World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta
kehamilan diseluruh dunia. Dari jumlah ini 20 juta perempuan mengalami kesakitan sebagai
akibat kehamilan. Sekitar 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih dari
500.000 meninggal. Sebanyak 240.000 dari jumlah ini hampir 50% terjadi di negara-negara Asia
Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab kematian wanita usia subur,
diantaranya disebabkan oleh hyperemesis gravidarum sekitar 25-50%. Kematian saat melahirkan
menjadi penyebab utama mortalitas perempuan pada masa puncak produktifitasnya (Isnaini &
Refiani, 2018)
Mual muntah adalah gejala yang normal dalam kehamilan. Namun, apabila berlebihan
dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut
hiperemesis gravidarum (Rofi’ah, Widatiningsih, & Arfiana, 2019). Hiperemesis gravidarum
adalah mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang dapat mempengaruhi status kesehatan
ibu serta tumbuh kembang janin sehingga penanganan dan pengobatan perlu segera diberikan
(Irna Nisaulkhusna Kadir, Sitti Saleha, 2019). Hingga kini, penyebab pasti hiperemesis
gravidarum belum diketahui, meskipun peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) tampaknya berperan besar. Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, penyebab-
penyebab lain mual dan muntah pada kehamilan harus disingkirkan terlebih dahulu. Tata laksana
yang komprehensif meliputi perubahan pola makan, resusitasi cairan, dan tata laksana
farmakologis. Keberhasilan dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum tergantung pada
diagnosis yang tepat, deteksi komplikasi, penanganan kondisi penyerta seperti dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa, serta defisiensi nutrisi pada ibu hamil.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin
berkurang sehingga tumbuh kembang janin akan terganggu (Gunawan, Manengkei, & Dwiana
Ocviyanti, 2011). Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah
keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang perawatan kehamilan dan adanya pengaruh budaya
yang telah diwariskan leluhur secara turun-temurun (Lestaria, Bahar, & Munandar, 2016).
Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun,
gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga
menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat vital sampai menimbulkan kematian (Umboh et
al., 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, K., Manengkei, P. S. K., & Dwiana Ocviyanti. (2011). Diagnosis dan Tata Laksana
Hiperemesis Gravidarum. Journal Indonesian Medical Association.
Irna Nisaulkhusna Kadir, Sitti Saleha, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care
pada Ny “N” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat III di Rsud Syekh Yusuf Gowa
Tanggal 3 Juni-12 Juli 2019. 1(2), 110–128.
Isnaini, N., & Refiani, R. (2018). Gambaran pengetahuan ibu hamil trimester I tentang
hiperemesis gravidarum di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung tahun 2017. Jurnal
Kebidanan, 4(1), 11–14.
Lestaria, W., Bahar, H., & Munandar, S. (2016). Peran Bidan dan Dukun dalam Perawatan
Kehamilan Ibu Hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Abeli (Studi Kasus) Kota Kendari
2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah.
Nurfitri. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada
Ibu Hamil di Puskesmas Purbaratu Ota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan.
Rofi’ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana, A. (2019). STUDI FENOMENOLOGI KEJADIAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I. Jurnal Riset
Kesehatan. https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.3844
Setyawati, N., Wahyuningsih, M. S. H., & Nurdiati, D. S. (2014). Pemberian jahe instan terhadap
kejadian mual muntah dan asupan energi pada ibu hamil trimester pertama. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 10(4), 191. https://doi.org/10.22146/ijcn.18871
Umboh, H. S., Mamuaya, T., & Lumy, F. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Jurnal
Ilmiah Bidan.