1. Judul proposal yaitu: Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan
Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja awal di SMPN 4 TomboloPao. 2. Meneliti di SMPN 4 TomboloPao. 3. Meneliti di SMPN 4 TomboloPao karena, peneliti pernah sekolah di SMPN 4 TomboloPao, tempatnya terjangkau dan banyak kenalan. 4. Alasan mengangkat judul di atas karena, (Issa, 2019) Berdasarkan informasi demografi dan kesehatan Indonesia 2017 tentang kesehatan reproduksi remaja bahwa interaksi seksual remaja lelaki kian banyak dibandingkan dengan remaja wanita. Data membuktikan bahwa keadaan budaya seks pada remaja itu di latarbelakangi pada berbagai keadaan diantaranya seperti usia remaja, area tempat tinggal seperti di desa-desa dan di kota, serta derajat pengajaran pada remaja. Usia dapat berpengaruh pada perbuatan seks remaja, data dari SDKI 2017 membuktikan bahwa pada umur 15-19 tahun remaja makin kerap melakukan perbuatan seks di luar nikah. (BKKBN, 2017). (Issa, 2019) 5. Terdapat pada BAB I yaitu di latar belakang tepatnya pada paragraf 3. 6. Original penelitiannya yaitu, walaupun penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem dan metode make a match sudah pernah di lakukan sebelumnya namun belum ada yang membandingkan antara kedua metode tersebut, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan membandingkan antara kedua metode tersebut dengan judul: Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja awal di SMPN 4 TomboloPao. 7. Ada dua variabel dalam penelitian peneliti. 8. Variabel Independen dan Dependen a. Variabel Independen adalah penyebab adanya perubahan variabel dependen atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. (Penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem dan metode make a match) b. Variabel Dependen adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel Independen. (Pengetahuan bahaya seks sebelum nikah pada siswa remaja awal) 9. Perbedaan tujuan umum dengan tujuan khusus yaitu: a. Tujuan Umum, adalah tujuan penelitian secara keseluruhan dari yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. b. Tujuan Khusus, adalah tujuan yang lebih spesifik. Tujuan khusus menggunakan kata-kata operasional sehingga lebih jelas untuk dicapai. 10. Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktek a. Manfaat Teoritis, merupakan manfaat yang berkaitan terhadap pengembangan pengetahuan akademik. b. Manfaat Praktek, merupakan manfaat secara langsung dari hasil penelitian yang dapat digunakan oleh masyarakat. 11. Teknik pengambilan sampel menurut Sugiyono: Terdapat 2 (dua) cara teknik pengambilan sampel, yaitu :
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah salah satu teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan probability sampling, maka pengambilan sampel secara acak atau random dari populasi yang ada. Teknik sampel probability sampling meliputi:
1) Simple Random Sampling
Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam prakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan
pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis- lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat membuat strata. 3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan
untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random
sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Kelemahan teknik pengambilan sampel ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.
b. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah salah satu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:
1) Sampling Sistematis atau Systematic Sampling
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2) Sampling Kuota atau Quota Sampling
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili populasi.
3) Sampling Aksidental atau Accidental Sampling
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
4) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
awal mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball. 12. Teknik pengambilan sampel yaitu, Purposive Sampling. 13. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelas IX SMPN 4 TomboloPao, dimana kelas tersebut dibagi menjadi 2 kelompok dan dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas ekperimen 2. 14. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi, merupakan ciri-ciri yang harus dimiliki calon subjek untuk diikutsertakan dalam penelitian. b. Kriteria Eksklusi, adalah ciri-ciri yang mendiskualifikasikan calon subjek untuk dimasukkan dalam penelitian. 15. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi a. Siswa kelas IX SMPN 4 TomboloPao b. Siswa yang bersedia menjadi Responden c. Siswa yang yang mampu diajak berkomunikasi 2. Kriteria Eksklusi a. Siswa yang tidak hadir pada saat penyuluhan 16. Gambaran untuk melakukan penelitian : a. Peneliti menentukan tempat dan subjek. b. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Kampus Stik Famika Makassar untuk diajukan ke pihak sekolah. c. Peneliti menemui kepala sekolah untuk meminta izin mengadakan penelitian dan mengambil data, serta membuat kontrak tentang jadwal pengambilan data agar dipersiapkan calon responden. d. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian. e. Peneliti mendatangi pihak sekolah kembali untuk memberikan gambaran materi yang akan diberikan dan merencanakan kegiatan dengan pihak sekolah. f. Peneliti mendatangi sekolah pada hari yang telah disepakati dan menemui calon responden untuk membagikan kuesioner I agar mendapatkan responden tetap. g. Pada hari pengambilan data, peneliti mengumpulkan responden bernomor ganjil di suatu ruangan untuk diberikan intervensi dengan memberikan penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem. Setelah intervensi pertama selesai, peneliti mengumpulkan responden bernomor genap dengan diberikan intervensi dengan memberikan penyuluhan seksualitas dengan metode make a match. Evaluasi dilakukan setelah intervensi pada masing-masing kelompok. h. Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden dan pihak sekolah. i. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum dan setelah diberikan intervensi. 17. Jenis-jenis desain penelitian a. Penelitian Eksperimental b. Penelitian Correlational (Korelasional) c. Penelitian Causal-Comperative d. Penelitian Survey e. Penelitian Action (Tindakan) f. Penelitian Historical g. Penelitian Studi Kasus (Case Studies Research) h. Penelitian Ethnographic 18. Menggunakan desain Penelitian Eksperimental. 19. Peneliti ini melakukan uji coba dua intervensi berbeda kepada dua kelompok berbeda. Desain penelitian ini digunakan untuk menguji perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja awal. Pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum diberikan intervensi (pre-test) dan setelah diberikan intervensi (post-test). 20. Skala Guttman dan Skala Likert a. Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya – tidak;benar- salah; positif – negative; pernah-belum pernah ; setuju – tidak setuju; dan sebagainya. Contoh: Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. - Benar - Salah b. Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Contoh: Apakah anda setuju jika di daerah anda dibebaskan untuk melakukan seks sebelum nikah? - Sangat Setuju - Setuju - Ragu-ragu - Tidak Setuju - Sangat Tidak Setuju 21. Menggunakan Kuesioner Skala Guttman. 22. Cara menentukan skor dari masing-masing variabel yaitu: a. Variabel Independen - Pilihan jawaban a,b,c dan d. - Untuk penilaian jawaban misalnya untuk jawaban positif diberi skor 1 sedangkan jawaban negative deberi skor 0 dengan demikian bila jawaban dari pertanyaan adalah benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 bila skor dikoversikan dalam persentase maka secara logika dapat dijabarkan untuk jawaban benar skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan salah diberi skor 0 = 0 x 0% = 0%. Contoh: Dibawah ini yang tidak termasuk bahaya dari melakukan seks sebelum menikah adalah…. A. Mengakibatkan kehamilan B. Penyebaran penyakit C. Menciptakan kenangan buruk D. Mencerahkan masa depan remaja Jawab: Salah, berarti skornya adalah 0. b. Variabel Dependen - Pilihan jawaban Benar atau Salah. - Untuk penilaian jawaban misalnya untuk jawaban positif diberi skor 1 sedangkan jawaban negative deberi skor 0 dengan demikian bila jawaban dari pertanyaan adalah benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 bila skor dikoversikan dalam persentase maka secara logika dapat dijabarkan untuk jawaban benar skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan salah diberi skor 0 = 0 x 0% = 0%. Contoh: Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Jawab: Benar, berarti skornya adalah 1.