Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laporan Kasus
KONJUNGTIVITIS
DISUSUN OLEH :
JAYA
110 205 0056
PEMBIMBING :
dr. RUSLINAH, Sp.M
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 22 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pettarani VII No. 6
Pekerjaan : Guru SD
Pendidikan : S1
Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 10 Mei 2016
2. Anamnesis
Keluhan utama
Pasien ke poliklinik puskesmas dengan keluhan mata merah pada mata kanan dan
terasa gatal.
Perjalanan Penyakit
Keluhan mata kanan merah dan gatal dirasakan sejak kemarin, awalnya dirasakan
seperti “ngeres” pada mata kanan dan dikucek oleh pasien hingga mata tersebut
menjadi merah. Os juga mengeluh silau dan keluar kotoran mata saat bangun tidur.
Penlihatan kabur, nyeri pada mata yang sakit, sakit kepala disangkal pasien. Riwayat
pemakaian kontak lens disangkal pasien.
Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat apa apa untuk keluhannya saat ini.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun bahan-
bahan alergen lainnya.
1
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat menderita penyakit kronis dan penyakit sistemik disangkal oleh pasien.
Riwayat bersin pagi hari, kemerahan pada pipi dan asma juga disangkal pasien.
Riwayat Sosial :
Pasien sehari hari bekerja sebagai guru SD, dikatakan oleh pasien bahwa ada
salah satu rekan guru d SD tempat pasien bekerja menderita penyakit mata yang sama
3. Pemeriksaan Fisik
Status present
TD : 110/80
Nadi : 88 x / menit reguler isi cukup
RR : 20 x / menit reguler
Tax : 36,5
Status generalis
Kepala : Normochepali
Leher : Tidak ada pembesaran KGB,dan pembesaran kelenjar
tiroid, JVP , 5-2 cmH2O
Thorax
Cor : S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-)
Paru : ves +/+, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+)
Ekstremitas : dalam batas normal
2
STATUS LOKALIS
I.PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Koreksi :- Koreksi :-
II.PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a.Inspeksi
OD OS
Motilitas BM :
3
Cornea : Infiltrat (-),Sikatrik (-) Infiltrat (-)Sikatrik (-)
RINGKASAN
Anamnesa Khusus :
Pemeriksaan Fisik :
VOD : 6/6
VOS : 6/6
Terapi :
Gentamicyn ED 3 x 1 tts OD
4
Tetracaine ED 3 x 1 tts OD
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan
kebutaan.7
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya
kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata
sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri
biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam
jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai
kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.
Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan
sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis
yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai
kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul
benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan
sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder
oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa
tidak nyaman di mata.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
2.2 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari.
2.3 Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis virus
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Trakoma
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia
2.4 Gambaran klinik Konjungtivitis
a. Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi.
6
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju
kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-
kira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel
landai, licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari
pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan
permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah
sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel
konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana
permukaan epitel mengalami nekrosis.
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau
seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa
puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan
disebut pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi
konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva,
sehingga sukar diangkat, disebut membran.7
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
7
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2
8
o Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat
perforasi kornea dan endoftalmitis).
Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus
ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septicemia dan meningitis.Konjungtivitis
bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.1,4
o Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya.8
2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada
9
mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-
kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3
dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam
sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya
penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan
meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal
mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-
anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.
1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1
10
dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti
parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4
Laboratorium
Penyebaran
Pencegahan
11
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan
unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan
pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya
tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan
dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan
dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
12
Laboratorium
Terapi
13
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih
jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical
harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang
singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
Epidemiologi
Penyebaran
14
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan
oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis
mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral,
keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai
trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi
pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-
radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.
Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi
seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.3
15
cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya
biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran,
dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut pada
palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1
Laboratorium
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10
hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan
mengurangi dan menghambat penyakit. 1
16
Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada
pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali
disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia,
H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan
konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan
penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi
kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-
anak kurang gizi di Negara berkembang. 1,3
3. Konjungtivitis Alergi
1) Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
- Tanda dan gejala
o Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai
demam jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap
tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh
tentang gatal-gatal, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan
bahwa matanya seakan-akan “tenggelam dalam jaringan sekitarnya”.
Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis
berat (yang menjadi sebab “tenggelamnya” tadi). Mungkin terdapat
sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya.
- Laboratorium
17
o Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
- Terapi
o Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan
1:1000 yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis
dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi
gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon
langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh
kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
2) Konjungtivitis Vernalis
- Definisi : suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan
dianggap sebagai suatu alergi.
o Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan
(mast sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam
merespon terhadap berbagai rangsangan (seperti serbuk sari atau debu
tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin
sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat
mata merah alergi.7
- Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
18
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama
superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat
infeksi sekunder
- Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin,
ruangan sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical
levokabastin, emestadine), vasokonstriktor (phenileprine,
tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide), antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid
topical atau agen modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer
bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin 5%,
atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
3) Konjungtivitis Atopik
19
perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat,
seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman
penglihatan. 1,3
o Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita
dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat
siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut
dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila
pasien telah berusia 50 tahun.
- Laboratorium
o Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak
yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
- Terapi
o Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari),
astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu
tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat
antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan.
Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin
diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman
penglihatannya.1,3
4. Konjungtivitis Neonatorum
- Definisi
Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum) adalah suatu
20
infeksi mata pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati
jalan lahir.
- Penyebab
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru
lahir, tetapi infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses
persalinan, yang paling banyak ditemukan dan berpotensi
menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria gonorrhea)
dan klamidia (Chlamydia trachomatis). Virus yang bisa menyebabkan
konjungtivitis neonatorum dan kerusakan mata yang berat adalah virus
herpes. Virus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati jalan lahir,
tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan. Organisme
tersebut biasanya terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular
seksual (STD, sexually-transmitted disease). Pada saat persalinan, ibu
mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau virus mampu
menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.
- Tanda dan Gejala
Bayi baru lahir yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dari
matanya dalam waktu 1 hari sampai 2 minggu setelah dia lahir.
Kelopak matanya membengkak, merah dan nyeri bila ditekan. Gonore
bisa menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti
pada struktur mata yang lebih dalam. Gejala lainnya adalah: - riwayat
penyakit menular seksual pada ibu - dari mata keluar kotoran encer
dan berdarah (serosanguinosa) atau kotoran kental seperti nanah
(purulen).
- Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
terhadap kotoran mata.
21
- Terapi
Antibiotik dalam bentuk topikal (salep dan tetes mata), per-oral
(melalui mulut) maupun intravena (melalui pembuluh darah), semua
bisa digunakan tergantung kepada beratnya infeksi dan organisme
penyebabnya. Kadang antibiotik oral dan topikal digunakan secara
bersamaan. Irigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk
membuang kotoran purulen yang terkumpul.8
- Pencegahan
Konjungtivitis neonatorum bisa dicegah dengan cara:
1. Mengobati penyakit menular seksual pada ibu hamil
2. Memberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik (misalnya
eritromisin) kepada setiap bayi yang baru lahir.
5. Trakoma
- Definisi
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah
suatu infeksi konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis.
- Penyebab
Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Masa inkubasi berlangsung selama 5-12 hari dan berawal sebagai
kemerahan pada mata, yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti
kronis dan menyebabkan pembentukan jaringan parut.
Trakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah pedesaan di
negara-negara berkembang.
Sering menyerang anak-anak.
Trakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui:
- kontak tangan dengan mata
- sejenis lalat
-benda-benda yang terkontaminasi (misalnya handuk atau saputangan).
22
- Gejala
Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan
mengalami iritasi serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).
Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan
parut sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan
penglihatan.
Gejala lainnya adalah:
- pembengkakan kelopak mata
- pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan
mata
- kornea tampak keruh.
o Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Apusan mata diperiksa untuk mengetahui organisme penyebabnya.
- Terapi
Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin
dan erythromycin selama 4-6 minggu. Selain itu, antibiotik tersebut
juga bisa diberikan dalam bentuk tablet.
Jika terjadi kelainan bentuk kelopak mata, kornea maupun
konjungtiva, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaikinya.
6. Konjungtivitis kimia atau iritasi
a. Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal
- Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik
infiltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat
pemberian lama dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-
obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik
atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam
23
saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis
kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang
kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada
pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam
saccus conjungtivae.
- Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,
beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk
aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan
memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu
atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.
24
agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat
diungkapkan.
- Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air
atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus
disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi.
Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika
sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen
antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan
kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim
dan prognosisnya lebih baik.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
AKD, umur 22 tahun, perempuan datang dengan keluhan mata kanan merah dan gatal
dirasakan sejak kemarin, awalnya dirasakan seperti “ngeres” pada mata kanan dan
dikucek oleh pasien hingga mata tersebut menjadi merah. Os juga mengeluh silau dan
keluar kotoran mata yang banyak dan lengket saat bangun tidur. Penlihatan kabur,
nyeri pada mata yang sakit, sakit kepala disangkal pasien. Riwayat pemakaian kontak
lens disangkal pasien. Pada pemeriksaan status lokalis mata ditemukan injeksi
konjungtiva pada okuli dekstra dan hipersekresi lakrimal pada mata kiri. Dari gejala
dan tanda yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa terjadi infeksi pada lapisan
konjungtiva, kemungkinan keratitis ataupun penyakit mata yang lebih profundus
dapat disingkirkan sebab pada kasus ini tidak ada penurunan tajam penglihatan.
Penyebab dari konjungtivitis yang dialami pasien kemungkinan adalah bakteri, hal ini
ditunjukkan dengan keluhan adanya kotoran mata yang banyak dan lengket saat baru
bangun tidur yang merupakan gejala khas infeksi bakteri.
26
Pengobatan pada kasus konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri adalah antibiotik
tetes mata yang berpedoman pada bakteri empiris penyebab konjungtivitis. Agen
terbanyak dan tersering yang menyebabkan konjungtivitis adalah golongan
staphylococcus, dalah hal ini yaitu staphylococcus aureus. Antibiotika tetes mata
yang cocok dan tersedia di puskesmas yang efektif terhadap agen ini adalah
gentamicyn suatu golongan aminoglikosida yang bekerja dengan dengan
menghambat sintesi protein bakteri yaitu di subunit 30s dan mengacaukan susunan
protein sehingga membentuk stop kodon. Pembentukan stop kodon akan
menyebabkan kematian sel bakteri, sehingga gentamicyn tergolong antibiotik
baktereosida. Pemberian dosis gentamicyn sebagai tetes mata adalah 3x 2 tts, namun
pemberian antibiotic tetes mata tunggal dapat menyebabkan iritasi mata sehingga
perlu penambahan tetes mata penyegar yang dalam kasus ini diberikan tetes mata
tetracaine yaitu air mata buatan yang diteteskan sebelum pemakaian antibiotik, dosis
pemberiannya yaitu 3x 2 tts.
27
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan
terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan kebutaan.
28
konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan
dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa
kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi
peradangan dan rasa gatal di mata.
29
DAFTAR PUSTAKA
30