DISUSUN OLEH:
A. Latar Belakang
Anak merupakan tunas, potensi, serta generasi muda sebagai penerus bangsa yang
mempunyai peran strategis dan ciri atau sifat khusus yang menjamin kelangsungan
sebuah bangsa dan Negara (Djamil, 2013). Anak juga merupakan kekayaan yang paling
berharga yang menentukan masa depan suatu bangsa. Sehingga menjaga dan memelihara
kelangsungan hidup dapat menentukan masa depan bangsa dimasa mendatang (Fida dan
Maya, 2012). Data menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dan Badan Pusat Stastistik (2012) pada tahun 2011 penduduk Indonesia yang
berumur 0-17 tahun mencapai 82,6 juta atau sebesar 33,9 persen dari keseluruhan
penduduk. Apabila dilihat dari sudut pandang ketergantungan maka sepertiga dari
penduduk Indonesia masih membutuhkan perlindungan baik dari keluarga, masyarakat
ataupun negara. Wong, et al. (2009) menjelaskan bahwa anak bukanlah orang dewasa
kecil, namun merupakan individu yang khusus dengan pikiran, tubuh, dan kebutuhan
yang unik. Kebutuhan yang diharapkan bisa terlaksananya keberlangsungan hidup yang
optimal bagi anak-anak Indonesia diantaranya adalah diperhatikannya masalah kesehatan.
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di
dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan
Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta
kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau
sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu
diantaranya disebabkan pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018, peneumonia merupakan penyebab tertinggi kematian pada
bayi dibawah lima tahun maupun bayi baru lahir, menunjukkan; prevalensi nasional
pneumonia naik dari 1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% populasi balita di Indonesia
(Riskesdas 2018). Berdasarkan hasil Surkesenas pada tahun 2001, di Indonesia angka
kematian bayi sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian balita
sebesar 64 per 1000 kelahiran hidup.
Hal ini yang menyebabkan WHO merekomendasikan untuk melaksanakan
program MTBS yang diadaptasikan sesuai dengan permasalahan Kesehatan bayi dan
balita di Indonesia (Munthe, Mahmulsyah, & Kuntjoro, 2006). Manajemen Terpadu
Balita sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan keterpaduan dalam tata laksana balita sakit
yang dating berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan Kesehatan dasar yang meliputi
upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksitelinga,
malnutrisi dan upayapromotif dan preventif diantaranya imunisasi dan pemberian vitamin
A, serta konseling pemberian makan. Tujuan utama tata laksana ini untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Kemenkes RI, 2014).
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) diharapkan tenaga
Kesehatan dibekali cara untuk mengenali secara dini dan cepat semua gejala anak sakit
sehingga dapat ditentukan apakah anak sakit ringan berat dan perlu rujukan. Jika
penyakitnya tidak parah petugas dapat memberikan pengobatan/tindakan sesuai pedoman
MTBS dan diuraikan juga tentang konseling dan tindak lanjut.
Dalam penatalaksanaan balita dengan pneumonia dengan berbasis MTBS, Ibu
memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang baik dan benar. Pengetahuan merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu
kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk
mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan
personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari
fasilitas Kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan
(Perry dan Potter, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman, dan kebudayaan lingkungan seseorang
(Notoatmodjo, 2014).
Sebagai bagian dari tenaga profesional perawatan kesehatan, perawat mempunyai
peran yang cukup penting dalam membantu memberikan bimbingan dan pengarahan pada
orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan anak yang kemungkinan mengalami
masalah seperti pneumonia pada usia anak dapat dibimbing secara baik. Salah satu
ruangan anak di RS St. Elisabeth Semarang, khususnya Ruang Theresia kamar 102,
terdapat kasus anak yang mengalami pneumonia dan banyak dari orangtua anak yang
kurang mengetahui tentang apa itu pneumonia seperti apa gejalanya dan cara
penanganannya dan lain lain. Berdasarkan fenomena tersebut penulis hendak melakukan
pendidikan Kesehatan bagi orang tua anak di Ruang Theresia kamar 102 Semarang.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan orang tua pasien di
Ruang Theresia kamar 102 RS. St Elisabeth Semarang mampu memahami dan mengerti
mengenai penatalaksanaan pneumonia berbasis MTBS yang tepat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan pneumonia berbasis
MTBS diharapkan keluarga mampu :
a. Memahami pengertian dari Pneumonia
b. Memahami tanda gejala dari Pneumonia
c. Memahami pengertian dari MTBS
d. Memahami tatalaksana MTBS untuk Pneumonia
e. Memahami tindakan dan pengobatan Pneumonia berdasarkan MTBS
f. Memahami hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan
C. Manfaat
Keluarga dapat mengetahui penatalaksanaan pneumonia berbasis MTBS
D. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. Setting Tempat
Keterangan gambar :
= Penyaji
nut
= Notulen
NG
alui
mel
isi
nutr
NG
alui
mel
isi
nutr
= Observer
= Fasilitator
I. Pengorganisasian
1. Penyaji : Maria Marlina Tei
2. Observerd : Merryca, Nyta
3. Notulensi : Betty, Putri
4. Fasilitator : Wika, Yuni, Tica
5. Tahap Pelaksanaan
Tahap/
Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiance
Waktu
Salam 1. Salam pembukaan 1. Menjawab salam
pembuka 2. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarkan
5 menit tujuan pendidikan kesehatan penjelasan
3. Apersepsi 3. Menyampaikan
persepsi materi
pedidikan
kesehatan
Inti 1. Menjelaskan definisi 1. Mendengarkan dan
20 menit Pneumonia memperhatikan
2. Menjelaskan tanda gejala penjelasan
Pneumonia 2. Bertanya
3. Menjelaskan definisi dari MT
BS
4. Menjelaskan tatalaksana MTBS
untuk Pneumonia
5. Menjelaskan tindakan dan
pengobatan Pneumonia
berdasarkan MTBS
6. Menjelaskan hal yang perlu
diperhatikan dalam pengobatan
Salam 1. Mengevaluasi dengan 1. Menjawab
penutup memberikan pertanyaan secara pertanyaan
5 menit lisan 2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi kesimpulan materi
3. Mengucapkan terima kasih 3. Menjawab salam
4. Salam penutup
6. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dangan Orang tua anak 1 hari sebelum hari H
b. Materi penkes disediakan dengan baik dalam bentuk media (leaflet & flipchart)
2. Evaluasi proses
a. Alat dan media dapat dipahami serta digunakan dengan baik
b. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
c. Orang tua anak berpartisipasi aktif dalam diskusi.
3. Evaluasi hasil
a. Orang tua anak mampu menjelaskan pengertian Pneumonia
b. Orang tua anak mampu menyebutkan 4 dari 8 tanda gejala Pneumonia
c. Orang tua anak mampu menjelaskan pengertian MTBS
d. Orang tua anak mampu menjelaskan tatalaksana MTBS untuk Pneumonia
e. Orang tua anak mampu menjelaskan tindakan dan pengobatan Pneumonia
berdasarkan MTBS
f. Orang tua anak mampu menyebutkan 3 dari 6 hal yang perlu diperhatikan selama
pengobatan Pneumonia
Daftar evaluasi/pertanyaan :
1) Apa yang dimaksud dengan Pneumonia?
2) Sebutkan tanda gejala Pneumonia?
3) Apa yang dimaksud dengan MTBS?
4) Jelaskan tatalaksana MTBS untuk Pneumonia?
5) Bagaimana tindakan dan pengobatan Pneumonia berdasarkan MTBS?
6) Apa hal yang perlu diperhatikan selama pengobatan?
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia pada balita adalah penyakit yang menyerang jaringan paru dan
ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas yang biasa disebut sebagai napas cepat atau
sesak napas, diakibatkan oleh bakteri, virus, atau parasit pada anak usia 0-< 5 tahun
(Depkes RI, 2001).
Batas frekuensi napas cepat pada anak usia 2 bulan- <1 tahun adalah 50x/menit
dan untuk anak usia 1 tahun - <5 tahun adalah 40x/menit (Depkes RI, 2005).
Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler-kapiler pembuluh
darah di dalam alveoli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan mengisi
alveoli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan
kesukaran bernafas (Depkes RI, 2007).
C. Pencegahan Pneumonia
a. Menghindarkan bayi/balita dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi/balita dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek.
e. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas, dan adanya tarikan pada otot di
antara rusuk (retraksi) periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan
perbaikan dan segera ke Rumah Sakit jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib untuk memberikan kekebalan terhadap Haemphilus Influenza
(Misnadiarly, 2008).
D. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau dalam bahasa inggris yaitu
Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui
pendekatan teintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan
kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi,
maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Depkes RI,
2008).
Pengertian lain Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas kesehatan
dasar meliputi upaya kuratif (pengobatan) terdapat penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria dan malnutrisi dan upaya promotif serta preventif yang meliputi: imunisasi,
pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi dan balita dan menekan mordibilitas karena penyakit tersebut
(Depkes RI, 2006).
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan cara
menatalaksana balita sakit. World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan di negara-negara berkembang dalam upaya
menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita (Prasetyawati,
2012).
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta meningkatkan
pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
sistem rujukan dari 25 masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan (Modul MTBS 1, 2008).
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok
sasaran, yaitu:
a. kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (usia < 2 bulan)
b. kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun
E. Tatalaksana MTBS
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala sakit yang
muncul pada anak usia 2 bulan-5 tahun dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik (Depkes RI, 2006). Proses anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dimulai
dari:
1. Menanyakan umur anak
2. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah kesehatan yang dihadapi anaknya
3. Memeriksa tanda bahaya umum.
Tanda bahaya umum pada anak sakit meliputi (Depkes RI, 2006).
a) Anak tidak bisa minum atau menetek
Anak menunjukan tanda “tidak bisa minum atau menetek” jika anak terlalu
lemah untuk minum atau tidak bisa menghisap atau menelan apabila diberi
minuman atau diteteki.
b) Anak selalu memutahkan semuanya
Anak yang sama sekali tidak bisa menelan apapun, mempunyai tanda
“memutahkan semuanya”. Apa saja yang masuk (makan atau cairan) akan
dikeluarkan lagi. Apabila anak masih dapat menelan sedikit cairan, tidak
menunjukan tanda bahaya umum.
c) Anak kejang
Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya
berkontraksi.
d) Anak letargis atau tidak sadar
Anak yang letargis atau tidak sadar sulit dibangunkan seperti biasanya, ia
kelihatan mengantuk atau menatap hampa (pandangan kosong) dan terlihat ia
tidak memperlihatkan keadaan sekitarnya.
Setelah melakukan penilaian tanda dan gejala yang muncul maka dilanjutkan dengan
membuat klasifikasi.“Membuat Klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya (Depkes RI, 2006).
Penilaian dan klasifikasi untuk anak dengan keluhan utama batuk dan sukar
bernafas adalah kemungkinan anak menderita pneumonia ataupun infeksi saluran
pernafasan yang berat lainnya.
b. Nafas cepat
Terjadinya nafas cepat pada anak yang diketahui dengan menghitung frekuensi nafas
dalam 1 menit.Batas nafas cepat tergantung pada umur anak. Batas frekuensi nafas
cepat pada usia anak 2 bulan -<1 tahun adalah ≥ 50x/menit, dan untuk anak usia 1-<5
tahun adalah ≥40x/menit
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayati, Nurul. Wahyono, Bambang. 2011. Pelayanan Puskesmas Berbasis MTBS dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (1) 35-40
2. Maya, Sri dkk. 2019. Penemuan Kasus Pneumonia secara Pasif dengan Pendekatan MTBS
pada Balita di Puskesmas. Journal of Community Medicine and Public Health Volume 35 (6)
199-209
3. Puskesmas Halmahera. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Halamahera Tahun 2014.
Semarang:Riangulasi dan Keabsahan Data Dalam Penelitian.
4. Prasetyawati.2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Palfrey, J.S. and Brei, T.J. 2011. Children’s Health Care Providers, and Health Caren
Quality Penerapan. Jakarta:EGCPediatrics, 11: S95-S96
6. Rohayati dkk. 2015. Analisis Faktor Pelaksanaan MTBS di Puskesmas. Jurnal Keperawatan.
Volume XI (1) 112-117
7. Soenarto.S.S. 2011. Vaksin Rotavirus Untuk Pencegahan Pneumonia. Buletin jendela data
dan informasi kementerian Kemenkes RI,II 2011, pp-33-38.
8. Subandi, Ahmad. Ariani, Ida. 2020. Pendidikan Kesehatan Tentang Pneumonia Berbasis
MTBS Terhadap Pengetahuan Ibu di Puskesmas Wilayah Cilacap Selatan 1. Trends of
Nursing Science.