id/handle/123456789/5822
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Sirkumsisi
Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering
menyebutnya dengan kata sunat. Khitan ini menjadi suatu kewajiban bagi sebagian besar pria.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai
pada usia antara 5-12 tahun. Namun sebagian besar dokter setuju
bahwa khitan dilakukan terbaik pada pertengahan usia 15 tahun,
pengangkatan sebagian / seluruh preputium penis dengan tujuan tertentu. Tindakan ini merupakan
tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh
dokter, paramedis, ataupun olehdukun sunat (Purnomo, 2011)
7
8
Preputium dapat menjadi tempat berkumpulnya sisa–sisa air seni
dan kotoran lain yang membentuk zat berwarna putih disebut smegma, dimana sangat potensial
sebagai sumber infeksi, dengan membuang kulit / preputium maka resiko terkena infeksi dan
b.Indikasi Sirkumsisi
1)Agama
Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang
sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Bahkan tidak hanya
orang islam, orang-orang Yahudi dan Nasrani pun juga melakukannya (Flinn, 2012).
2)Medis
a)Fimosis
Fimosis adalah keadaan dimana preputium tidak dapat ditarik ke belakang (proksimal) atau
membuka. Pada 95% bayi, kulup masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat ditarik
kebelakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis. Pada umur 3 tahun, anak-anak yang menderita
b) Parafimosis
Suatu keadaan ketika preputium penis tertarik kearah pangkal penis tetapi preputium tidak
dapat kembali pada
9
kedudukan semula sehingga lama kelamaan preputium menjadi edema dan menekan urethra
sehingga buang air kecil menjadi susah dan terasa sakit (Syamsir, 2014).
c) Kondiloma Akuminata
Suatu penyakit kulit ketika terjadi vegetasi seperti jengger ayam (Syamsir, 2014).
Pada penelitian didapatkan bahwa khitan dapat mencegah terjadinya akumulasi smegma
yang mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor ganas penis, jenis tumor ganas terbanyak
c.Kontraindikasi Sirkumsisi
1)Kontraindikasi Mutlak
a)Hipospadia
Pada hipospadia, ostium urethrae externum terletak lebih proximal daripada normal dan
terletak di ventral penis. Hipospadia dijumpai pada 22 dari 5882 kelahiran dan kelainan ini terjadi
b) Epispadia
Epispadia merupakan kelainan kongenital berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas.
Kelainan ini terjadi pada
10
laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada laki-laki.Kelainan ini ditandai dengan
terdapatnya lubang uretra di suatu tempat pada permukaan dorsum penis (Patricia, 2011).
2)Kontraindikasi Relatif
a)Diabetes mellitus karena akan mudah terinfeksi dan memperlambat penyembuhan
Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di daerah pedalaman.
Alat yang digunakan adalah sebilah bamboo tajam / pusau / silet. Para bong supit alias mantri sunat
langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit
dan langsung tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa /
perban sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode lain. Cara ini memiliki resiko
terjadinya pendarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril. Metode klasik
kemudian disempurnakan dengan metode dorsumsisi, khitan metode ini sudah digunakan dengan
standar dan merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini, umumnya bekas
luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan melakukan pembiusan
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan
penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan metode standar yang digunakan oleh banyak tenaga
dokter maupun mantri (perawat). Alat yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan
3) Metode Lonceng
Metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup, ujung penis hanya diikat erat sehingga
bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darah tersumbat yang mengakibatkan ujung kulit
ini tidak mendapatkan suplai darah, sehingga menimbulkan nekrotik jaringan dan nantinya terlepas
sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu.
12
4) Metode Klamp
Metode klamp prinsipnya yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya
sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan.
Penamaan ini sesungguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan sama sekali tidak
menggunakan laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan. Alatnya berbentuk
seperti pistol dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri
listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang memerah tersebut digunakan untuk
memotong kulup. Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan
perdarahan yang ringan, dan cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya
kecil. Setelah preputium dipotong dilakukan penjahitan dan difiksasi dengan kasa steril. Untuk
proses penyembuhan dibandingkan dengan cara konvensional sifatnya relatif, karena tergantung
dari sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaanya, dan kebersihan individu yang disunat.
