Sirkumsisi tindakan bedah untuk membuang kulup (prepusium penis) yaitu kulit yang menutupi glans penis.
Yang secara sehari-hari dikenal dengan
sebutan ‘Khitan’ atau ‘Sunat’. Ada yang melakukannya karena alasan agama, budaya atau juga alasan kesehatan. Apapun yang melatar belakanginya, dari sudut pandang kesehatan sangat bermanfaat. 1. Menjaga hygiene penis dari smegma dan sisa- sisa urine, yang terkumpul/menumpuk dibawah kulit pada kepala penis yang bisa menyebabkan kuman berkembang disana.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada glans atau
preputium penis (balanoposthitis). Risiko untuk terjadinya infeksi traktur urinarius (ISK) pada anak-anak umur 1 tahun yang belum disirkumsisi 10 kali lipat dari yang sudah dilakukan sirkumsisi. (Jack S. Elder, Curchill Livingstone 2002) 3.Mencegah terjadinya kanker penis. Iritasi kronis glans penis dengan smegma dan balanitis (infeksi) merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker penis. Kanker penis jarang terjadi pada orang yang telah disirkumsisi. (John Reynard et al, Oxford University Press 2006). 4. Menurunkan risiko penularan penyakit menular seksual seperti HIV.
5 Mencegah dan mengurangi
risiko terkena virus Human Papiloma Virus (HPV), virus ini juga merupakan penyebab penyakit kanker serviks (leher rahim) pada wanita pasangannya . 1. Agama 2. Sosial Budaya 3. Medis, antara lain: Fimosis (penyempitan bagian distal prepusium) Parafimosis (prepusium tidak dapat kembali ke posisi semula) Balanitpada prepusium) Lain-lain (keganasan is (infeksi pada glans penis) atau Postitis (infeksi atau condyloma) Sunat Konvensional sunat yang dilakukan dengan tekhik dorsumsisi maupun sleeve - menggunakan gunting, klem, benang, serta alat bedah lain yang telah disterilkan. Memerlukan persiapan peralatan lebih banyak Memerlukan bantuan tenaga medis lebih banyak Risiko infeksi lebih besar Risiko komplikasi lebih besar Waktu pengerjaan lebih lama Waktu penyembuhan luka relatif lebih lama Revolusi Sirkumsisi Modern Disposable Circumcision Clamp 1. Tehnik Klem merupakan suatu inovasi dibidang sunat yang sangat diminati oleh para praktisi kesehatan disebabkan: 1. praktis, 2. proses sunat yang lebih mudah dan cepat, 3. minimal perdarahan, 4. tanpa jahitan, 5. proses penyembuhan luka lebih cepat, 6. higienis dan aman. Gomco Klem konvensional ini terbuat dari logam pada tahun 1934 . Morgen Clamp Plastibell (alat sirkumsisi metode lonceng – Circumcision Cord Device) Sunathrone Sunathrone didesain oleh Dr Andi Brillian Dari perkan baru. Alat ini mempunyai mekanisme kunci seperti tang. Klam dikunci dengan mendekatkan kedua telingga tang hingga pangkalnya terkunci.Setelah prepusium dipotong, 4/5 bagian tabung dapat di lepaskan Taraklamp Digunakan pertama kali oleh Dr T. Gurcharan Singh tahun 1990. Ismail Klamp Ditemukan oleh Dr. Ismail Md. Salleh, dengan sistem skrup sebagai mekanisme penguncian yg reversible sehingga saat pemasangan dan pelepasan tidak merusak alat. Accu–Circ Smart Klamp Diperkenalkan pertama kali di Jerman tahun 2001 oleh dr.Harrie van Baars yg selanjutnya di produksi di Malaysia Alisklamp dan Neoalisklamp Diciptakan oleh Dr. Vedat Ali Canoglu (Turki ) Activeklamp Ditemukan oleh Dr. Mustafa Demirelli (Turki ) Mahdian Klem 2. Tehnik Kauterisasi alat elektrokauter menyerupai Solder yang pada ujungnya terdapat elemen besi yg dipanaskan dengan tenaga listrik yang kemudian digunakan untuk memotong prepusium. 1. luka yang terbentuk menyerupai luka bakar 2. proses sunat yang lebih lama 3. biasanya terjadi pembengkakan bbrp hari paska khitan 4. proses penyembuhan luka lebih lama bila dibanding tehnik konvensional Elektrocauter & Flashcauter berbeda dengan Laser 3. Tehnik Laser Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation memancarkan sinar melalui amplifikasi optis harga alat sangat mahal (hanya di rumah sakit) 1. operator terlatih khusus 2. proses khitan sangat cepat 3. sangat cocok untuk pasien kelainan pembekuan darah 4. nyeri minimal 5. tetap memerlukan jahitan 4. Tehnik Radio Frequency Scalpel mengunakan elektromagnetik dengan frekuensi tinggi 4 MHz atau dapat disesuaikan luka yang terbentuk menyerupai luka bakar hasil lebih bersih, rapi tidak menimbulkan memar dapat menimbulkan koagulasi masih jarang digunakan untuk sirkumsisi Dari 250 juta penduduk Indonesia, paling tidak per tahun ada dua juta di antaranya yang harus disunat. Meski demikian, saat ini yang disunat menggunakan klem masih sangat sedikit, hanya 20.000 per tahun atau sekitar 1%. Dengan populasi masyarakat Indonesia yang cukup besar, seharusnya angka yang melakukan sunat dengan klem ini jauh lebih besar. SEKIAN DAN TERIMA KASIH