Anda di halaman 1dari 31

DISIPLIN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Laporan Kasus

KONJUNGTIVITIS

DISUSUN OLEH :
JAYA
110 205 0056

PEMBIMBING :
dr. RUSLINAH, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA DISIPLIN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTEARAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 22 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pettarani VII No. 6
Pekerjaan : Guru SD
Pendidikan : S1
Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 10 Mei 2016
2. Anamnesis
Keluhan utama
Pasien ke poliklinik puskesmas dengan keluhan mata merah pada mata kanan dan
terasa gatal.

Perjalanan Penyakit
Keluhan mata kanan merah dan gatal dirasakan sejak kemarin, awalnya dirasakan
seperti “ngeres” pada mata kanan dan dikucek oleh pasien hingga mata tersebut
menjadi merah. Os juga mengeluh silau dan keluar kotoran mata saat bangun tidur.
Penlihatan kabur, nyeri pada mata yang sakit, sakit kepala disangkal pasien. Riwayat
pemakaian kontak lens disangkal pasien.

Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat apa apa untuk keluhannya saat ini.

Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun bahan-
bahan alergen lainnya.

1
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat menderita penyakit kronis dan penyakit sistemik disangkal oleh pasien.
Riwayat bersin pagi hari, kemerahan pada pipi dan asma juga disangkal pasien.

Riwayat penyakit dalam keluarga :


Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada..

Riwayat Sosial :
Pasien sehari hari bekerja sebagai guru SD, dikatakan oleh pasien bahwa ada
salah satu rekan guru d SD tempat pasien bekerja menderita penyakit mata yang sama

3. Pemeriksaan Fisik
Status present
TD : 110/80
Nadi : 88 x / menit reguler isi cukup
RR : 20 x / menit reguler
Tax : 36,5

Status generalis

Kepala : Normochepali
Leher : Tidak ada pembesaran KGB,dan pembesaran kelenjar
tiroid, JVP , 5-2 cmH2O
Thorax
Cor : S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-)
Paru : ves +/+, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+)
Ekstremitas : dalam batas normal

2
STATUS LOKALIS

I.PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

VODSc : 6/6 PH TD VOS Sc : 6/6 PH TD

Koreksi :- Koreksi :-

II.PEMERIKSAAN OBJEKTIF

a.Inspeksi

OD OS

Motilitas BM :

Palpebra : normal normal

Cilia : Trichiasis (-) Trichiasis (-)

APP.lac : lacrimasi (+) normal

Konjungtiva : IC (+),IS (-) IC(-),IS(-)

3
Cornea : Infiltrat (-),Sikatrik (-) Infiltrat (-)Sikatrik (-)

COA : Dalam dalam

Iris : Rubeosis(-),sinekia(-) rubeosis (-),sinekia(-)

Pupil : ref. cahaya (+),  3mm ref. cahaya (+),  3 mm

Lensa : Jernih jernih

RINGKASAN

Anamnesa Khusus :

 Mata kanan merah


 Mata sering berair
 Kotoran mata banyak saat bangun pagi
 Mata terasa ngeres

Pemeriksaan Fisik :

VOD : 6/6

VOS : 6/6

 Conjungtiva : OD = Injeksi silier (+), Injeksi conjungtiva (+)

Diagnosa kerja : Konjungtivitis Akut ec Bakteri

Diagnosa Banding : Konjungtivitis akut ec virus

Terapi :

 Gentamicyn ED 3 x 1 tts OD

4
 Tetracaine ED 3 x 1 tts OD

BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan
kebutaan.7
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya
kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata
sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri
biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam
jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai
kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.
Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan
sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis
yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai
kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul
benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan
sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder
oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa
tidak nyaman di mata.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
2.2 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
 Infeksi olah virus atau bakteri
 Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
 Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari.
2.3 Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis virus
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Trakoma
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia
2.4 Gambaran klinik Konjungtivitis
a. Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi.

6
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju
kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-
kira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel
landai, licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari
pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan
permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah
sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel
konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana
permukaan epitel mengalami nekrosis.
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau
seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa
puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan
disebut pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi
konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva,
sehingga sukar diangkat, disebut membran.7
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri

7
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2

2.5 Macam-macam Konjungtivitis


1. Konjungtivitis Bakteri
o Definisi : inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus
(berhubungan dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus
pneumonia, dan Haemophilus influenza (khususnya pada anak-anak)
o Diagnosis
Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi
Tanda :
 Papila konjungtiva
 Kemosis : pembengkakan konjungtiva
 Konjungtiva injeksi
 Tanpa adenopati preaurikuler
Pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan tajam penglihatan
 Pemeriksaan segmen anterior bola mata
 Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam)
untuk mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.
o Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama
obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4
kali sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata
untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan.

8
o Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat
perforasi kornea dan endoftalmitis).
Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus
ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septicemia dan meningitis.Konjungtivitis
bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.1,4
o Pencegahan
 Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
 Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit.
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya.8
2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
 Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada

9
mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-
kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
 Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3
dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam
sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya
penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan
meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal
mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-
anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.
1,3,6

 Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

 Tanda dan gejala


Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada
satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya
pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian
diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan
subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri
tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva
menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul

10
dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti
parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel


terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-
bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian


luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik
infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

 Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19,


29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat
diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi.
Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer;
bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1

 Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi


melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang
steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata,
terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes
obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu
dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3

 Pencegahan

11
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan
unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan
pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya
tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan
dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan
dikeringkan dengan hati-hati. 4,6

 Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin


akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis
akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus
dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

 Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit


anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran
pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan
fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus
epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya
folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan
tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat
sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

12
 Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika


konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear,
namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear
akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak
dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan
pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa.
Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai
nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator
berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel
terinfeksi ke jaringan biakan.3

 Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada


orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.
Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk
mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan
debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus
dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata
selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari:
trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima
kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun
dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula
diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau
dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3

13
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih
jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical
harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang
singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

 Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami


epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini.
Pertama kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini
disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek
(8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

 Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak


mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi
subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi
subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik
pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke
bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler,
folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah
dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

 Penyebaran

14
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan
oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

 Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti.

2. Konjungtivitis Virus Menahun

a). Blefarokonjungtivitis

Molluscum Contagiosum

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis
mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral,
keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai
trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi
pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-
radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.
Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi
seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.3

Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi


memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.

b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

 Tanda dan gejala

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi


vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus

15
cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya
biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran,
dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut pada
palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1

 Laboratorium

Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra


mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear;
kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster mengandung sel raksasa
dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel – sel
embrio manusia. 1

 Terapi

Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10
hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan
mengurangi dan menghambat penyakit. 1

c). Keratokonjungtivitis Morbilli

 Tanda dan gejala

Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh,


yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner.
Beberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif
dengan secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul
bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada
carunculus. 1,3

16
Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada
pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali
disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia,
H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan
konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan
penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi
kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-
anak kurang gizi di Negara berkembang. 1,3

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear,


kecuali jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian
terpulas giemsa mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi
spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika
ada infeksi sekunder. 1

3. Konjungtivitis Alergi
1) Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
- Tanda dan gejala
o Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai
demam jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap
tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh
tentang gatal-gatal, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan
bahwa matanya seakan-akan “tenggelam dalam jaringan sekitarnya”.
Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis
berat (yang menjadi sebab “tenggelamnya” tadi). Mungkin terdapat
sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya.
- Laboratorium

17
o Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
- Terapi
o Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan
1:1000 yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis
dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi
gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon
langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh
kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.

2) Konjungtivitis Vernalis
- Definisi : suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan
dianggap sebagai suatu alergi.
o Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan
(mast sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam
merespon terhadap berbagai rangsangan (seperti serbuk sari atau debu
tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin
sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat
mata merah alergi.7
- Diagnosis
 Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
 Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
 Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
 Kadang disertai shield ulcer
 Bersifat kumat-kumatan
Gejal danTanda :
 Mata merah (biasanya rekuren)
 Kadang disertai rasa gatal yang hebat

18
 Adanya riwayat alergi
 Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama
superior
 Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
 Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat
infeksi sekunder
- Terapi
 Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin,
ruangan sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical
levokabastin, emestadine), vasokonstriktor (phenileprine,
tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide)
 Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide), antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid
topical atau agen modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer
bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin 5%,
atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
 Dapat diberikan antihistamin sistemik.8

3) Konjungtivitis Atopik

- Tanda dan gejala


o Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu.
Terdapat papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang
seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di
tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada
keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-
tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit
setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis

19
perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat,
seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman
penglihatan. 1,3
o Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita
dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat
siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut
dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila
pasien telah berusia 50 tahun.
- Laboratorium
o Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak
yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
- Terapi
o Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari),
astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu
tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat
antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan.
Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin
diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman
penglihatannya.1,3
4. Konjungtivitis Neonatorum
- Definisi
Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum) adalah suatu

20
infeksi mata pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati
jalan lahir.
- Penyebab
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru
lahir, tetapi infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses
persalinan, yang paling banyak ditemukan dan berpotensi
menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria gonorrhea)
dan klamidia (Chlamydia trachomatis). Virus yang bisa menyebabkan
konjungtivitis neonatorum dan kerusakan mata yang berat adalah virus
herpes. Virus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati jalan lahir,
tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan. Organisme
tersebut biasanya terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular
seksual (STD, sexually-transmitted disease). Pada saat persalinan, ibu
mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau virus mampu
menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.
- Tanda dan Gejala
Bayi baru lahir yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dari
matanya dalam waktu 1 hari sampai 2 minggu setelah dia lahir.
Kelopak matanya membengkak, merah dan nyeri bila ditekan. Gonore
bisa menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti
pada struktur mata yang lebih dalam. Gejala lainnya adalah: - riwayat
penyakit menular seksual pada ibu - dari mata keluar kotoran encer
dan berdarah (serosanguinosa) atau kotoran kental seperti nanah
(purulen).
- Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
terhadap kotoran mata.

21
- Terapi
Antibiotik dalam bentuk topikal (salep dan tetes mata), per-oral
(melalui mulut) maupun intravena (melalui pembuluh darah), semua
bisa digunakan tergantung kepada beratnya infeksi dan organisme
penyebabnya. Kadang antibiotik oral dan topikal digunakan secara
bersamaan. Irigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk
membuang kotoran purulen yang terkumpul.8
- Pencegahan
Konjungtivitis neonatorum bisa dicegah dengan cara:
1. Mengobati penyakit menular seksual pada ibu hamil
2. Memberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik (misalnya
eritromisin) kepada setiap bayi yang baru lahir.
5. Trakoma
- Definisi
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah
suatu infeksi konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis.
- Penyebab
Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Masa inkubasi berlangsung selama 5-12 hari dan berawal sebagai
kemerahan pada mata, yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti
kronis dan menyebabkan pembentukan jaringan parut.
Trakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah pedesaan di
negara-negara berkembang.
Sering menyerang anak-anak.
Trakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui:
- kontak tangan dengan mata
- sejenis lalat
-benda-benda yang terkontaminasi (misalnya handuk atau saputangan).

22
- Gejala
Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan
mengalami iritasi serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).
Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan
parut sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan
penglihatan.
Gejala lainnya adalah:
- pembengkakan kelopak mata
- pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan
mata
- kornea tampak keruh.
o Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Apusan mata diperiksa untuk mengetahui organisme penyebabnya.
- Terapi
Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin
dan erythromycin selama 4-6 minggu. Selain itu, antibiotik tersebut
juga bisa diberikan dalam bentuk tablet.
Jika terjadi kelainan bentuk kelopak mata, kornea maupun
konjungtiva, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaikinya.
6. Konjungtivitis kimia atau iritasi
a. Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal
- Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik
infiltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat
pemberian lama dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-
obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik
atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam

23
saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis
kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang
kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada
pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam
saccus conjungtivae.
- Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,
beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk
aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan
memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu
atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.

b. Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans


- Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang
masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis.
Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut,
tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab
utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum
dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak
ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena
seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
- Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan
efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung
cepat menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan
konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-jam
atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut
dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan
palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika

24
agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat
diungkapkan.
- Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air
atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus
disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi.
Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika
sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen
antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan
kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim
dan prognosisnya lebih baik.

25
BAB IV

PEMBAHASAN

AKD, umur 22 tahun, perempuan datang dengan keluhan mata kanan merah dan gatal
dirasakan sejak kemarin, awalnya dirasakan seperti “ngeres” pada mata kanan dan
dikucek oleh pasien hingga mata tersebut menjadi merah. Os juga mengeluh silau dan
keluar kotoran mata yang banyak dan lengket saat bangun tidur. Penlihatan kabur,
nyeri pada mata yang sakit, sakit kepala disangkal pasien. Riwayat pemakaian kontak
lens disangkal pasien. Pada pemeriksaan status lokalis mata ditemukan injeksi
konjungtiva pada okuli dekstra dan hipersekresi lakrimal pada mata kiri. Dari gejala
dan tanda yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa terjadi infeksi pada lapisan
konjungtiva, kemungkinan keratitis ataupun penyakit mata yang lebih profundus
dapat disingkirkan sebab pada kasus ini tidak ada penurunan tajam penglihatan.
Penyebab dari konjungtivitis yang dialami pasien kemungkinan adalah bakteri, hal ini
ditunjukkan dengan keluhan adanya kotoran mata yang banyak dan lengket saat baru
bangun tidur yang merupakan gejala khas infeksi bakteri.

26
Pengobatan pada kasus konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri adalah antibiotik
tetes mata yang berpedoman pada bakteri empiris penyebab konjungtivitis. Agen
terbanyak dan tersering yang menyebabkan konjungtivitis adalah golongan
staphylococcus, dalah hal ini yaitu staphylococcus aureus. Antibiotika tetes mata
yang cocok dan tersedia di puskesmas yang efektif terhadap agen ini adalah
gentamicyn suatu golongan aminoglikosida yang bekerja dengan dengan
menghambat sintesi protein bakteri yaitu di subunit 30s dan mengacaukan susunan
protein sehingga membentuk stop kodon. Pembentukan stop kodon akan
menyebabkan kematian sel bakteri, sehingga gentamicyn tergolong antibiotik
baktereosida. Pemberian dosis gentamicyn sebagai tetes mata adalah 3x 2 tts, namun
pemberian antibiotic tetes mata tunggal dapat menyebabkan iritasi mata sehingga
perlu penambahan tetes mata penyegar yang dalam kasus ini diberikan tetes mata
tetracaine yaitu air mata buatan yang diteteskan sebelum pemakaian antibiotik, dosis
pemberiannya yaitu 3x 2 tts.

27
BAB V
KESIMPULAN

Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan
terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan kebutaan.

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini,


mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri
biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam
jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai
kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.
Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan
sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis
yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai
kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul
benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan
sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder
oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa
tidak nyaman di mata.

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati


konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di
bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres
hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin
cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat
diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan
alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk

28
konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan
dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa
kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi
peradangan dan rasa gatal di mata.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000


2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
5. www.eyepathologisyt.com/disease
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html
7. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Jakarta. 2002
8. ______. Art of Therapy. FK UGM.Yogyakarta. 2008

30

Anda mungkin juga menyukai