Anda di halaman 1dari 44

Patient Safety pada

Asuhan Kehamilan

Valliana Ruwanty Maries, S.Tr. Keb., M.Keb
Pengertian

Menurut Depkes RI 2006 Patient safety atau keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan klien
di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah
sakit
 Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat
 Menurunkan KTD
 Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
Langkah-langkah

 Pelaksanaan patient safety meliputi:
 Sembilan solusi keselamatan pasien di RS (who Collaborating Center for
Patient Safety, 2 Mei 2007) yaitu:
 Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan miring
 Pastikan identifikasi pasien
 Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuhbyang benar
 Kendalikan cairan elektrolit pekat
 Pastikan akurasi pemberian obat pada penglihatan pelayanan
 Hindari salah kateter dan salah sambung slang

Gunakan alat injeksi sekali pakai
 Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nasokomial

2) Tujuh Standar Keselamatan Pasien
(Mengacu pada Hospital Patient Safety
Standards yang di keluarkan oleh Join
Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, 2002) yaitu:
a. Hak Pasien

Standarnya adalah Pasien dan keluarganya
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
 Kriterianya adalah
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepadapasien dan keluarga
tentang rencana dab hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemuningkan terjadinya
KTD
b. Mendidik Keluarga
Pasien

Standarnya adalah Rumah sakit harus mendidik pasien
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Kriterianya adalah Keselamatan dalam
memberikan pelayanan dapat di tingkatkan dengan
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan, karena itu di rumah sakit harus ada sistem
dan mekanisme mendidik pasien dan keluarga pasien
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :

 Memberikan informasi yang jelas, lengkap dan jujur
 Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
 Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
 Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah
sakit
 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
 Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
c. Keselamatan pasien dan
kesinambungan pelayanan

 Standarnya adalah Rumah sakit menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya
adalah
 Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
 Koordinasi pelayanan disesuaikan kebituhan pasien dan
kelayakan sumber daya
 Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan
komunikasi
 Komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan

d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien. Standarnya adalah Rumah sakit
mendisign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta KTD. Kriterianya adalah

 Setiap rumah sakit melakukan rancangan (design)
yang baik sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan
data kinerja
 Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data
semua data dan informasi hasil analisis
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien.


 Standarnya adalah
 Pimpinan dorong dan jamin implementasi program keselamatan pasien
melalui “7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien di Rumah Sakit”
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif dan indentifikasi
risiko keselamatan pasien dan mengurangi KTD
 Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien
 Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
tingkatkan keselamatan pasien
 Pemimpin mengukur dan mengkaji efektifitas konstribusi dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

 Kriterianya adalah
 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien
 Terdapat tim program proaktifuntuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insden
 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegritas dan berpartisipasi
 Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhankepada pasien yang terkena musibah,

membatasi risiko pada orang lain dan penyimpanan informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis

 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden
 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelolaan pelayanan
 Tersedia sumber daya dan sisitem informasi yang
dibutuhkan
 Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan
pasien

 Standarnya adalah
 Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan
dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dnegan keselamatan pasien secara
jelas
 Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kopetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien

Kriterianya adalah
 Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
 Mengintegrasi topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden

Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan komunikasi
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien


 Standarnya adalah
 Rumah sakit merencanakan dan mendesign proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal
 Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
 Kriterianya adalah
 Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi menejemen informasi yang ada
Pencegahan Infeksi dalam
Asuhan Kehamilan


Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan
lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilaksakan secara rutin pada saat menolong persalinan
dan kelahiran bayi,saat memberikan asuhan dasar selama
kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir
atau saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan
resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya
Prinsip Pencegahan Infeksi


 Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut:
 Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan)
harus dianggap dapat menularkan penyakit karena
infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
 Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-
benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit
tak utuh/selaput mukosa atau darah, harus diangap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus
dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.

 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan
atau benda lainnya telah diproses dengan benar,
maka semua itu harus dianggap masih
terkontaminasi.
 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total,
tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan
menerapkan tindakan- tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi


Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang
membantu mencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir,
dan para penolong persalinan) sehingga dapat
memutus rantai penyebar infeksi, penatalaksanaan
pencegahan infeksi antara lain sebagai berikut :

1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari
pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci tangan harus
dilakukan :
 Segera setelah tiba ditempat kerja
 Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu
atau bayi baru lahir
 Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
 Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril

 Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi
melalui lubang atau robekan sarung tangan)
 Setelah menyentuh benda yang mungkin
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya
atau setelah menyentuh selaput mukosa (misalnya
hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu
sedang menggunakan sarung tangan
 Setelah kekamar mandi
 Sebelum pulang kerja

Prosedur cuci tangan :
 Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
 Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
 Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun
biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 15
sampai 30 detik
 (pastikan menggosok sela – sela jari). Tangan yang
terlihat kotor harus dicuci lebih lama.

