
jaringan sonor
d. Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien
melakukan insipirasi dan ekspirasi.
4) Jantung
a. Inspeksi
Terdapat ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5
b. Palpasi
Terdapat lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm
c. Perkusi
Terdapat batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal
d. Auskultasi
Terdapat irama denyutan jantung terdengar normal
5) Abdomen
a. Inspeksi
Terdapat tidak adanya pembesaran rongga abdomen
b. Auskultasi
Terdapat bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal
karna klien mengalami penurunan nafsu makan
c. Palpasi
Teraba normal saja
d. Perkusi
Terdapat bunyi ketukannya terdengar normal
6) Ekstremitas
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih
menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk
menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang
dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.
7) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit
meningkat.
8) Sistem Neurologi
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan
pada telinga tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran.
3. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat 
4. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan stigma berkenaan dengan
kondisi
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
5. Intervensi Keperawatan
a) Dx 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0
dari rentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
 Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan
teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas
dalam)
R : Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu
mengurangi nyeri yang dirasab.
 Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik 
R : Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga
nyeri dapat berkurang.
 Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30
menitpemberian analgetik.
R : Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
 Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri
yang dirasa.
R : Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang
dirasa oleh klien dan keluarga.
b) Dx 2 : Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil : 
 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik 
 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan,
bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yangbaik.
Intervensi Keperawatan :
 Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada
rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, eperti
: tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
 Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat
mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan
jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik dari pada
berbicara dengan keras).
 Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
 Jika klien dapat membaca ucapan ,Lihat langsung pada klien dan
bicaralah lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien
tidak dapat membaca bibir anda.
 Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau
gunakankomunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
 Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah alamatkan
semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-
olah perawat sendiri yang langsungberbicara kepada klien dnegan
mengabaikan keberadaanpenerjemah.
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran
danpemahaman
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang
memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
 Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien
maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan
dengankemampuan dan keterbatasan klien.
 Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien
dapatditerima dengan baik oleh klien.
 Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan
kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima
pesanperawat secara tepat.
c) Dx 3 : Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat 
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
 Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
 Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan
gangguanyang dialami.
 Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan
darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan
kliendalam berkomunikasi.
 Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikandukungan
kepada klien.
 Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat
yangtersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
 Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi
denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
 Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat
mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan ketidak
percayaan klienterhadap perawat.
 Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling
tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegantingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas
danfrustasinya.
 Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama
akan sangat membantu klien.
d) Dx 4 : Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan
sensori persepsi
Ditandai dengan :
- Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang
- Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan
- Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman
pendengaran pasien meningkat, dengan kriteria hasil :
 Pasien dapat mendengar dengan baik
 Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan
kepadanya
Intervensi Keperawatan :
 Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.
R : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan
untuk menentukan intervensi selanjutnya.
 Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang
terdekat, seperti menganjurkan pembicara menulis atau
menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin
disampaikan kepada pasien.
R :  untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik
antara pasien dengan orang-orang terdekat.
 Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
R : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien.
 Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi
yang diberikan
R : mematuhi program terapi akan mempercepat proses
penyembuhan.
e) Dx 5 : Gangguan harga diri berhubungan dengan stigma berkenaan
dengan kondisi.
Ditandai dengan:
- Kurang mengikuti program terapi yang diberikan
- Pasien tampak menarik diri dari pergaulan
- Kurangnya kontak mata  pasien saat berkomunikasi dengan orang lain
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan
harga diri rendah pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
 Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
 Mengikuti program terapi yang diberikan
 Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi Keperawatan :
 Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan
pasien dan mengungkapkan perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat
situasi tersebut
 Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
R : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga
diri.
 Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal
mungkin
R : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan
terisolasi dari lingkungan sosial dan dapat pula memberikan
kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien
 Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan
atau tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien.
R : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang
depresi tentang keterbatasan
 Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan
oleh pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya
R : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan
perasaan dari kegagalan dan membentuk pasien muai menerima
penanganan terhadap penyakitnya.
f) Dx 6 : Ansietas b.d. kurang pengetahuan
Ditandai dengan:
- Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
- Wajah pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam,
diharapkan rasa cemas pasien dan keluarganya berkurang atau hilang,
dengan kriteria hasil :
 Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang
penyakit yang diderita oleh pasien
 Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses
penyakit yang diderita oleh pasien
 Pasien tampak rileks
Intervensi Keperawatan :
 Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal
dan non-verbal.
R   :  untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
 Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
dan proses penyakit yang diderita oleh pasien.
R   :  informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang
dirasakan oleh pasien dan keluraganya, dan dapat pula meningkatkan
kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita oleh
pasien
 Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap
tindakan keperawatan yang akan diberikan
R   :  dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat
menciptakan rasa saling percaya
DAFTAR PUSTAKA

Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 :


Jakarta.EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 :


Jakarta. EGC

Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta.
EGC

Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3:


Jakarta.Mediaaesculapius

Chris, Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

Herdmen, T. Heather. 2012. DiagnosisnKeperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai