BAB I
PENDAHULUAN
peningkatan
ketrampilan,
dan
perubahan
perilaku.
perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah, dimana
semakin tinggi perilaku caring perawat, maka semakin rendah tingkat kecemasan
anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Malini (2009) yang meneliti hubungan
kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat di RS. DR. M. Djamil Padang
menunjukkan bahwa perilaku caring yang ditampilkan oleh responden masih
buruk, hal ini dimungkinkan karena beberapa faktor, misal beban kerja yang tidak
seimbang. Rasio antara perawat dan pasien di RS Dr.M.Djamil belum mencapai
rasio ideal, ditambah lagi dengan beban kerja yanbanyak (terutama untuk
pekerjaan yang bersifat non fungsional).
RSUD Dr. Slamet adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.
Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
Rumah Sakit ini Termasuk Besar karena memiliki Tempat ini tersedia 529 tempat
tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Barat yang tersedia
rata-rata 68 tempat tidur inap. Jumlah Dokter ada 45 dokter, yakni Dokter umum
19, Dokter Spesialis 24, Dokter Umum Gigi 1, Dokter Bedah 1. Dan Jumlah
Perawat ada 452 orang. Perlayanan Inap Termasuk Kelas Tinggi yaitu 59 dari 529
tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP keatas.
Jumlah Kunjungan pasien untuk Rawat Inap 38.445 pasien/tahun, Rawat
jalan 189.460 pasien/tahun dan Kunjungan ke IGD sebanyak 33.256
pasien/tahun.Untuk Jumlah BOR sepanjang 2016 79% (Sumber Sub Bidang
Rekam Medis RSUD dr. Slamet).
Slemet Garut.
b. Untuk mengetahui kecemasan anak usia prasekolah yang di rawat di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
interpersonal.
2) Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
pengetahuan
mengenai
perilaku
manusia
yang
berguna
dalam
dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal
dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar.
Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari
dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata
berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam melayani
dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pembentukan
sistem
nilai
humanistik
dan
altruistic.
Perawat
Sikap dan perilaku ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Perilaku caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam
aspek fisik, psikologis dan sosial .
b.
Perawat
Menurut Undang-Undang RI No 23 Tahun 1992 (Ali 2001), perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan perawatan. Perawat profesional adalah perawat yang
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperaw atan
secara mandiri dan berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain sesuai deng
an kewenangannya (Depkes RI, 2002). Potter dan perry men ggambarkan
peran dan fungsi perawat, sebagai berikut:
1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan
2) Membantu mempertahankan lingkungan yang aman dan menganbil
kecelakaan,
atau
kejadian
yang
menimbulkan
ketidakberdayaan
(pendidik)
5) Menjalin komunikasi yang baik dengan klien dan keluarga antara sesama
masalah-masalah
fisik,
psikologis,
sosiologis,
budaya,
dan
2. Kecemasa
bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Sikap protes tersebut akan
berlangsung dari hitungan jam sampai dengan hitungan hari. Sikap
protes seperti menangis akan berlanjut dan akhirnya akan berhenti
karena keletihan fisik. pendekatan orang yang tidak dikenal akan
mempercepat peningkatan sikap protes.
2)
Fase putus asa (Despair Phase) Perilaku yang dapat di amati pada
fase ini, yaitu anak tidak aktif, menarik diri dari orang lain, tertekan
dan sedih, tidak tertarik pada lingkungan sekitar, pendiam, menolak
untuk makan dan minum, menolak untuk bergerak.
3)
b.
Kehilangan control
Perawatan di rumah sakit mengharuskan anak u ntuk membatasi
Kecemasan terhadap luka pada tubuh dan rasa sakit atau nyeri
biasanya terjadi pada anak-anak. Konsep tentang citra tubuh ( body image),
khusus mengenai perlindungan tubuh (body boundaries) sedikit sekali
berkembang pada anak usia prasekolah. Menurut Nursalam,dkk (2005),
apabila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut, atau suhu pada anus akan
membuat anak menjadi sangat cemas. Respon anak terhadap tindakan yang
tidak menyakitkan sama seperti respon terhadap tindakan yang sangat
menyakitkan. Anak akan berespon terhadap nyeri dengan menyeringaikan
wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata
dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif, seperti menggigit,
menendang, memukul,atau berlari keluar.
Menurut Hawari (2001), keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh orang yang mengalami kecemasan, antara lain:
a. Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, contohnya rasa sakit pada otot dan tulang,
Antisipasi
Respon maladaptive
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.1
Skema Rentang Respon k cemasan (Stuart & Laraia, 2001)
Menurut Hawari (2001) me ngetahuisejauh mana tingkat kecemasan
pada anak digunakan alat ukur (instrumen) yang di kenal dengan nama
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejalagejala yang lebih spesifik, yang terdiri dari: 1) perasaan cemas, 2)
ketegangan, 3) ketakutan, 4) gangguan tidur, 5) gangguan kecerdasan 6) per
pandangan
subjektifnya
sendiri.
