Anda di halaman 1dari 20

TERAPI CAIRAN PADA DEHIDRASI,

PENDARAHAN, DAN INTRAOPERATIF


BERSERTA JENIS-JENIS CAIRAN.
Anggota
 Jessica G.Mogi 17014101007
 Gabrielle E.C.Tambatjong 17014101101
 Caroline E.G. Dumais 17014101108
 Kristo A. Warong 17014101189
 Revangga H. Thios 17014101284
 Ayu Rima Mmelati 14014101183
 1. Pendahulan
 2. Tinjauan Pustaka
 - Fisiologi Cairan Tubuh Manusia
 - Definisi Terapi Cairan
 - Jenis-Jenis Cairan
 - Terapi Cairan Pada Dehidrasi
 - Terapi Cairan Pada Pendarahan
 - Terapi Cairan Pada Intraoperative
 3. Kesimpulan
Pendahuluan
  Komponen tunggal terbesar dalam tubuh adalah air. Air
adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik
dalam bentuk suspense maupun larutan. Air tubuh total (Total
Body Water, TBW) yaitu persentase dari berat tubuh total yang
tersusun atas air. Berbagai membrane memisahkan cairan
tubuh total ke dalam dua bagian utama. Pada orang dewasa,
sekitar 40% berat badan atau dua pertiga dari TBW berada di
dalam sel atau disebut sebagai cairan intraselular (intracellular
fluid, ICF). Sepertiga sisa TBW atau 20% dari berat badan,
berada di luar sel atau disebut sebagai cairan ekstraselular
(extracellular fluid, ECF). Bagian cairan ekstraselular dibagi lagi
menjadi bagian cairan interstisial-limfe (ISF) yang terletak di
antara sel (15%) dan cairan intravascular (IVF) atau plasma
(5%).
Tinjauan Pustaka
1. Fisiologi Cairan Tubuh Manusia
 Air menyusun 60% dari massa tubuh manusia, sekitar 42 liter
pada pria dengan bobot 70 kg. Meskipun demikian, jumlah
bobot air total pada setiap orang berbeda tergantung dengan
komposisi tubuhnya. Pada orang dengan obesitas bobot air
total lebih sedikit karena jaringan adiposa memiliki jumlah air
yang lebih sedikit dibandingkan jaringan otot dan yang
lainnya. Sekitar 2/3 dari air berada di intrasel (28 liter), maka
volume ekstraseluler adalah 14 liter air. Kompartemen
ekstraseluler kemudian dibagi menjadi interstitial (11 liter)
dan plasma (3 liter) dengan sebagian kecil cairan transeluler,
contohnya intraokular, sekresi gastrointestinal, dan cairan
serebrospinal. Cairan transeluler ini dianggap terpisah secara
anatomi dan tidak terlibat dalam pertukaran air dan zat
terlarut
Intake

 Pada keadaan normal, kebanyakan asupan cairan


bersifat oral, namun kebanyakan makanan
mengandung air dan elektrolit dan juga air serta
CO2 adalah produk akhir dari oksidasi zat-zat agar
dapat memproduksi energi. Air dari metabolisme
ini sedikit namun merupakan kontribusi signifikan
untuk keseluruhan dari intake. Kebiasaan minum
kita diatur oleh sensasi haus, yang terpicu setiap
kali keseimbangan cairan negatif dikarenakan
kekurangan asupan atau kehilangan yang berlebih.
Output
 Insensible loss
Penguapan air dari paru-paru dan kulit terjadi
setiap saat tanpa disadari oleh kita. Pada iklim
sedang, jumlah cairan hilang sekitar 0,5-1 liter per
hari. Pada iklim yang panas, saat demam, atau
saat menggunaan banyak tenaga, diproduksi
keringat yang berisi garam mencapai 50 mmol/l.
 Kehilangan dari saluran cerna
Biasanya, usus menyerap air dan elektrolit secara
efisien sehingga kehilangan cairan dalam feses
hanya sekitar 100-150 ml/ hari. Meskipun pada
keadaan sakit kehilangan cairan dalam feses bisa
meningkat jauh.
 Ginjal
Organ utama untuk meregulasi keseimbangan
cairan dan elektrolit, juga mengekskresi produk
sisa dari metabolisme, contohnya urea. Fungsi ini
dan aktivitasnya dikontrol oleh tekanan dan sensor
osmotik serta sekresi hormone. Fluktuasi harian
yang umum dalam asupan air dan garam
menyebabkan perubahan kecil dalam osmolalitas
plasma yang memicu osmoreseptor. Hal ini
menyebabkan perubahan dalam rasa haus dan
ekskresi air serta garam oleh ginjal.
2. Defini Terapi Cairan
 Terapi cairan adalah tindakan untuk
mempertahankan atau memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit. Tiga prinsip utama yang
harus dipenuhi adalah memenuhi kebutuhan
normal per hari, koreksi kekurangan atau
kehilangan cairan, dan koreksi kekurangan atau
kehilangan elektrolit. Koreksi tidak perlu
dilakukan sampai mencapai nilai normal,
namun cukup sampai masuk ke batas
kompensasi karena selanjutnya akan diatasi oleh
mekanisme homeostasis tubuh.
3. Jenis-Jenis Cairan
 1. Cairan Kristaloid
 Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan
ekstraseluler. Cairan ini lebih banyak menyebar ke
ruang interstitial dibandingkan dengan koloid
sehingga dipilih untuk resusitasi deficit cairan di
ruang interstitial. Larutan Ringer Laktat merupakan
cairan kristaloid yang paling banyak digunakan
untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan
susunan yang hampir menyerupai cairan
intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan
tersebut akan mengalami metabolisme di hati
menjadi bikarbonat.
 2. Cairan Koloid
Cairan koloid merupakan zat atau bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotic yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam
ruang intravaskuler. Cairan ini sering digunakan
untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada
syok hipovolemik / haemorrhagic atau pada
penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein yang banyak (misal pada luka
bakar).
4. Terapi Cairan Pada Dehidrasi
 Pada dehidrasi derajat ringan-sedang dapat diatasi dengan efektif
melalui pemberian cairan ORS (Oral Rehydration Solution) untuk
mengembalikan volume intravaskuler dan mengoreksi asidosis.
Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan
kandungan glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30
mEq/L, kalium 20-25 mEq/L, dan osmolalitas 200-310 mOsm/L.
Defisit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam dan ORS harus
diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering, untuk meminimalkan
distensi lambung dan refleks muntah. Secara umum, pemberian
ORS sejumlah 5 mL setiap menit dapat ditoleransi dengan baik.
Jika muntah, ORS dengan NGT (Nasogastric Tube) atau NaCl 0,9%
20-30 mL/kgBB selama 1-2 jam dapat diberikan untuk mencapai
kondisi rehidrasi. Saat pasien telah dapat minum atau makan,
asupan oral dapat segera diberikan.
Pada dehidrasi derajat berat, terbagi menjadi
dua tahap, yaitu:
 1. berfokus untuk mengatasi kedaruratan
dehidrasi. Jenis cairan yang diberikan adalah
cairan kristaloid isotonic, seperti Ringer Laktat
atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB.
Kemudian, evaluasi perbaikan cairan dengan
melihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi,
produksi urin, dan status mental pasien.
Apabila perbaikan belum terjadi dengan
kecepatan hingga 60 mL/kgBB, etiologi lain
syok harus dipikirkan.
 2. Tahap kedua, berfokus pada mengatasi defisit pemberian
cairan pemeliharan dan penggantian kehilangan yang masih
berlangsung. Kebutuhan cairan pemeliharaan diukur dari
jumlah kehilangan cairan (urin, tinja) ditambah IWL. Jumlah
IWL adalah antara 400-500 mL/m2 luas permukaan tubuh
dan dapat meningkat pada kondisi demam dan takipnea.
Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan adalah:
 Berat badan < 10 kg = 100 mL/kgBB
 Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50 mL/kgBB untuk setiap
kilogram berat badan di atas 10 kg
 Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB untuk setiap
kilogram berat badan di atas 20 kg.
5. Terapi Cairan Pada Pendarahan
 Cairan resusitasi optimal pada perdarahan adalah transfuse darah.
Hal ini menyediakan ekspansi volume simultan dan kapasitas
pengangkutan oksigen. Jika tidak ada darah yang tersedia atau
tertunda, Compound Sodium Lactate (Hartmanns) adalah alternatif
pilihan untuk resusitasi awal pasien dengan trauma hipovolemik,
karena mengandung precursor bikarbonat yang bila di metabolism
membantu memperbaiki asidosis metabolik. Senyawa natrium
laktat perlu dihentikan dengan adanya penyakit hati. Kristaloid
isotonik juga memiliki catatan keamanan yang mapan bila
digunakan dengan tepat, serta menghasilkan peningkatan curah
jantung yang relatif dapat diprediksi dan umumnya
didistribusikan ke seluruh ruang ekstraselular. Normal Saline 0,9%
juga merupakan alternatif yang dapat diterima. Volume besar
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
6. Terapi Cairan Pada Intraoperative
 Selama pembedahan, pemberian cairan didasarkan pada
jumlah cairan untuk menggantikan darah yang keluar
yaitu cairan NaCl 0,9% atau ringer laktat sebanyak ±3 kali
jumlah perdarahan; perkiraan deficit cairan yang belum
sepenuhnya terkoreksi (misalnya deficit cairan 5 liter,
diberikan resusitasi cairan awal 3 liter, dan kekurangan 2
liternya dibagi menjadi: 1 liter diberikan dalam 8 jam
sedangkan 1 liter sisanya diberikan dalam 16 jam); cairan
rumatan selama pembedahan, bergantung pada jenis
operasinya, berkisar antara 2,5ml/kgBB/jam (untuk
operasi pada permukaan/superfisial) hingga 15
ml/kgBB/jam (untuk operasi yang membuka rongga
abdomen).
Kesimpulan
 Terapi cairan adalah tindakan untuk
mempertahankan atau memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit, Pada orang dewasa rata-
rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari
dan elektrolit utama Na+= 1-2
mmol/kgBB/hari dan K+= 1mmol/kgBB/hari.
Cairan yang dapat digunakan yaitu kristaloid
(tanpa tekanan onkotik), koloid (memiliki
tekanan onkotik) dan darah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai