Anda di halaman 1dari 6

1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.

php/EN/cetak/174

Teknik Sirkumsisi
Ditulis oleh : Novan A.P.

Tanggal : 2011-05-20

Sirkumsisi berasal dari kata circumcision yaitu tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Menurut Basuki (2010)
sirkumsisi adalah membuang prepusium sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini
merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik
dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. Sirkumsisi ini bertujuan
sebagai pelaksanaan ibadah agama/ritual atau bertujuan medis. Selain itu, sirkumsisi ini juga
bertujuan untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya.

Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering
menyebutnya dengan kata sunat. Khitan ini menjadi suatu kewajiban bagi sebagian besar
pria. Bahkan, ada agama mewajibkan umatnya yang pria untuk menjalani khitan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari
mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker. Penelitian lanjutan tentu akan
semakin membuka mata lebar-lebar para praktisi kesehatan bahwa khitan juga sangat
bermanfaat bagi kaum hawa. Hal ini karena memang jika ditinjau dari segi medis, pria yang
telah dikhitan memiliki tingkat kesehatan reproduksi yang lebih baik daripada pria yang tidak
dikhitan.

Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah. Bahkan menurut sejarah,
mummi bangsa Mesir Kuno yang ditemukan pada 2300 SM telah disirkumsisi, dan pada
lukisan yang terpampang pada museum di Mesir menggambarkan bahwa sirkumsisi telah
dilakukan beberapa tahun sebelum mummi ditemukan. Pada beberapa bangsa di benua
Afrika, sirkumsisi dilakukan segera setelah lahir, dan bangsa Yahudi melaksanakan 
sirkumsisi terhadap anak lelaki mereka pada usia 8 hari setelah lahir.

Secara medis, sirkumsisi ini dimaksudkan untuk menjaga higiene penis dari smegma dan
sisa-sisa urine. Tahun 1999, Akademi Pediatri Amerika menyatakan bahwa sirkumsisi yang
dilakukan pada bayi baru lahir mempunyai beberapa keuntungan, yakni mencegah terhadap
timbulnya :

1. Infeksi saluran kemih (ISK) berat


2. Kanker penis
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
4. Dermatosis penis (Lichen Planus dan Eczema)
5. Infeksi pada prepusium dan glans penis (Balanopostitis) dan Fimosis

Indikasi dan kontraindikasi


https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 1/6
1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174

Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah :

1. Fimosis atau Parafimosis, yaitu suatu keadaan dimana prepusium penis sangat ketat
sehingga tidak bisa ditarik ke belakang pada glans penis
2. Balanitis rekuren, yaitu radang pada penis yang berulang-ulang
3. Kondiloma akuminata, yaitu lesi seperti jengger ayam yang memiliki tonjolan-tonjolan
dan terdapat di bawah prepusium atau pada kulit di daerah perianal
4. Karsinoma skuamosa prepusium, yaitu sejenis kanker pada daerah prepusium.

Pada kasus Parafimosis adalah tindakan yang harus segera dikerjakan untuk menyelamatkan
glans atau bagian distal dari jeratan penis. Tindakan yang yang dilakukan bisa berupa
dosumsisi saja untuk melepaskan cincin penjerat oleh berupa prepusium penis yang teretraksi
ke daerah proksimal.

Sirkumsisi ini tidak boleh dilakukan pada penderita :

1. Hipospadia, yaitu malformasi kongenital pada uretra


2. Epispadia
3. Korde, yaitu bengkak disertai nyeri pada uretra
4. Megalouretra, yaitu uretra yang terlalu besar
5. Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan rafe skrotum sehingga penis dan
skrotum menjadi gandeng. Kulit prepusium pada kelainan penis / uretra tersebut tidak
boleh dibuang, karena merupakan bahan yang sangat penting untuk rekonstruksi uretra
(uretroplasti) sehingga tidak boleh dilakukan sirkumsisi. Bleeding diarthesis (kelainan
pembekuan darah) merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan ini.

Prinsip dasar tindakan sirkumsisi

Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip dasar, yaitu :

1. Asepsis
2. Pengangkatan kulit secara adekuat
3. Hemostasis yang baik
4. Kosmetik

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang
kesehatan, metode khitan pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak
peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan khitan, sehingga khitan menjadi
proses yang  lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang
mulai dikembangkan dalam pelaksanaan khitan sehingga proses khitan menjadi lebih mudah
dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknik-
teknik tersebut antara lain ;

1.      METODE KLASIK & DORSUMSISI

Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di daerah
pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para bong supit
alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa
pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa/verban
sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini mengandung
risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril.

Metode Klasik kemudian disempurnakan dengan metode Dorsumsisi, Khitan metode ini
sudah menggunakan peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih
banyak dipakai sampai saat ini. Di Sunda dikenal dengan sebutan  sopak lodong,
umumnya bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi
dengan melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko
perdarahan.

https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 2/6
1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174

Kelebihannya peralatan yang digunakan lebih murah dan sederhana, proses memakan
waktu cukup singkat, sudah banyak dikenal masyarakat biaya relatif lebih murah serta
bisa digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana pembuluh darahnya masih
kecil. Kekurangannya risiko kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama
jika sayatan dibawah klem koher, mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan
pemotongan ulang, bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama, risiko perdarahan
tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan.
 
2.      METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan
penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan
oleh banyak tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat yang digunakan semuanya
sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan
metode ini.
Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis, menggunakan pembiusan lokal
dan benang yang jadi daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada.
Metode ini cocok untuk semua kelompok umur, biayanya cukup terjangkau serta pilihan
utama untuk pasien dengan kelainan fimosis. Kekurangannya membutuhkan keahlian
khusus dari pengkhitan dan proses waktunya antara 15-20 menit.

 
3.      METODE LONCENG
Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat
sehingga bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang
mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi nekrotik,
mati dan nantinya terlepas sendiri.  Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama,
sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia
dengan nama Circumcision Cord Device.

 
4.      METODE KLAMP
Metode Klamp ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun perinsipnya sama,
yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian
dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan. Diantaranya adalah :
Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp dan Smart
Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang adalah Metode cincin
(Tara Clamp) dan Smart Clamp.
Metode Cincin (Tara Clamp)
Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang
 terbuat dari plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia  Metode Cincin dicetuskan oleh
oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan
sudah dipatenkan sejak tahun 2001.

Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara
memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas
dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit. Kelebihan metode ini adalah :
Mudah dan aman dalam penggunaan, tidak memerlukan penjahitan dan perban,tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien,perdarahan minimal bahkan bisa tidak
berdarah,tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung pakai celana
dalam dan celana panjang.

Metode Smart Clamp

https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 3/6
1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174

Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001 di
Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa
ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi, alat yang dipakai nomor 10,
sedangkan orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni
nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan bebas
dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan
sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman atau
mikroorganisme pengganggu.

Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi anestesi
lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan dengan gland
penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan spidol. Tabung smart klamp
dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland penis. Lalu, klamp pengunci
dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap
terkunci.
Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran
kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya, adalah mengunci klamp hingga terdengar bunyi
“klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan
dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses itu, sunat ala smart klamp
selesai.Setelah lima hari, smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik yang sangat
mudah.

Gomco : Klamp ini  dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan
Aaron Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya
untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup berbentuk
lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.

Ismail Clamp : Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya
hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian
dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa
harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak
Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati
(irreversible locking system) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena
pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara massal dan
masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat ini
layak untuk digunakan secara luas.

Sunathrone Clamp : Sunathrone adalah metode sunat dengan kaidah terkini yang ditemukan
oleh Dr Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan Sunathrone ini
adalah karena praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini
akan terlepas sendiri, serta tidak memerlukan perawatan khusus. Setelah khitan dapat
langsung memakai celana dan beraktifitas tanpa rasa sakit.
Ali’s Clamp : Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain
miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis

 
5.      METODE “LASER” ELEKTROKAUTERY

Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih dikenal dengan sebutan
“Khitan Laser”. Penamaan ini sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan
samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan.

Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling
berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang
memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.

https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 4/6
1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174

Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan
yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil.
Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti “sate” serta dapat
menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN) sebagai sumber daya
dimana jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi
pasien maupun operator.

Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional itu sifatnya relatif
karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaannya dan kebersihan
individu yang disunat.

 
6.      METODE FLASHCUTTER

Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery. Bedanya terletak pada
pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter langsung dapat
hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah terdapat energi dari rechargeable battery buatan
Matshusita Jepang.

Flashcutter pertama kali diluncurkan di Indonesaia  tahun 2006 oleh  Uniceff Corporation.
Cara pemotongan pada khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah (digesek, diiris).
Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan
luka bakar sangat minimal).

 
7.      METODE LASER CO2

Istilah yang lebih tepat untuk “Khitan Laser” yang sesungguhnya adalah dengan metode ini.
Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya,di Jakarta. Laser yang
digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat dengan laser
tersebut:

Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem. Laser
CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih. Setelah klem dilepas, kulit telah
terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun keluar. Walaupun demikian
kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna. Dalam waktu 10-15 menit, sunat
selesai.

Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal, kelebihannya operasi cepat,
perdarahan tidak ada/ sangat sedikit, penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi minimal,
aman dan hasil secara estetik lebih baik.. dan prosedur ini cocok untuk sunat yang dilakukan
pada umur agak dewasa karena rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat cara operasi untuk
orang sudah cukup berumur lebih parah daripada jika dilakukan pada usia muda dan lukanya
pun agak lama sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah masalah harga yang relatif
mahal dan hanya ada di Rumah Sakit besar. (Novan A.P. / Edit.zp)

Daftar Pustaka

Basuki. 2010. Teknik Sirkumsisi. Malang: RSSA Malang

Purnomo, BB (2007). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Agung Seto

 
Saputra, Marizal (2010). Mengenal Metode Sunat. Online.
www.marizalsaputra.blogspot.com/Sirkumsisi/mengenal-7-metode-sunatkhitan.html (diakses

https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 5/6
1/9/22, 8:53 PM https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174

pada tanggal 9 Februari 2011)

XPF

https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/EN/cetak/174 6/6

Anda mungkin juga menyukai