Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi HIV/AIDS dengan TBC

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis Limfosit T

helper/inducer yang mengandung marker CD4 (sel T4) .Limfosit merupakan pusat

dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Kelainan selektif pada satu ,jenis sel

menyebabkan kelainan selektif pada satu jenis sel. Human Immunodeficiency

Virus mempunyai tropisme selektif terhadap sel T4, karena molekul CD4 yang

terdapat pada dindingnya adalah reseptor dengan affinitas yang tinggi untuk virus

ini. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk kedalam target

dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptase ia

merubah bentuk RNAnya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatakan diri

dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang

bahan genetik virus. Infeksi oleh HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan

berlangsung seumur hidup. Berbeda dengan virus lain, virus HIV menyerang sel

target dalam jangka lama. Jarak dari masuknya virus ketubuh sampai terjadinya

AIDS sangat lama yakni 5 tahun atau lebih. Infeksi oleh vius HIV menyebabkan

fungsi sistem kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh

berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri protozoa dan jamur dan juga mudah

terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV mungkin juga secara

lansung menginfeksi sel-sel syaraf menyebabkan kerusakan neurologis. (Aisyiah,

2011)

HIV merupakan golongan Retrovirus dengan efek sitopatik pada limfosit

T, masa inkubasi bervariasi antara 1-6 tahun, replikasi terjadi dalam CD4
menghasilkan HIV baru yang menyebar ke jaringan limfoid. Setelah melalui fase

yang disebut sindroma menyerupai mononukleusis dan seterusnya, dalam masa

klinis laten jumlah CD4 limfosit T yang makin menurun yang mencapai titik kritis

dan menjadi resiko infeksi oportunistik, hal ini berkaitan dengan citokinies

network yang ikut berperan dan mengakibatkan imunodefisiensi. Saluran nafas

bawah merupakan organ utama terjadinya infeksi oportunis pada HIV /AIDS,

dalam hal ini jumlah CD4 dapat menjadi petunjuk bila CD4 < 200 -250 ml/mm

mengakibatkan infeksi infeksi Pneumonitis Carini Pneumonia dan

Mycobacterium Avium Complek, CD4 > 200 – 250 ml/mm mengakibatkan

infeksi Pneumonia bakteri dan Tuberkulosis (TB) paru (M.Mulyadi, 2011).

DAPUS :

Mulyadi, 2011. Studi Kasus: Penderita HIV/AIDS yang Diarawat Dengan


Penyulit Tuberkulosis Paru. Jurnal PSIK- FK Unsyiah ISSN: 2087-2879
diakses pada tanggal 14 April 2020 pukul 08.00 WIB

Nur, Aissyiah, 2011. HIV dengan Infeksi Tuberkulosis.Publikasi Srcribd. Diakses


pada tanggal 14 April 2020 pukul 08.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai