Anda di halaman 1dari 8

30-01-2017 1/8 Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.pusdatin.kemkes.go.id

HIPERTENSI. THE SILENT KILLER


Tanggal Publikasi : SELASA, 12 MEI 2015 00:00:00, Dibaca : 9.403 Kali

(
1
1
J
u
t
a
R
u
m
a
h
T
a
n
g
g
a
p
e
n
g
i
dap Hipertensi di Indonesia)

Hari ini diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia. Hari yang special tentunya bagi para pengidap Hipertensi. Sebagai Hari Perenungan atau justru sebagai hari
kebangkitan untuk tetap mengendalikan dan bahkan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh si mahluk bernama Hipertensi ini. Mahluk hipertensi yang saat ini tumbuh
subur akibat pola hidup masyarakat yang cenderung tidak sehat.

1
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/8 30-01-2017

Hipertensi merupakan salah satu factor penting sebagai pemicu Penyakit Tidak Menular (Non Communicable Disease = NCD) seperti Penyakit Jantung, Stroke dan lain-
lain yang saat ini menjadi momok penyebab kematian nomer wahid di dunia.

Hasil penelitian sporadis di 15 Kabupaten/ Kota di Indonesia, yang dilakukan oleh Felly PS, dkk (2011-2012) dari Badan Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena
17,7% kematian disebabkan oleh Stroke dan 10,0% kematian disebabkan oleh Ischaemic Heart Disease. Dua penyakit penyebab kematian teratas ini, soulmate factor nya
adalah Hipertensi.

Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 2 - Printed @ 30-01-2017 12:01
30-01-2017 3/8 Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Fenomena menarik adalah tempat kematian yang penyebabnya 2 penyakit diatas. Kematian yang disebabkan Stroke dan IHD lebih banyak di rumah dibandingkan di RS.
Sejumlah 19,3 % (n= 24.745) kematian akibat Stroke terjadi Di Rumah dan 12% (n=24.745) kematian akibat IHD juga terjadi di Rumah.

3
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 4/8 30-01-2017

Mencermati fenomena yang ada di atas, dimana Trend penyakit dan penyebab kematian adalah Stroke dan IHD, dan lokasi kejadiannya banyak di Rumah serta secara
theoretical framework Hipertensi merupakan Pemicu yang paling dekat, maka tidaklah berlebihan jika hipertensi dijuluki sebagai The Silent Killer.

Lantas Bagaimana Situasi Hipertensi di Indonesia? Adakah dalam rumah tangga penderita Hipertensi lebih dari 1 orang?

Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 4 - Printed @ 30-01-2017 12:01
30-01-2017 5/8 Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007/2008 dengan unitaAnalisis Rumah Tangga, menunjukkan gambaran bahwa HANYA 82,5% Rumah Tangga yang BEBAS
Hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114 Rumah Tangga dengan 4 ART, maka terdapat 52.000.689 RT yang BEBAS Hipertensi dan masih
terdapat 11.030.425 RT yang dibayang-bayangi penyakit Hipertensi anggota keluarganya. Bahkan diantaranya terdapat 2 orang ART yang mengidap penyakit Hipertensi
dalam RT nya.

Bisa dibayangkan bila ke 2 orang ART dalam Rumah Tangga itu secara bersamaan terserang Jantung atau Stroke akibat Hipertensi, betapa bingungnya ART yang lainnya.

5
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 6/8 30-01-2017

Apabila dibandingkan dengan kondisi hasil Riskesdas 2013 (unit analisisnya Individu) maka terlihat suatu kondisi yang cukup menggembirakan yaitu terjadinya penurunan
prevalensi Hipertensi dari 31,7% menjadi 25,8% secara nasional.

Penurunan yang cukup tajam terlihat di Provinsi Riau. Namun terdapat Provinsi yang dalam keadaan Stagnant cenderung tidak berubah, yaitu: Provinsi Sumatera Utara,
Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Jawa Barat.

Namun yang perlu mendapat pencermatan dan perhatian lebih dalam adalah adanya KETIDAK SADARAN MASYARAKAT jika dirinya ternyata berkondisi Hipertensi.
Hal ini bisa dilihat dari proporsi hipertensi menurut Diagnose Nakes atau minum obat

dibandingkan dengan proporsi hipertensi setelah dilakukan pengukuran secara langsung dengan tensimeter.

Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 6 - Printed @ 30-01-2017 12:01
30-01-2017 7/8 Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sebagai contoh adalah Provinsi Bangka Belitung, dimana menurut wawancara 10% menyatakan PERNAH DIDIAGNOSE OLEH NAKES atau SEDANG MINUM OBAT
(D/O), akan tetapi hasil PENGUKURAN LANGSUNG TEKANAN DARAH (Ukur) dengan Tensimeter menunjukkan

30,9% masyarakatnya Hipertensi. Terdapat 20,9% masyarakat Provinsi Bangka Belitung yg Kurang menyadari bahwa dirinya sewaktu-waktu bisa terjadi Stroke atau
Gagal Jantung akibat Hipertensinya. Demikian pula dengan Provinsi Jawa Tengah, terdapat sekitar (26,4 9,5 = 16,9%) masyarakatnya yang Kurang sadar / tidak tahu
bahwa dirinya dalam kondisi Hipertensi. Seperti juga di Provinsi Gorontalo, terdapat sekitar (29 11,3 = 17,7%) masyarakatnya yang tidak tahu dirinya Hipertensi dst.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka jika di awal kita merasa senang dengan adanya penurunan proporsi Hipertensi dari tahun 2007 ke 2013, namun disisi lain merasa
sedih dan khawatir dengan masih sangat banyaknya masyarakat yang KURANG MENYADARI jika dirinya mengidap Hipertensi, yang setiap saat bisa mengancam
jiwanya karena terjadi Stroke atau Jantung.

7
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 8/8 30-01-2017

Lantas Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi ini?

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
membatasi asupan garam tidak lebih dari - sendok teh (6 gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga
juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.

Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter keluarga anda.

Adapun Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan
rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia.

Akhirnya dengan mencermati situasi di atas termasuk faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan
modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

SEMOGA BERMANFAAT!!!

Salam,Belajar Tanpa Batas

Dr. drh, Didik Budijanto, M.Kes

Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 8 - Printed @ 30-01-2017 12:01

Anda mungkin juga menyukai