6) Metode Flashcutter
elektrokautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan
tajam. Setelah preputium dipotong dilakukan penjahitan dan difiksasi dengan kasa steril.
2.Nyeri
a. Definisi Nyeri
(IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan (Sudoyo, et al., 2009). Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat
proses nyeri. Reseptor neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang
lain adalah nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah
abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik, maupun psikologik.
Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas normal. Nosisepsi merupakan tahap awal proses terjadinya nyeri.
Reseptor yang dapat membedakan rangsang noksius dan non-noksiusadalah nosiseptor. Pada
manusia, nosiseptor merupakan terminal yang tidak terdiferensiasi serabut a-delta dan serabut c.
Serabut a-deltamerupakan serabut saraf yang dilapisi oleh mielin tipis dan berperan
14
menerima rangsang mekanik dengan intensitas menyakitkan, dan disebut juga high-
threshold mechanoreceptors. Sedangkan serabut c merupakan serabut yang tidak dilapisi mielin.
Intensitas rangsang terendah yang menimbulkan persepsi nyeri, disebut ambang nyeri.
Ambang nyeri biasanya bersifat tetap, misalnya rangsang panas lebih dari 50° C akan
menyebabkan nyeri. Berbeda dengan ambang nyeri, toleransi nyeri adalah tingkat nyeri tertinggi
yang dapat diterima seseorang. Toleransi nyeri berbeda-beda antara satu individu dengan individu
lain dan dapat dipengaruhi oleh pengobatan. Dalam praktek sehari-hari, toleransi nyeri lebih
b. Mekanisme Nyeri
Proses nyeri dimulai dengan stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious sampai terjadinya
pengalaman subjektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan
menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi (Sudoyo, et al., 2009).
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious pada
jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini stimulus noxious
tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut dengan transduksi atau aktivasi
reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf
pusat yang
15
berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron ke aferen
primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinaps
dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan akan naik keatas di
medulla spinalis menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus denganpusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan afektif
yang berhubungan dengan nyeri. Rangsangan nosiseptif tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri
dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptif. Terdapat proses modulasi
sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling
diketahui adalah kornu dorsalis medulla spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan
nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan (Sudoyo,
et al., 2009).
c. Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2001), berdasarkan lokasi, durasi, kualitas, dan karakternya nyeri ada
beberapa macam nyeri yaitu :
1) Nyeri Akut
Nyeri akut dalah suatu reaksi sensoris dari nosiseptif yang mendadak dan merupakan sinyal
alarm untuk mekanisme proteksi tubuh. Nyeri akut hampir selalu terjadi oleh adanya picu
hampir bersamaan dengan lama sembuhnya perlukaan yang tidak disertai penyulit. Rasa nyeri akan
hilang pada saat perlukaan sembuh. Berdasarkan sifatnya nyeri akut ada 2 macam :
a) Nyeri Fisiologis
Nyeri fisiologis terjadi apabila intensitas rangsang mencapai ambang nosiseptor dan
mengakibatkan timbulnya refleks menghindar. Nyeri ini sifatnya sementara, hanya selama ada
b) Nyeri Klinis
Nyeri klinis timbul karena terjadinya perubahan kepekaan sistem syaraf terhadap rangsang
nyeri sebagai akibat adanya kerusakan jaringan yang disertai proses inflamasi. Nyeri ini sifatnya
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung satu bulan di luar lamanya perjalanan penyakit
akut atau nyeri yang tetap berlangsung walaupun perlukaan sudah sembuh.
3) Nyeri Somatik
Nyeri somatik adalah nyeri yang dipicu oleh adanya kerusakan jaringan yang terjadi pada
bagian permukaan tubuh (soma), meliputi kulit dan jaringan muskulo skeleta atau deep somatik,
Nyeri visceral adalah nyeri yang di picu oleh kerusakan pada bagian dalam tubuh, terutama
organ visceral yang disebabkan karena trauma atau nyeri punggung bawah karena jepitan /
benturan. Cirinya adalah sifat umumnya tumpul, sifat nyerinya difus, lokasinya tidak jelas, dan
5) Nyeri Psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak ditimbulkan oleh stimulus, gangguan fungsi
tranmisi nyeri, atau gangguan modulasi neuron. Mekanisme nyeri psikogenik lebih mirip dengan
mimpi, halusinasi atau memori, dan sama sekali berbeda dengan nyeri atau sensasi yang datang
dari nosiseptor.
6) Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik disebut juga sebagai nyeri patologis dan disebabkan oleh kerusakan serabut
saraf perifer atau saraf sentral sendiri.
7) Nyeri Sentral
Nyeri sentral adalah nyeri yang dirasakan akibat adanya rangsangan dari sitem-sistem saraf
pusat nyeri yang disebabkan oleh karena rusaknya serabut perifer pada nyeri sentral yang rusak
18
d. Visual Analogue Scale (VAS)
Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode ini
menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang
sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang
dirasakan. Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan
intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi
klinis. Kerugiannya adalah sukar diterapkan jika pasien sedang berada dalam nyeri hebat.
Walaupun VAS merupakan skala penentuan yang bersifat subjektif, VAS telah banyak diselidiki
dan dianggap sebagai salah satu suatu metode yang paling akurat untuk mengukur rasa nyeri
(Benzon, 2005)
3. Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cidera yang melibatkan banyak
mediator. Inflamasi merupakan respon fisiologis dan sebagai salah satu respon imun non-
spesifik. Inflamasi disebabkan oleh pelepasan berbagai mediator yang berasal dari jaringan rusak,
sel
19
mast, leukosit, dan komplemen. Mediator-mediator tersebut menyebabkan munculnya tanda-
tanda fisik inflamasi yaitu kalor, dolor, rubor, tumor, dan fungsiolisa (Patricia, 2011).
Analgesik adalah bahan yang mengurangi nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran
(Patricia, 2011). Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita (Tjay, 2007).
Berdasarkan aksinya, menurut Gilang (2010) obat-abat analgesik dibagi menjadi 2 golongan
yaitu :
1) Analgesik Opioid
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada
2) Analgesik Nonopioid
Analgesik perifer / non-narkotik / nonopioid, terdiri dari obat- obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan obat analgesik nonopioid atau obat analgesik
perifer mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat nonopioid tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna, berbeda halnya dengan penggunanaan obat analgetika jenis analgesik opioid.
Obat ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX).
Siklooksigenase berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.
Mekanisme umum dari analgesik jenis ini adalah memblok pembentukan prostaglandin dengan
jalan menginhibisi enzim COX, pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi
b. Antipiretik
Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila
demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh darah di kulit dan
c. Antiinflamasi
Anti inflamasi adalah respon kompleks dari tubuh terhadap suatu yang tidak menyenangkan
atau merupakan respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik,
termal, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik penyebab infeksi (Latief, et al., 2001).
21
5.Parasetamola. Definisi
prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer atau efeknya kurang terhadap siklooksigenase
jaringan perifer dan mempunyai sedikit atau tidak mempunyai aktivitas anti-inflamasi(Mary, et
al., 2001).
b. Farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar
ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam
glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu, obat ini juga dapat
mengalami hidroksilasi dan menimbulkan methamoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini
diekskresikan melalui ginjal sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam
c. Farmakodinamik
Parasetamol merupakan penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah di jaringan perifer dan
hampir tidak memiliki efekanti-inflamasi / anti-radang. Hambatan biosintesis prostaglandin (PG)
hanya terjadi
22
bila lingkungan yang rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus sedangkan lokasi inflamasi
biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan leukosit, hal ini yang menjelaskan efek
d. Efek Parasetamol
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan
panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer yang
mengakibatkan aktivitas antiinflamasinya lemah (Mary, et al.., 2001). Inilah yang menyebabkan
parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan. Parasetamol tidak
mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa
e. Dosis
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang
mengandung 120 mg/ 5 mL. selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap dalam
bentuk tablet maupun cairan. Dosis parasetamol untuk dewasa 300mg-1 g per kali, dengan
maksimum 4g per hari; untuk anak 6-12 tahun : 150-300 mg/kali dengan maksimum 1,2 g/hari.
dan bayi di bawah 1 tahun : 60 mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari
(Sardjono, et al., 2007).
6.Ibuprofena. Definisi
Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) dan turunan sederhana
asam fenil propionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara
dengan 4 g aspirin. Obat-obat AINS termasuk ibuprofen mempunyai 3 efek terapi utama, yaitu
2001).
b. Farmakokinetik
Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat melalui saluran pencernaan, dari lambung dan usus halus
bagian atas. Ibuprofen menunjukkan pengikatan (99%) yang menyeluruh dengan protein plasma
(Anderson & Truoutman, 2002). Sedangkan absorpsi ibuprofen berlangsung selama 1-2 jam dan
c. Farmakodinamik
(Katzung, 2002). Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesa prostaglandin dan
menghambat siklooksigenase-I
24
(COX-I) dan siklooksigenase-II (COX-II). Namun tidak seperti aspirin hambatan yang
diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan
pelepasan mediator dari granulosit, basofil dan sel mast, terjadi penurunan kepekaan terhadap
bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dan limfosit T, melawan vasodilatasi
d. Efek Ibuprofen
Ibuprofen termasuk salah satu dari golongan obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang
banyak digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik (Abraham, 2005). Ibuprofen
menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada
sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga
mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin,
histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen, dan kalium yang dapat merangsang
rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono & Soekardjo, 2000).
Ibuprofen mempunyai tiga efek terapi utama menurut Mary, et al., (2001), yaitu
1) Efek Antiinflamasi
prostaglandin dan juga memodulasi beberapa aspek inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai
mediator.
2) Efek Analgesik
histamin, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Jadi,
dengan menurunkan sintesis PGE2, ibuprofen akan menekan sensasi rasa sakit. Ibuprofen
digunakan terutama untuk menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang timbul
dari struktur integumen daripada yang berasal dari visera. Obat-obat AINS lebih superior daripada
Demam terjadi jika “set-point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior
meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil
demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh
infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau inflamasi. Ibuprofen menurunkan suhu tubuh penderita
demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2. Ibuprofen mengembalikan
“termostat”
26
kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan
Ibuprofen sangat efektif untuk meredakan nyeri. Ibuprofen menghilangkan nyeri dari
berbagai penyebab seperti yang berasal dari otot, pembuluh darah, gigi, keadaan pasca peralinan,
arthritis, dan bursitis. Ibuprofen bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan, tetapi
e. Dosis
Dosis antiinflamasi rata-rata 1,2–1,8 g per hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan orang
dewasa. Dosis maksimalnya adalah 2,4 g per hari terbagi dalam 3-4 dosis. Untuk analgesik pada
dewasa diberikan 0,6 – 1,2 g per hari yang terbagi dalam 3-4 dosis. Pada anak-anak dosis yang
digunakan adalah 15 mg/kgBB/hari. Ibuprofen tidak dianjurkan diberikan pada anak dengan berat
badan kurang dari 7 kg (Katzung, 2002). Dosis maksimal ibuprofen adalah 1200 mg/hari. Dosis
maksimal pada anak dengan berat badan <30 kg adalah 500 mg/hari. Ibuprofen lebih baik diminum
7. Lidokain
Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi
permukaan maupun infiltrasi dan merupakan anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas
dengan pemberian topikal
27
dan suntikan. Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara cepat dari tempat
injeksi. Lidokain di dalam hepar diubah menjadi metabolit yang lebih larut dalam air dan
disekresikan ke dalam urin. Absorbsi dari lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tempat injeksi, dosis obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat – jaringan, dan karakter
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan efektifitas dengan memberikan parasetamol
pre sirkumsisi dan ibuprofen post sirkumsisi terhadap nyeri setelah sirkumsisi, dimana pemberian
sirkumsisi.