Bila tidak tersedia air mengalir :
 Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat
mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
 Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
 Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
 Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan
dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alcohol dengan 2 mL
gliserin. Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok kedua tangan
hingga kering, ulangi tiga kali).
 Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk
basah/ lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme
berkembang biak.

 Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
 Biarkan tangan kering dengan cara diangin – anginkan atau
keringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
 Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan),
gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun
dalam wadah yang berlubang-lubang untuk mencegah air
menggenangi sabun tersebut.
 Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalam
wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan
antiseptik. Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan
berkembang biak dalam larutan tersebut.
Distribusi Tindakan yang Memerlukan Sarung
Tangan

Prosedur/Tindakan
Sarung
Tangan
 Sarung
Tangan
Sarug Tangan
Steril
DTT

Memeriksa tekanan darah Tidak Tidak Tidak


atau suhu, menyuntik.

Mengambil contoh Ya Ya Tidak


darah/pemasangan IV
Memegang dan Ya Ya Tidak
membersihkan peralatan
yang terkontaminasi

Memegang sampah yang Ya Tidak Tidak


terkontaminasi
Membersihkan cairan darah Ya Tidak Tidak
atau cairan tubuh
Etika dan Kewenangan Bidan dalam Asuhan Kehamilan


Definisi Etika
 Etika dalah ilmu yang mempelajari baik buruknya
suatu tingkah laku. Etika adalah pengetahuan
mengenai moralitas, menilai baik buruknya
perbuatan ditinjau dari segi moral. Legal/Hukum
adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat agar
msyarakat bisa teratur.

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu
utama diberbagai tempat. Hal tersebut membutuhkan
bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarga.
Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling, prakonsepsi,
skreming antenatal, layanan intrapartum, perawatan
intensive pada neonatal dan pengakhiran kehamilan.

 Fungsi Etika dan Moralitas
 Memenuhi hak-hak pasien
 Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan
dan klien
 Melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan
merugikan/membahayakan orang lain
 Mejaga privasi setiap individu
 Dalam melaksanakan pelayanannya bidan memang wajib
melakukan pengakuan menjaga privasi pasien yang
berdasarkan perturan yang di tetapkan dalam standar.

 Bersikap adil dan bijaksana. Bidan di tutut bukan
hanya pemberi pelayanan kesehatan melainkan
memberikan asuhan dan pendidikan, contonya
seperti konseling baik itu pada orang dewasa mau
pun anak-anak untuk meberikan pendidikan yang
sesuai etika.

 Sebagai acuan dalam berperilaku sesuai norma
 Memberikan informasi yang benar
 Melakukan tindakan yang benar
 Menjadi acuan dalam pemasalahan masalah etik.
 Berperilaku sesuai dengan etika dan kode etik
profesi
 Mengatur tatacara pergaulan baik di dalam tata
tertib masyarakat maupun tata cara di dalam
organisasi profesi.

 Hak Reproduksi :
 Hak informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
 Hak pelayanan dan perlindungan kesehatan
reproduksi
 Hak kebebasan berfikir tentang kesehatan reproduksi
 Hak menentukan jumlah anak dan jarak kehamilan
 Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian
karena kehamilan dan proses melahirkan)
 Hak kebebasan dan keamana berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
 Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan
buruk termasuk perlindungan dari pemerkosaan,


kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual
 Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi
 Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan
reproduksinya
 Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi
dalam politik yang berkaitan dengan system
reproduksi
 Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan
reproduksi
Memperhatikan hak-hak tersebut diatas, maka bidan
juga dituntut memberikan informasi dengan jelas,

konseling dan pendidikan kesehatan. Bidan dalam
memberikan pelayanan harus memperhatikan
keselamatan pasien (Patient safety), pelayanan prima
(Sevice Excelent) dan hak-hak klien. Pelayanan
kebidanan harus memperhatikan Evidence Based
Medicine (EBM) yaitu keterpaduan antara bukti ilmiah
yang berasal dari studi yang dipercaya (Best research
evidence) dan keahlian klinik (Clinical Expertise) serta
nilai-nilai yang ada pada masyarakat untuk
menemukan, menelaah, mereview dan memanfaatkan
hasil-hasil studi yang digunakan sebagai pengambil
keputusan
 Kewajiban Klien :
 Klien dan keluarganya wajib mentaati peraturan dan


tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan
 Klien berkewajiban untuk memenuhi segala
instruksi dokter, bidan dan perawat yang
merawatnya
 Klien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk
melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah
sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter,
bidan dan perawat.