Menurut
2) Tipe
ekstrovert
Sikap
ekstrovert
mengarahkan
pribadi
Anak tunggal merupakan tumpuan harapan orang tua. Orang tua akan
sangat khawatir dan sangat takut kehilangannya, oleh karena itu
orang tua akan berusah melindungi, memenuhi segala keinginannya,
dan membiarkan apa yang anak lakukan, akan tetapi melarang anak
melakukan sesuatu yang berat dan mengkawatirkan. Hal ini akan
membuat anak tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas,
kecuali orang tuanya sendiri. Oleh karena itu, kemampuan intelektual
anak tungggal akan cepat berkembang dan mengembangkan harga
diri yang positif, karena secara terus menerus bergaul dengan orang
dewasa. Anak akan lebih tergantung dan kurang mandiri, kebiasan
anak yang selalu diperhatikan oleh orang tua akan menyebabkan
kecemasan ketika dirawat di rumah sakit,anak cenderung tidak mau
ditinggal dan tidak mau dipegang oleh orang yang tidak dikenalnya.
2) Anak pertama
3) Anak tengah
Anak adalah individu yang masih tergantung pada orang dewasa, dan
lingkungannya, dimana dapat memfasilitasi dalam m mnuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2004). Anak merupakan
individu yang berada dalam satu rentang perkembangan yang dimulai dari
bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Masa prasekolah yaitu antara usia 3
sampai 6 tahun dimana pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami
kenaikan rata-rata per tahun nya adalah 2 kilogram dan tinggi badannya
bertambah rata-rata 6,75 sampai 7,5 centimeter setiap tahunnya (Supartini,
2004).
Masa anak prasekolah mengalami proses perubahan dalam pola
makan, dimana anak pada umumnya men galami kesulitan untuk makan.
Proses eliminasi pada anak sudah menunjukan proses kemandirian dan masa
ini merupakan masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukan
perkembangan dan anak sudah mulai mempersiapkan diri untuk masuk
sekolah (Hidayat, 2005). Menurut Piaget dalam Supa tini (2004),
perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah berada pada tahap pra
operasional. Pada tahap ini, karakteristik perkembangan intelektual didasari
oleh sikap egosentris, yaitu sifat keakuan yang kuat, sehingga segala sesuatu
yang di sukainya dianggap sebagai miliknya (Nursalam,dkk , 2005). Dalam
penelitian piaget, anak selalu menunjukan egosentrisnya ketika memilih
sesuatu yang ukurannya besar walaupun isinya sedikit (Hidayat, 2005).
Anak usia prasekolah mempunyai kosakata yang terus meningkat
secara cepat, diman anak sudah memiliki lebih dari 2000 kata yang dapat
mereka gunakan untuk menentukan benda yang dikenal, mengidentifikasi
warna, mengekspresikan keinginan, dan frustasi mereka (Potter & Perry,
2006). Dalam upaya mempermudah melakukan tindakan medis, petugas
medis dapat menggunakan tekhnik role playing dari pada menjelaskan kepada
anak secara verbal dalam perincian, misalnya ketika anak harus disuntik,
untuk memperagakan prosedurnya dengan boneka sehingga anak bersedia
untuk di suntik (Kaplan & Sadock, 1997).
Perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah menurut
Erikson berada pada tahap inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak
berkembang rasa i ngin tahu dan daya imajinasinya, sehingga anak bertanya
tentang segala se suatu disekelilingnya yang tidak diketahui (Nursalam,dkk,
2005). Anak akan memulai inisiatifnya untuk belajar mencari pengalaman
baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya, dan apabila dilarang atau
dicegah, maka akan timbul perasaan b ersalah pada diri anak tersebut.
Perasaan di rumah sakit juga dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman,
sehingga anak akan merasa bersalah (Supartini, 2004).
Menurut teori Sigmunt Freud dalam Nursalam,dkk (2005), anak usia
prasekolah berada pada fase falik, dimana anak s ud ah mulai men genal
4. Hospitalisasi
b.
c.
Support system (sistem pendukung yang ada, baik dari orang tua
maupun tenaga kesehatan)
d.
e.
Jenis penyakit
f.
Hospitalisasi
Kecemasan
1.Ringan
2.Sedang
3.Berat
4.Panik
Gambar 2.2 Kerangka Teori (Potter & Perry, 2006; Nursalam,dkk, 2005; Hawari,
variabel independen
Caring perawat
variabel dependen
Ho : Tidak ada hubungan antara caring perawat dengan kecemasan anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Melati RSUD Kebumen.
