Anda di halaman 1dari 13

TERAPI CAIRAN

PERIOPERATIF

ANDI ANUGERAH SUCI


110 209 0142
Supervisor :
dr. Alamsyah Ambo Ala, Sp.An

Tujuan Terapi Cairan Perioperatif ??


untuk mengganti defisit pra bedah, selama
pembedahan dan pasca bedah dimana saluran
pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping
untuk pemenuhan kebutuhan normal harian

Terapi dinilai berhasil


Tidak ditemukan tanda hipovolemik
Tidak ditemukan tanda hipoperfusi
Tidak ditemukan tanda kelebihan cairan berupa edema paru

Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks


Jakarta. 2010.

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Laki-laki
Total air tubuh ( % )

60

Perempuan

Bayi

50

75

intrasel

40

30

40

ekstra sel

20

20

35

16

16

30

Plasma
Interstitial

Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan.
Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

Kandungan Cairan Tubuh


Elektrolit
Non elektrolit : -BM kecil : Glukosa
-BM Besar : Protein
Elektrolit terpenting dalam cairan ekstra sel
adalah Na dan Cl, dalam cairan intrasel adalah
K dan fosfat.

Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi.


Indeks Jakarta. 2010.

Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th ed. Missouri:Elseviermosby; 2005.p3-227

DIFUSI

Konsentrasi tinggi rendah, pori-pori


Bergantung kepada perbedaan konsentrasi
dan tekanan hidrostatik

POMPA
Na-K

Tujuannya adalah untuk mencegah


keadaan hiperosmolar didalam sel

Melalui membran semipermeabel, dari


larutan berkadar rendah tinggi
Tekanan osmotik plasma darah 286 + 5
mOsm/L. Sama dengan larutan isotonis

OSMOSIS

Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif


Faktor pemberian cairan perioperatif ??
1. Kebutuhan Normal Cairan dan Elektrolit Harian
Kebutuhan cairan org dewasa rata-rata 30-35 ml/kgBB/hari
Elektrolit utama Na+ = 2-3 mEq/kgBB/hari dan K+ = 1-2
mEq/kgBB/hari

2. Defisit Cairan dan Elektrolit Pra Bedah


Hal ini muncul akibat :
Puasa
Kehilangan cairan abnormal (perdarahan, muntah, diare, diuresis
berlebihan, translokasi cairan)
Meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi
Demam dan berkeringat banyak
Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi.

3. Kehilangan Cairan Saat Pembedahan


a. Perdarahan diukur dari botol penampung darah
kasa (4x4 cm) 10 ml darah
laparatomy pads 10-100 ml darah
b. Kehilangan cairan lainnya : evaporasi dan translokasi cairan internal

4. Gangguan Fungsi Ginjal


Trauma, pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan :
GFR menurun
Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat, yang sebagian disebabkan oleh
meningkatnya kadar aldosteron
Hormon ADH meningkat retensi air dan reabsorpsi Na+ di duktus
koligentes
Ginjal tidak mampu menghasilkan urin hipotonis
Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks
Jakarta. 2010.

Penatalaksanaan Terapi
Cairan Pra Bedah
Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya
induksi anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler
dekompensasi akut. Penilaian status cairan ini didapat dari :
Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa
haus. Kencing terakhir, jumlah dan warnya.
Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik ini didapat tandatanda obyektif dari status cairan, seperti tekanan darah, nadi,
berat badan, kulit, abdomen, mata dan mukosa.
Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN,
hematokrit,
hemoglobin
protein.
Cairan
perioperatif
diberikan dan
dalam
bentuk cairan pemeliharaan :
Dewasa 2 ml/kgBB/jam atau 60 ml + 1 ml/kgBB pada BB >20 kg
Anak 4 ml/kgBB pada 10 kgBB I + 2 ml/kgBB pada 10 kgBB II + 1
ml/kgBB pada BB sisanya
Tanda rehidrasi tercapai produksi urin 0,5 1 ml/kgBB
Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Indeks Jakarta. 2010.

Cairan Intra Bedah


Meliputi kebutuhan dasar cairan, penggantian sisa
defisit pra operasi, cairan yang hilang selama operasi
Penggantian cairan pada operasi :
Ringan : 4 cc/kgBB/jam
Sedang : 6 cc/kgBB/jam
Berat : 8 cc/kgBB/jam
Sedangkan untuk bayi dan anak : 2/4/6 cc/kgBB/jam
Prinsip pemberian cairan pada pembedahan :
1. Tanda vital stabil, produksi urine 0,5-1 cc/kgBB/jam
2. Perdarahan
< 10 % EBV ganti dgn kristaloid
1020%
dengan kristaloid/koloid
> 20 % dengan transfusi
darah

Wiryana, M. Terapi Cairan Perioperatif. Ilmu Anestesia dan Reanimasi.


Indeks Jakarta. 2010.

Intravenous fluid replacement in haemorrhagic shock


Class I
(haemorrhage 750 ml (15%))

2.5 l Ringer-lactate solution or 1.0 L


polygelatin

Class II
(haemorrhage 800-1500 ml (15-30%))

1.0 l polygelatin plus 1.5 L Ringerlactate solution

Class III
(haemorrhage 1500-2000 ml (30-40%))

Class IV
(haemorrhage 2000 ml (48%))

1.0. l Ringer-lactate solution plus 0.5 l


whole blood or 0.1-1.5 l equal volumes
of concentrated red cells and
polygelatin
1.0 l Ringer-lactate solution plus 1.0 l
polygelatin plus 2.0 l whole blood or
2.0 l equal volumes of concentrated
red
cells
and
polygelatin
or
hestastarch

Cairan Pasca Bedah


Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :
Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan
nutrisi.
Mengganti kehilangan cairan pada masa paska
bedah (cairan lambung, febris).
Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan
selama pembedahan.
Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi
cairan.
Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan
nutrisi lengkap
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed.
Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.

Macam-macam cairan yang dapat


digunakan

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai