Anda di halaman 1dari 12

I.

KESEIMBANGAN CAIRAN - ELEKTROLIT

PENDAHULUAN

Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian padat dan cair. Bagian
padat terdiri dari tulang, kuku, rambut, otot dan jaringan yang lain. Sedangkan bagian yang
cair merupakan bagian terbesar di dalam tubuh yang berada di intraseluler, ekstraseluler dan
bahkkan di dalam bagian yang padatpun berisi cairan.

Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikian rupa agar keseimbangan
fungsi organ vital dapat dipertahankan.

Agar keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal terus
menerus, diperlukan sistem “irigasi” yang memadai, maksudnya ada masukan,
pendistribusian, pengolahan dan keluaran, yang masing-masing diatur melalui mekanisme
tersendiri yang satu sama lain saling berkaitan.

Dalam keadaan normal, air dan elektrolit masuk melalui saluran cerna. Melalui proses
penyerapan air dan elektrolit tersebut, masuk ke dalam sistem sirkulasi, selanjutnya
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh sebagai media transportasi substansi yang terlarut.
Kemudian, setelah ikut serta mengalami proses pengolahan, air dan elemen yang terlarut
sebagai hasil olahan, kembali masuk ke dalam sirkulasi untuk digunakan atau dibuang
melalui organ-organ yang terkait.

Ginjal, yang merupakan salah satu organ penting dalam sistem “irigasi” di dalam
tubuh, diandaikan sebagai sebuah “pintu air” yang berfungsi menahan apabila cadangan air
dalam tubuh berkurang, sebaliknya akan mengeluarkannya dalam jumlah yang banyak
apabila terdapat kelebihan air di dalam tubuh. Gangguan sistem irigasi bisa terjadi dalam
bentuk gangguan masukan, distribusi, pengolahan dan keluaran, yang masing-masing bisa
menimbulkan keadaan patologis yang mengancam.

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH

Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair.

Distribusi cairan tubuh manusia dewasa:

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi caira,SIRS, Sepsis dan Page 1


Shock
1. Zat padat : 40% dari berat badan
2. Zat cair : 60% dari berat badan

Zat cair (60% BB), terdiri dari:

1. Cairan intrasel : 40% dari BB


2. Cairan ekstrasel : 20% dari BB, terdiri dari:
 Cairan intravaskuler : 5% dari BB
 Cairan interstisial : 15% dari BB
3. Cairan Transseluler (1-3% BB) : LCS, sinovial, gastroentestinal dan intraorbital.

Bayi mempunyai cairan ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan
berubah sesuai perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan
ekstrasel.

Ginjal berfungsi mengatur jumlah cairan tubuh, osmolaritas cairan ekstrasel,


konsentrasi ion-ion penting dan keseimbangan asam-basa. Fungsi ginjal sempurna setelah
anak mencapai umur 1 tahun, sehingga komposisi cairan tubuh harus diperhatikan pada saat
terapi cairan. Dalam cairan tubuh terlarut elektrolit. Elektrolit terpenting dalam tubuh yaitu:

 Ekstrasel : Na+ dan Cl-


 Intrasel : K+ dan PO4-

Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah erythrosyt (3% BB) menjadi darah. Jadi volume
darah sekitar 8% dari BB.

Jumlah darah bila dihitung berdasarkan Estimated Blood Volume (EBV) adalah:

 Neonatus : 90 ml/kg BB
 Bayi : 80 ml/kg BB
 Anak & dewasa : 70 ml/kg BB

Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari:

1) Dewasa:
Air : 30-35 ml/kg, kenaikan 1 derajat celcius ditambah 10-15%.
Na+ : 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9 g)
K+ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5 g)
2) Bayi dan anak:
Air : BB 0-10 kg = 4 ml/kg/jam (100 ml/kg)

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 2


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
BB 10-20 kg = 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000 ml + 50
ml/kg di atas 10 kg)
BB >20 kg = 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500 ml + 20
ml/kg di atas 20 kg).

Na+ : 2 mEq/kg

K+ : 2 mEq/kg

Masukan dan keluaran cairan

Dalam keadaan normal masukan cairan dipenuhi melalui minum atau makanan yang
masuk ke dalam tubuh secara per oral. Selanjutnya proses metabolisme di dalam tubuh juga
akan memberikan kontribusi terhadap air tubuh total.

Keluaran cairan tubuh dalam keadaan normal dapat terjadi melalui urin, insensibel
dan melalui saluran cerna. Pada keadaan patologis, kehilangan cairan bisa melalui
gastroentestinal (muntah dan mencret), insensibel yang berlebihan, poliuri, trauma dllnya.

Urine normal : > 0,5 – 1 ml/kgBB/jam

Insensibel water loss : Dewasa 15 ml/kg/hari

Anak {30 – Usia (thn)}ml/kg/hari

Gambaran keseimbangan masukan dan keluaran air dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Keseimbangan masukan dan keluaran air.

Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Berdasarkan umur
0 – 1 thn memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB
1 – 3 thn memerlukan air sekitar 100 ml/kg BB
3 – 6 thn memerlukan air sekitar 90 ml/kg BB
7 thn memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 3


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
Dewasa, memerlukan sekitar 40 – 50 ml/kg BB
b. Berdasarkan berat badan
0-10 kg = 4 ml/kg/jam (100 ml/kg)
10-20 kg = 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000 ml + 50 ml/kg di
atas 10 kg)
>20 kg = 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500 ml + 20 ml/kg di
atas 20 kg).
Dewasa = 40 – 50 ml/kg BB
c. Mengukur perbedaan masukan dan keluaran
Ukur perbedaan tersebut (termasuk urin, muntah, drainase, insensibel water loss, dll)
serta kebutuhan minimum per hari. Perbedaan ini sebaiknya tidak lebih besar 200 –
400 ml/hari.

Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh, dilakukan penilaian
klinis non invasiv, bahkan kalau diperlukan dilakukan penilaian invasif dengan memasang
kanul vena sentral.

Penilaian non invasif

Dilakuakan pencatatan perubahan tanda dan gejala klinis sebelum dilakukan terapi
cairan, selama terapi dan sampai terapi dinyatakan berhasil.

Para meter yang dinilai adalah:

1. Perubahan tingkat kesadaran, dilakukan penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) secara
berkala.
2. Perubahan perangai hemodinamik, tekanan darah dan denyut nadi normal atau ada
perbaikan.
3. Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium; misalnya asam basa dan
elektrolit.
4. Perubahan perfusi perifer atau turgor kulit.
5. Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5 ml/kg BB/jam.

Penilaian invasif

Dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui vena di lengan atas, vena
subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini disamping untuk mengukur tekanan vena
sentral juga digunakan untuk jalur infus jangka panjang dan nutrisi parenteral.

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 4


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
II. TERAPI CAIRAN

PENDAHULUAN

Terapi cairan dan elektrolit adalah salah satu terapi yang sangat menentukan
keberhasilan penanganan pasien kritis. Dalam langkah-langkah resusitasi, langkah D (“drug
and fluid treadment”) dalam bantuan hidup lanjut, merupakan langkah penting yang
dilakukan secara simultan dengan langkah-langkah yang lainnya.

Tindakan ini seringkali merupakan langkah “life saving” pada pasien yang menderita
kehilangan cairan yang banyak seperti dehidrasi karena muntah mencret dan syok.

TUJUAN TERAPI CAIRAN

1. Mengganti cairan yang hilang


2. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung
3. Mencukupi kebutuhan per hari
4. Mengatasi syok
5. Mengoreksi dehidrasi
6. Mengatasi kelainan akibat terapi lain

JENIS CAIRAN DAN INDIKASINYA

Berdasarkan penggunaannya, cairan infus dapat digolongkan ke dalam 4 (empat) kelompok,


yaitu:

1. Cairan pemeliharaan:
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan
keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
Dewasa : 1,5 – 2 ml/kg/jam
Anak – anak : 2 – 4 ml/kg/jam
Bayi : 4 – 6 ml/kg/jam
Neonatus : 3 ml/kg/jam

Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit,
maka sebagi cairan pengganti adalah yang hipotonis-isotonis, dengan perhatian
khusus untuk natrium, yaitu:

 Dextrose 5% dalam NaCl 0,9% (D5NaCl 0,9)

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 5


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
0,9% (D5NaCl 0,45)

0,225% (D5NaCl ),225)

 Dextrose 5% dalam Ringer Laktat


 Dextrose 5% dalam Ringer
 Maltose 5% dalam Ringer
2. Cairan pengganti:
Tujuannnya adalah untuk menganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh
sekuestrasi atau proses patologi yang lain misalnya fistula, efusi pleura, asites,
drainase lambung, dehidrasi, dan perdarahan pada pembedahan atau cidera.
Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan kristaloid,
misalnya NaCl 0,9% dan Ringer laktat atau koloid, misalnya Dextrans 40% dan 70.
Expafusin, hemasel, Abumin dan plasma.

Tabel 2. Perbandingan antara kristaloid dan koloid

Sifat-sifat Kristaloid Koloid

1. Berat molekul Lebih kecil Lebih besar


2. Distribusi Lebih cepat Lebih lama dalam sirkulasi
3. Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
4. Penggunaan Untuk dehidrasi Pada perdarahan masif
5. Untuk koreksi Diberikan 2-3 x jumlah Sesuai dengan jumlah
perdarahan perdarahan perdarahan

3. Cairan untuk tujuan khusus


Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium
bikarbonat 7,5%, kalsium glukonas dll, untuk tujuan koreksi khusus terhadap
gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Cairan nutrisi
Digunakan untuk nutrisi parenteral pada pasien yang tidak mau makan, tidak boleh
makan dan tidak bisa makan peroral. Jenis cairan nutrisi parenteral pada saat ini sudah
dalam berbagai komposisi baik untuk parenteral parsial atau total maupun untuk kasus
penyakit tertentu.

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 6


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
III. SYSTEMIC INFLAMATORY RESPONS SYNDROME (SIRS)

SIRS adalah suatu bentuk respons inflamasi terhadap infeksi atau non infeksi yang ditandai
oleh gejala:

1. Temperatur > 38°C atau <36°C


2. Heart rate > 90 beats/min
3. Respiratory rate > 20 breaths/min atau PaCO2 < 32 torr
4. White blood count > 12.000 or < 4.000 cells/mm³ or > 10% immature form

Diagnosa: bila terdapat 2 atau lebih dari gejala di atas (HR dan RR)

Faktor predisposisi:

 Infeksi: saluran nafas, urogenital, kulit dan jaringan lunak (soft tissue)
 Invasive prosedur: pembedahan, i.v. line, urine catheter
 Immunocompromized: keganasan, terapi radiasi, terapi hormonal.

IV. SEPSIS

Sepsis adalah SIRS akibat infeksi.

Tanda dan gejala:

 Tachycardia
 Tachypnea
 Penurunan kesadaran
 Perubahan suhu tubuh
 Penurunan out put urine
 Penurunan platelets
 Petechiae / purpura
 Pada kulit: terjadi penurunan perfusi kulit, kapilary refill lemah

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 7


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
V. SHOCK

TUJUAN OBJEKTIF:

 Memahami peran jantung, status volume intravaskular dan tahanan pembuluh darah
sistemik dalam mempertahankan tekanan darah

 Belajar mengenai klasifikasi shock

 Memahami etiologi dan patogenesis dari shock

 Mampu mendiagnosis dan merencanakan terapi yang adekuat pada masing-masing


tipe shock

DEFINISI

Gangguan dari perfusi jaringan yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara
suplai oksigen ke sel dengan kebutuhan oksigen dari sel tersebut. Semua jenis shock
mengakibatkan gangguan pada perfusi jaringan yang selanjutnya berkembang menjadi
gagal sirkulasi akut atau disebut juga sindrom shock.

SYOK SEBAGAI KEADAAN KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA KEBUTUHAN


DAN SUPLAI OKSIGEN

 Selama syok, kebutuhan jaringan akan oksigen melebihi suplai.

 Atas dasar tsb  Formulasi terapi syok:

1. Me  kebutuhan oksigen jaringan:

Intubasi (me “work of breathing”), sedasi, analgesia dan me  demam.

2. Me  transport oksigen (DO2):

Me  CO (terapi cairan,inotropik & vasopresor),  HB conc (transfusi) dan 


Sat O2 (terapi oksigen)

Jadi diagnosis syok saat ini bukan lagi berdasarkan TD semata, melainkan syok adalah
hipotensi disertai tanda/gejala hipoperfusi. “Hipoperfusi dapat terjadi pada keadaan
TIDAK hipotensi”. Hipotensi : Nilai TD sistolik < 90 mmHg, atau penurunan TD

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 8


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
sistolik > 40 mmHg dari normal. Hipoperfusi  perubahan status mental, oliguria,
asidosis laktat. Selanjutnya terjadi disfungsi organ  kematian.

ETIOLOGI SHOCK

1) KARDIOGENIK
Sebab:
a. Disritmia ; ( takiaritmi, bradiaritmi)
b. “Pump failure”  akut MCI, kardiomiopati
c. Disfungsi katup akut ; terutama lesi regurgitasi
d. Ruptur dinding ventrikel
e. Karakteristik hemodinamik
f.  curah jantung
g.  tek pengisian vent kiri
h.  tahanan pemb darah sistemik

Tujuan Utama Terapi: Memperbaiki fungsi miokard

– Antiaritmi

– Inotropik : Dobutamin (ß1,ß2) - kontraksi

– Vasopresor : Norepinephrin (a1,a2) – me  diastolik pressure untuk


perfusi koroner

– Kombinasi NE dan dopamin dosis tinggi jika TD < 80 mmHg,


tambahan dobutamin jika TD sudah mulai stabil untuk mengganti
vasopresor

2) HIPOVOLEMIK
Pe  volume intravaskular :
Sebab :
– Kehilangan darah: Ekst (trauma, GI trak) dan Int (hematom, hemotorak,
hemoperitonium)
– Kehilangan plasma: Luka bakar, dermatitis eksofoliatif.
– Kehilangan cairan dan elektrolit: Eks (muntah, diare, overhidrasi, DM
ketoasidosis, HONK) dan Int (“third spacing” = Pancreatitis, ascites dan obst
usus)
Gamb hemodinamik :

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 9


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
–  curah jantung,  tek. pengisian ventrikel kiri,  tahanan pemb. drh sistemik

Tujuan utama : mengembalikan volume intravaskular


– Resusitasi cairan: kristaloid atau koloid
– Target: Normal TD, denyut nadi dan perfusi organ (produksi urin)
– Cairan yang digunakan = mengganti yg hilang
– Muntah dan diare = kristaloid
– Hipotensi : NaCl atau RL
– Dx 5% dan NaCl 0,45 % tidak untuk mengganti volume karena langsung
masuk sel
– Koloid (albumin 5% dan Hetastarch 6%) sangat efisien untuk pengganti
volume
– Fresh Frozen hanya untuk koagulopathy, bukan untuk resusitasi volume
– PRC + RL = whole blood
3) DISTRIBUTIV
Sebab :
a. Tersering septik syok, anafilaksis, neurogenik, obat vasodilator dan
insufisiensi adrenal akut.
b. Gambaran hemodinamik :
c. curah jantung normal/meningkat , tahanan pemb.drh sistemik rendah,
tekanan pengisian ventrikel kiri rendah/normal
Upaya pertama: restorasi dan pemeliharaan volume intravaskular yang adekuat
Antibiotik yang cocok (empiris dan in vitro)
Pada septik syok : permiabilitas kapiler  dan vasodilatasi perifer (mediator
release).
 Koloid molekul besar (“sealing effect”)
 Inotropik dan vasopressor: Jika MAP > 60 mmHg inotropik
Dobutamin 5-20  g/kg/m atau Dopamin 5-20  g/kg/m secara titrasi.
Jika MAP < 60 mmHg NE 1-20  g/m kombinasi dengan Dopamin
dosis kecil efektif untuk perfusi organ splanik.
 Dobutamin boleh diberikan jika preload cukup (CVP 2-8 mmH2O)

4) OBSTRUKTIV

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 10


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
Sebab :

Tension pneumotorak, tamponade jantung, emboli paru masif, hipertensi


pulmonal, tumor/trombus dalam ruang jantung, Peny. Katup obstruksi.

Pulsus paradoksus :
a.  TD sistolik > 10 mmHg saat inspirasi

Pilihan terapi : menghilangkan penyebab obstruksi (relief the


obstruction)

b. Pericardiocentesis (life saving)

c. Posisi lateral kanan untuk emboli udara masif

d. Tension pneumotoraks dengan jarum 18-16 G pada sela iga 2-3 (mini
WSD)

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 11


caira,SIRS, Sepsis dan Shock
DAFTAR PUSTAKA

Fundamental Critical Care Support. Third Edition. Society of Critical Care Medicine,
March 2002.

Leksana Ery. SIRS, SEPSIS, Keseimbangan Asam-Basa, Shock dan Terapi Cairan. FK
Undip. Semarang 2006.

Mangku Gde. Tjokorda. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta. Indeks. 2010.

Sunatrio. Terapi Cairan Kristaloid dan Koloid untuk Resusitasi Pasien Kritis. Second
Fundamental Course on Fluid Therapy. PT. Widatra Bhakti: Jakarta. 2003.

Keseimbangan cairan elektrolit,Terapi Page 12


caira,SIRS, Sepsis dan Shock

Anda mungkin juga menyukai