Ha : Ada hubungan antara caring perawat dengan kecemasan anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi di Ruang Melati RSUD Kebumen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga yang mendampingi klien (anak) usia prasekolah (umur 3-6 tahun)
di ruang Kalimaya Atas RSUD dr. Slamet Garut, dimana jumlah pasien
rawat inap untuk pasien anak usia prasekolah yaitu sebanyak 160 anak
dalam kurun waktu 1 tahun
2. Sampel
n = 20% x N
= 20% x 160 = 32
Keterangan : n : perkiraan jumlah sampel
N : perkiraan jumlah populasi
Jadi, perkiraan jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah
32 responden.
Karakteristik sampel:
1. Kriteria inklusi
a. Keluarga klien anak usia 3-6 tahun yang dirawat di ruang Melati
RSUD Kebumen
b. Dapatmembaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden ditandai dengan persetujuan inform
Variabel
independen
atau
variabel
bebas
adalah
variabel
yang
3.5 DEFINISIOPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional hubun ganantara caring perawat dengan kecemasan anak usia prasekolah akibat hosptalisasi di
ruang Kalimaya Atas RSUD dr.Slamet garut
Variabel
Caring perawat
Definisi
Komponen ukur
Hasil ukur
faktor carative yang bersumber pada perspektif dan nilai terendah adalah 1, untuk
pengetahuan ilmiah:
bernilai 3, selalu bernilai 4. Skor
Parameter: 1. memperlakukan manusia secara
total pada semua item pertanyaan dari
wajar 2. memiliki kepercayaan diri 3.
jawaban responden adalah 25-100.
sensitifitas, empati, simpati 4. hubungan saling
mempercayai, tulus, tidak pura-pura 5.
membangkitkan pasien untuk mengekspresikan
kehidupan sehari-hari.
adalah 0-28.
Instrumen
penelitian
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
Komponen
Nomor
Item
Jumlah
Butir
1.
1,23
2.
4,5
3.
7, 8, 9,
10, 11
12, 13
4.
5.
6.
14,15
7.
16, 17
8.
Kesiapan fisik
18, 19, 20
21, 22,
23, 24
25
9.
10.
Kekuatan spiritual
Total pertanyaan
25
Komponen
Dampak perpisahan
Kehilangan kontrol dan tingkat kooperatif
2.
Ketakutan terhadap perlukaan,
3.
4.
Total pertanyaan
2. Langkah pengumpulan data
Nomor Item
Jumlah
Butir
1, 2,3, 4
5, 6,7, 8, 9, 10,
11, 12
13,14
14
28
melakukan penelitian.
b. Peneliti meminta ijin kepada kepala ruang Melati.
c. Melakukan pendekatan dengan klien dan keluarga.
d. Memberikan inform consent sebagai persetujuan menjadi responden.
e. Memberikan penjelasan tatacara mengisi kuesioner kepada keluarga
klien
f.
{n x2 ( x )2
n xy( x )( y )
r xy =
2
2
}{n y ( y )
Keterangan :
Rxy = koefesian korelasi moment antara x dan y
n = jumlah responden
y = skor total
instrumen penelitian dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (0,4438) p ada
derajat signifikasi 5% (0,05), yang telah diujicobakan pada 20 responden.
Keterangan :
62
r hitung dap tdibandingkan dengan r tabel (0,4438). Jika r hitung lebih tinggi
dari r tabel maka reliabel.
3.8 TEKHNIK ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
a. Editing
Penetapan scor untuk variabel independen dan dependen, masingmasing diberikan scoring dengan kategori data dan jumlah item
pertanyaan dari tiap-tiap variabel
d. Entry Data
2. Analisa data
Keterangan: = Koefisien
korelasi tata jenjang
Rumus:
dari
penderitaan,
artinya
dalam
penelitian
ini
tidak
3.10
MEKANISME PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
DAFTAR PUSTAKA
ntent/64/5/656
Diakses
Rahmi. (2008). Pengaruh terapi musik anak terhadap tingkat kecemasan anak
prasekolah yang mendapat tindakan invasive di IRNA D anak RSUP
Dr M. Djamil Padang. http://repository.unand.ac.id/id/eprint/ 7415.
Diakses 24 April 2011
Suyanto. (2011). Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Wahyuningsih, A & Febriana, D. (2011). Kajian stres hospitalisasi terhadap
pemenuhan pola tidur anak usia prasekolah di ruang anak RS Baptis
Kediri.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index
.php/stikes/article/view/18429. Diakses tanggal 2 Juli 2013
Widianti, R.C. (2011). Pengaruh senam otak terhadap stres hospitalisasi pada anak
usia 1-4 tahun di RS Panti Rapih Yogyakarta
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/...
%20Widianti. Diakses tanggal 21 Mei 2011
T%20Christina%20Ririn