Klien dan atau penanggunggnya berkewajiban
memenuhi hal-hal yang disepakati/dibuatnya.
Kewenangan Bidan dalam Asuhan Kehamilan


 Permenkes No. 63 tahun 1989
 Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu
wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan
elaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan
dokter. Pelaksanaan dari permenkes ini, bidan
melaksanakan praktik perorangan dibawah
pengawasan dokter.
Pasal 8

 Bidan menjalankan praktik berwewenang untuk
memberikan pelayanan meliputi:
 Pelayanan kebidanan
 Pelayanan reproduksi perempuan dan
 Pelayanan kesehatan masyarakat
Contoh Kasus Patient Safety


Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember
Jawa Timur, seorang ibu muda mengalami luka robek
dibagian anusnya, sehingga tidak bisa buang air.
Diduga korban yang kini harus buang air besar melalui
organ kewanitaannya, disebabkan kelalaian bidan yang
masih magang dipuskesmas setempat menangani
persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini
ditangani Dinas Kesehatan Kota Jember.

 Kasus dugaan malpraktik ini dialami Ika Agustinawati, warga
Desa Semboro Kidul, Kecamatan Semboro, Jember. Ibu muda
berusia 22 tahun ini menjadi korban dugaan malpraktek, usai
menjalani proses persalina anak pertamanya, Irza Raditya
Akbar, yang kini berusia 1 bulan.
 Diduga karena kecerobohan yang masih magang saat
menolong persalinannya di Puskesmas Tanggo, Ika
mengalami luka robek

dibagian organ vital hingga kebagian anus. Akibatnya, selain
terus- terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan lalu korban
terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.

 Saat menjalani proses persalinan 4 Februari lalu, korban
dibantu oleh beberapa bidan magang, atas pengawasan
bidan Puskesmas. Namun, salah seorang bidan magang
diduga melakukan kesalahan saat menggunting dinding
kemaluan korban.
 Terkait kasus ini Puskesmas Tanggo saat ini belum
memberikan keterangan resmi. Namun Kepala Dinas
Kesehatan Kota Jember tengah menangani kasus ini.
 Jika terbukti terjadi malpraktek, Dinas Kesehatan berjanji
akan menjatuhkan sanksi terhadap petugas persalinan
tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku.

Pada kasus diatas seorang bidan yang menangani
pasien namun tidak mementingkan keselamatan pasien
atau patient safety. Berdasarkan teknisnya kasus
tersebut termasuk tipe dari medical error yaitu error of
pmission. Medical error dalam kasus tersebut
disebabkan oleh human error yaitu kelalaian bidan
dalam pengontrolan postpartum. Sedangkan menurut
proses terjadinya, kasus tersebut termasuk ke dalam
tipe preventive karena bidan seharusnya melakukan
pemantauan kepada ibu postpartum.
 Pada kasus tersebut bidan seharusnya mengetahui tentang keadaan
pasien. Selain itu, jika bidan salah menggunting organ korban


hingga kebagian anus, seharusnya bidan melakukan rujukan ke RS
karena bidan hanya berwenang melakukan penjahitan sampai
dengan derajat 2 sehingga bisa menghindari hal yang tidak
diinginkan seperti kasus diatas. Kemudian kesalahan bidan dalam
kasus tersebut adalah tidak mengontrol keadaan pasien setelah
melahirkan. Pengontrolan pasien setelah melahirkan dimulai 2 jam
setelah postpartum untuk mengetahui

kondisi ibu termasuk luka episiotominya sehingga bidan dapat
mengetahui lebih dini tentang gejala yang timbul.
 Pada kasus tersebut dapat dilihat sisi positifnya, bidan magang
ingin membantu persalinan ibu tersebut dengan begitu ia akan
mendapatkan pengalaman yang lebih banyak. Sedangkan sisi
negatifnya, bidan tersebut kurang hati-hati karena kelalaian dan
kecerobohannya sehingga terjadi kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai