Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja merupakan suatu unsur kesehatan yang berkaitan dengan


lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Sedangkan, keselamatan
kerja merupakan suatu sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yang dapat menimbulkan kerugian berupa luka atau cidera, cacat atau kematian,
kerugianharta benda, kerusakan peralatan atau mesin dan kerusakan lingkungan
secara luas. Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko
kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Disamping itu, keselamatan dan
kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. (Indragiri, 2018)

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012


tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
pada lampiran 1 pedoman penerapan SMK3 wajib melaksanakan perencanaan K3
yang didalamnya berisi identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko. Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk
Assessment) dan Pengendalian Risiko (Risk Control) atau yang disingkat
HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam sistem manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian
bahaya. Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga dengan manajemen
risiko (risk management), kemudian akan menghasilkan dokumen HIRARC yang
sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan data
International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja didunia
mengalami penyakit akibat kerja (PAK). Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal
setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). Lebih dari 160
juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta pekerja mengalami
kecelakaan tidak fatal per tahunnya. (Indragiri, 2018)

Kesehatan kerja dirumah sakit mempunyai resiko . Sumber bahaya yang


ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat
risiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja. Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Disamping
itu, keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan
kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Setiap tindakan yang dilakukan oleh
perawat mempunyai potensi bahaya berupa bahaya fisik, biologi, dan ergonomi.
Bahaya fisik didapatkan pada pekerjaan yang menggunakan alat yang tajam,
seperti memasang infus dan menjahit luka. untuk mengurangi atau menghilangkan
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. (Indragiri, 2018)

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat

Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan


pelayanan kesehatan. Kesehatan dan keselamatan perawat perlu mendapatkan
perhatian lebih dibandingkan komponen pelayanan kesehatan lainnya karena tiap
harinya mereka bertemu langsung dengan pasien dan bahaya-bahaya yang ada di
rumah sakit. Untuk mengetahui bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan perawat dilakukan suatu identifikasi. Identifikasi bahaya yang
didapatkan dari hasil studi literatur dan studi lapangan dengan wawancara,
dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu biological hazard, chemical hazard,
physical hazard, pshychological hazard dan environmental and mechanical/
biomechanical hazard. Potensi bahaya dirumah sakit , selain penyakit-penyakit
infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang memengaruhi situasi dan
kondisi di RS , yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainya), radiasi,
bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. . (Putri, 2017)

Semua potensi bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan


kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang
ada di lingkungan RS. Sebuah rumah sakit terpapar pada banyak bahaya di tempat
kerja yang dapat menimbulkan bahaya langsung bagi tenaga kerja rumah sakit
sehubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan ini dapat memiliki
konsekuensi yang luas untuk kualitas dan efisiensi perawatan rumah sakit.
Program K3 telah menjadi respon organisasi utama untuk mengidentifikasi
bahaya ini dan secara proaktif meminimalkan dampaknya terhadap tenaga kerja
rumah sakit. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling dominan, dan mereka
yang memiliki kontak paling lama dengan pasien, sehingga pekerjaan mereka
berpotensi sangat berbahaya. . (Putri, 2017)

Praktik perawat di lingkungan yang mengandung bahaya biologis, kimia,


fisik, dan psikologis. Faktor-faktor ini menempatkan perawat pada risiko
kelelahan kerja, stres, penyakit dan cedera terkait pekerjaan, pajanan patogen
melalui darah, pajanan penyakit menular, dan gangguan muskuloskeletal. Dengan
demikian, pemberi kerja keperawatan dan perawat individu bertanggung jawab
untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya ini di tempat kerja sedapat
mungkin. Implementasi K3 untuk perawat berfungsi untuk menciptakan layanan
kesehatan yang aman tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk perawat itu
sendiri. (Putri, 2017)

2.3 Resiko dan Hazard dalam Intervensi Keperawatan

Menurut Prayitno, dkk (2017) kesalahan saat merencanakan pengkajian.


Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam
memberikan proses perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan
mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin terganggu. Hal lainnya yang
dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan
maka perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya
penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya.
(Prayitno, 2017)

Adapun upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam


tahap Intervensi asuhan keperawatan di antaranya :

a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat


menyusun rencana keperawatan

b) Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian


bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja saat menyusun perencanaan keperawatan

c) Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun


rencana tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghilangkan bahaya, mengganti sumber risiko dengan sarana atau
peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah

d) Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak


berpedoman pada pedoman rencana asuhan keperawatan yang sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang ada e) Perawat juga diharapkan
untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian dari
rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi
keperawatan. (Ernawati, 2017)

Sumber :

Ernawati, N., & Nurlelawati, E. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Pelaksanaan Penerapan K3 Pada Tenaga Kesehatan di RSIA Permata
Sarana Husada Periode Februari 2015. Jurnal Akademi Keperawatan Husada
Karya Jaya, 3(1).
Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3
Menggunakan Hazard Identification Risk Assement and Risk Control
(HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9 (1)

Prayitno, dkk. (2017). Resiko dan Hazard dalam PengkajianI. Di akses


pada tanggal 24 Oktober 2018

Putri, T. E. R. (2017). Resiko da Hazard dalam Implementasi. Di akses


pada tanggal 2 November 2018

Anda mungkin juga menyukai